21

3.9K 334 11
                                    

Setelah menempuh 3 setengah jam perjalanan akhirnya tempat yang dituju pun nampak. Jalanan setapak belum di aspal namun layak pakai. Sawah membentang seolah membanggakan tanaman yang tumbuh dengan subur. Terdapat bukit teh yang ikut menyejukkan suasana.

Villa milik Bima tidak jauh dari pedesaan, dulu Bima sempat tinggal disini sebelum memutuskan untuk menetap di Jakarta.

"pakek jaket kamu, disini dingin," ujar Rama lembut. Sinta menurut.

Seolah tak mau kalah dari Rama, Gavin juga memberikan perhatian pada cewek bar-bar yang notabene  adalah pacarnya.

"pakek lip gloss kamu biar bibirnya nggak pucet,"

"iyaa,"

Chelsie pun menurut.

Sinta menatap Rama, "kamu nggak suruh aku gitu juga?" tanya Sinta penasaran.

"kalo bibir kamu pucet, kering, tinggal aku lembabin pake bibir aku, gampang kan?" jawaban Rama membuat Sinta mendengus sebal.

Rama selalu bicara omong kosong, pada nyatanya Rama tidak akan berani menyentuh Sinta lebih dari cium pipi, tangan, kepala, intinya masih tahap wajar.

Semesumnya Rama, laki-laki itu benar-benar menjaga Sinta. Tidak neko-neko. Takut kebablasan mungkin?

"ada anak kecil, jangan kaya gitu," tegur Gavin sok bijak.

"siapa?" kernyit Rama heran.

"nih Sisi," tunjuk Gavin pada Chelsie dengan dagu.

"Sisi?" tanya Damar ikut nimbrung.

"namaku Chelsie, catet Chelsie jangan ganti-ganti nama orang sembarangan dong!" cemberut Chelsie tidak terima dengan panggilan aneh dari Gavin.

"dan lagi, aku bukan anak kecil," sungutnya merajuk.

"panggilan kesayangan ituu," ledek Sinta.

"anak kecil emang suka ngambek, ntar beliin permen juga pasti dia luluh," ujar Rama ikutan jail.

"ish kok kak Rama rese! Kak Sinta juga, tauah nyebelin,"

Melihat Chelsie merajuk membuat orang lain gemas. Dibandingkan bar-bar Chelsie lebih ke polos dan nekat. Melabrak Sinta dengan gegabah. Antara bodoh dan polos beda tipislah.

"kamu cute Chel," ujar Sinta tak bisa membendung rasa gemasnya.

"cute mirip bocil," ujar Rama mengejek.

"Viin," rengek Chelsie mengadu.

"jangan bacot Ram," ujar Gavin memperingati. Lalu Chelsie menjulurkan lidahnya pada Rama.

"cepu," gumam Rama yang dihadiahi cubitan dari Sinta. Oke 3 lawan 1 Rama kalah.

Berbeda dengan 4 orang yang sekarang sibuk beramah tamah pada penduduk desa yang tengah bekerja di sawah maupun dikebun teh, Damar justru seolah kehilangan separuh jiwanya.

Entah kenapa ada rasa tidak rela melihat Chelsie yang dulu berlindung padanya kini dilindungi laki-laki lain. Sedangkan Risa tengah tertidur pulas bersandarkan bahu Damar.

Damar merasa hampa. Apa sudah terlambat untuk menyadari perasaannya pada Chelsie?

***

"akhirnya sampe," ujar Sinta sambil meregangkan otot-ototnya karena terlalu lama duduk.

"alhamdulillah," ujar Chelsie semangat.

"pokoknya aku mau foto-foto sampe menuhin beranda instagram," celoteh Chelsie.

Mantan Gak Ada AkhlakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang