Kala Juan bekerja di sana, pemuda itu berusaha menghindari apapun kontak mata dan pembicaraan dengan Bayu. Untungnya, lelaki itu hanya datang sebulan sekali, dan ia terakhir datang dua hari lalu. Saat itu juga, Juan sengaja memilih berbaris di barisan paling belakang, supaya eksistensinya tidak ditemukan oleh Bayu. Namun Juan tau, bila ada tatapan yang selalu mengarah padanya dalam pertemuan itu.
Sebulan sudah berlalu, dan Juan merasa sangat nyaman bekerja di tempat itu. Selain karena para pegawai yang ramah, karena Juan juga merasa bahwa tempat kerjanya saat ini adalah tempat pelarian yang paling tepat. Saat ia merasa lelah dengan segala sikap Salwa, Reyhan dan Azka yang semakin jauh dan tidak bisa digapai.
Malam ini, setelah semua pelanggan meninggalkan meja mereka, restoran akan segera di tutup. Juan sedang membersihkan meja kala seseorang tiba-tiba menepuk bahunya. Tidak cukup kuat, namun mampu membuat jantungnya berdegub cepat. Juan segera membalik badan, untuk melihat siapa yang sudah hampir membuat jantungnya melompat keluar.
"P-Pak Bayu?"
"Iya ini saya."
Kaki Juan rasanya lemas, hampir saja ia luruh di tempat andai Bayu tidak mengulurkan tangan dan menahannya. Mimik wajah Bayu terlihat khawatir, namun tidak mengeluarkan suara apa-apa. Juan sendiri berusaha melepaskan genggaman Bayu padanya, Juan merasa keringat dingin sudah membasahi punggungnya saat ini.
"Kamu nggak pa-pa? Apa kamu sakit?" Nada suara yang Bayu keluarkan terlihat sangat khawatir dan peduli. Membuat Juan terpaku. Belum pernah ada yang seseorang yang bertanya seperti ini padanya, selain Sean.
"Juan?"
"Ah iya Pak?! Saya ... baik-baik aja."
"Bagus." Kini Bayu terlihat lega, kemudian lelaki itu duduk di kursi dan mengeluarkan sesuatu dalam tas. Bayu menyerahkan sesuatu itu kepada Juan yang masih berdiri mematung di tempatnya. "Minggu depan saya akan menikah, semua pegawai di sini wajib datang, termasuk kamu juga. Tolong datang ya, Juan." lanjutnya.
Tangan Juan gemetar saat menerima surat undangan tersebut. Atensinya terpaku pada foto kakak perempuannya yang terpampang di sana. Sangat cantik. Salwa mengenakan gaun putih yang anggun. Rambut panjangnya tergelung cantik dan rapih. Sudut-sudut mata Juan memanas tanpa sadar.
Jika saja Bayu tidak betanya lagi, mungkin Juan akan benar-benar tidak sadar jika di sana masih ada seseorang. Bayu bertanya lagi, apakah dia bisa datang atau tidak, dan Juan menjawab bahwa dia akan mengusahakan untuk datang. Walau Juan tau, jika kata-katanya hanyalah kebohongan. Mana mungkin dia bisa datang, dan merusak hari bahagia kakaknya.
Setelah itu Bayu pergi, menyisahkan Juan dengan pikiran rumitnya sendiri. Restoran sudah sepi, hanya tinggal pemuda itu sendiri. Tidak ada yang tersisa, bahkan jika Juan meraung keras di sana, tidak akan ada yang mendengarnya. Tangan Juan meremat surat undangan dengan erat, kemudian menyimpannya di dalam tas. Memastikan pekerjaannya selesai dengan baik, Juan menutup pintu Restoran dan berlalu pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| Ruang Kosong
Roman pour AdolescentsKetika kalian telah lelah menjelajah, ingat lah, di sini masih ada ruang kosong yang telah kalian lupakan. Ruang ini yang nantinya akan menampung segala lelah. Kembali, lalu genggam dia yang hampir menghilang karena patah. @aksara_salara #050321