"Lho Ricky, kamu ngapain di sini?" Gerakan tangan Ricky yang hendak membuka pintu cafe terpaksa berhenti, kala suara tegas seorang lelaki memasuki rungu. Ricky berbalik, hanya untuk melihat eksistensi yang ia tebak itu adalah Bayu.
"Kak Bayu tumben banget ke sini? Aku mau ketemu temen, kebetulan dia kerja di sini juga."
Bayu, yang tadi bersuara mengejutkan sang adik tampak mengangguk paham kemudian merangkul bahu yang lebih muda. Kedua lelaki beda usia itu masuk ke dalam, yang mana, pelanggan sudah cukup banyak di waktu petang seperti sekarang. Bayu membawa Ricky ke ruang yang agak dalam, ruang yang biasanya Bayu singgahi jika datang ke sini.
"Temen kamu siapa namanya?" tanya Bayu setelah mengisi dua gelas air putih, dan memberikan salah satunya kepada Ricky.
"Juan, Kak."
"Oh Juan. Ternyata dia teman kamu? Hebat ya dia, masih muda tapi punya semangat yang luar biasa. Kerja sambil kuliah itu nggak mudah lho. Kamu harus belajar banyak dari dia, Ky."
Ricky segera menandaskan minuman yang tadi Bayu berikan, kemudian melontar jawaban. "Aku ini juga mandiri lo, Kak. Gini-gini aku jarang minta uang saku ke kak Bayu, semenjak masuk kuliah. Kurang mandiri gimana coba aku?"
"Halah! Tapi tetap aja masih minta kan?"
"Ya wajar dong, kalau adik minta ke kakak. Lagian kan, Kak Bayu satu-satunya keluarga aku. Kalau bukan ke Kak Bayu, siapa lagi?"
Kalimat Ricky lantas membuat Bayu tertawa, benar juga. Bagaimana dia bisa lupa, jika mereka hanya memiliki satu sama lainnya. Sejak kepergian orang tuanya dulu, Ricky adalah tanggung jawabnya.
"Eh, Juan!" Suara Ricky menyentak lamunan Bayu, kala adiknya itu sudah berlari menghampiri lelaki yang menjadi alasan Ricky kemari. Bayu juga entah mengapa, ikut membawa langkahnya ke sana, berdiri di samping Ricky.
"Pak Bayu." Juan lebih dulu menyapa Bayu, kemudian beralih pada Ricky. "Kenapa Ky? Kamu ada perlu sama aku?"
"Sebenarnya iya, tapi kayaknya lo lagi sibuk. Nanti aja deh. Oiya, lo udah kenal Kak Bayu kan? Dia ini yang punya cafe sekaligus kakak gue, Ju."
Gurat senyum di bibir Juan menghilang seketika, kala Ricky menyelesaikan kalimatnya. Menatap Ricky dan Bayu bergantian, wajah kedua lelaki itu memang sedikit mirip, pantas saja, ketika melihat Bayu ia seperti melihat seseorang dalam diri lelaki itu. Tapi tak pernah terpikir, jika seseorang itu, adalah Ricky.
Tangan Juan mendadak gemetar. Kini kepalanya menunduk dalam, tak ingin beradu tatap dengan iris kedua lelaki yang masih setia berdiri di depannya. Karena Juan takut, jika Bayu melontar kata yang bisa membuatnya salah bicara.
Ricky memang pada dasarnya tidak peka, tidak menyadari raut canggung Juan saat ini. Pemuda itu dengan semangat merangkul bahu Juan, dengan bibir yang tersenyum lebar. "Nanti pulang kerja, jangan pulang dulu, ya, Ju. Gue mau ajak lo ke rumah. Kebetulan banget, nanti malam calon kakak ipar gue mau dateng, sama adik-adiknya juga. Gue mau undang lo, sekalian kenalan sama mereka. Gimana, Kak?" Ricky meminta pendapat Bayu atas ajakannya barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| Ruang Kosong
Fiksi RemajaKetika kalian telah lelah menjelajah, ingat lah, di sini masih ada ruang kosong yang telah kalian lupakan. Ruang ini yang nantinya akan menampung segala lelah. Kembali, lalu genggam dia yang hampir menghilang karena patah. @aksara_salara #050321