10

6.6K 474 22
                                    

"Ar, katanya cuma nganterin kenapa sekarang malah ikut?" tanya Sinta.

Pasalnya setelah menghajar Rama, Arvin semakin menempel pada Sinta. Memberi tatapan tajam pada siapapun yang melirik princessnya.

"ya aku anter Ta, sampe kelas," ujar Arvin.

Sinta tidak keberatan hanya saja sedikit merasa aneh dengan kelakuan Arvin.

"udah sampe nih, mau pulang atau ikut?"

"nunggu sampe dosen kamu masuk kelas,"

Sinta menghela nafas lelah.

"kamu kenapa sih Ar?"

"gapapa, aku cuma mau mastiin kamu nggak bolos buat ngeliat cowok pengecut itu," ketus Arvin.

Ah benar, mantannya yang malang itu pasti tengah tergeletak mengenaskan dirumahnya. Tapi Sinta tidak ada niatan bolos demi Rama. Separuh jiwa bar-bar Sinta malah seakan bahagia. Siapa suruh dia berani membuatnya menangis. Memangnya dia pikir dia siapa? Hanya mantan tapi berani menarik ulur kepercayaan Sinta.

"aku nggak akan bolos Ar," ujar Sinta meyakinkan.

"siapa tahukan kamu khawatir sama mantan kamu itu,"

"aku cuma manusia Ar, aku bisa pergi ketika aku udah terlalu lelah," ujar Sinta. Menyadarkan Arvin pada realita.

Benar, Sinta bahkan sudah berkali-kali menolak kehadiran Rama. Sinta akui dirinya labil. Tapi ayolah, ketika kamu merasa kosong setelah kehilangan sesuatu yang berharga. Lalu setelah kehampaan yang lama datang seseorang yang membuatmu berwarna. Apa kamu bisa dengan mudah melepasnya?

Tidak tentu saja. Sinta tidak munafik, ia memang masih mencintai Rama. Menyukai sosok itu seperti kali pertama bertemu. Tapi nyatanya rasa sakit yang ditoreh oleh Rama tidak bisa Sinta abaikan.

"yaudah, aku pulang dulu. Nanti pulangnya aku jemput," pamit Arvin mengelus pucuk kepala Sinta.

"nggak usah Ar, aku nanti ada janji ketemu sama temen," ujar Sinta.

"cewek atau cowok?" tanya Arvin menyelidik.

Sinta tertawa geli mendapati sikap protective dari Arvin, "cewek, kamu tenang aja,"

"yaudah, tapi kalau udah selesai pokoknya aku yang jemput," kekeh Arvin.

"hiss yaudah iya sana pulang," ujar Sinta mendorong bahu Arvin.

"diusir nih akunya?" ledek Arvin.

"hati-hati bye-bye,"

"bye princess,"

Setelah Arvin semakin menjauh raut Sinta berubah. Benar-benar suram. Kakinya melangkah pergi meninggalkan kelas. Tidak berniat masuk untuk hari ini.

Pikirannya hanya akan semakin kacau kalau tidak didinginkan. Langkahnya membawa Sinta menuju kantin.

"bu, pesen bakso sama minumnya jus jeruk ya," pesan Sinta.

"oke siap neng,"

Sinta menuju bangku tetapnya. Sinta memainkan ponselnya menanyakan keadaan Rama pada Gavin. Tidak mungkinkan Sinta menanyakan langsung pada Rama. Bisa-bisa Rama besar kepala.

"ekhem, boleh duduk?" tanya seseorang membuat Sinta mendongak.

Sinta mengangguk lalu tersenyum ramah.

"sendirian aja, pacarmu kemana?" tanyanya.

"nggak tahu," jawab Sinta.

"loh kok nggak tahu?"

Mantan Gak Ada AkhlakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang