EXTRA PART

6.4K 412 11
                                    

1. Mpok Jamilah

Rambut dicepol asal, daster pink bergambar beruang putih yang imut, sandal bulu pink dengan kepala beruang putih dibagian atas slop.

Calon ibu muda itu berkacak pinggang menatap suaminya yang sedang main ps bersama Arvin.

"ps terooss, aku bakar baru tahu rasa!" ketus Sinta membuat dua laki-laki yang tengah fokus itu menoleh kaget.

"eh sayang, ada butuh sesuatu?" tanya Rama cengengesan lalu meletakkan stik psnya. Berjalan menghampiri sang istri yang akhir-akhir ini membuatnya pusing tujuh keliling.

"jangan deket-deket! Kamu bau, aku mual jadinya," sarkas Sinta menutup hidungnya.

"apasih Ta, kamu ribut terus deh," tegur Arvin lembut.

"kalian nggak punya kerjaan lain selain main ps?" tanya Sinta jengah.

"ada, si Rama tuh godain mpok Jamilah tiap pagi," ceplos Arvin tanpa dosanya.

"apa?! Ooh jadi kamu tiap hari pasang alarm pagi tuh bukan karena siaga buat aku tapi siaga buat mpok Jamilah?!"

Rama membelalak lalu menggeleng cepat, "nggak sayang sumpah, aku emang ketemu mpok Jamilah demi beli jamu kencur beras kesukaan kamu," jelas Rama.

"tega kamu Ram," Sinta malah melengos pergi sambil menangis. Tidak mau percaya penjelasan Rama.

"anjir lo Ar, lo masih dendam sama gue karena kejadian bini lo minggu lalu?!" tanya Rama geram.

Arvin mengendikkan bahu acuh lalu tersenyum mengejek, "selamat berpusing ria,"

Arvin berbalik untuk pulang, rumah Arvin bersebrangan dengan rumah Rama.

Rama berdecak kesal lalu berniat menghampiri istrinya yang sensitif ekspert itu.

Sinta berbaring memunggungi pintu, menangis sesenggukan seolah baru saja tersakiti oleh suaminya yang dzolim.

Rama mengatur nafasnya pelan, meredam kekesalan yang membuncah dalam dadanya sejak dua hari ini.

"jangan deket-deket!" peringat Sinta mengetahui jika Rama memasuki kamar.

"sumpah demi apa Sin aku nggak bohong," ujar Rama pasrah.

"aku mau es teh panas," ujar Sinta ngawur.

"lah, mana ada es teh panas sih sayang?"

"kamu nggak sayang aku? Nggak sayang anak kita? Dia yang minta loh Ram, masa kamu nggak mau nyariin kepinginan anak kita?!" Sinta bangun menatap Rama seolah Sinta adalah istri yang nelangsa memiliki suami macem Rama.

"astaghfirullah bukan gitu maksud aku, gini loh, kamu mau es teh atau teh panas?" tanya Rama dengan sabar.

Sinta mengelap ingusnya, "es teh panas Ram, es teh panass," rengek Sinta.

"dimana kamu liat itu es teh panas?" tanya Rama.

"Arvin kemarin buat," rajuk Sinta.

"yaudah bentar aku tanyain dulu," Rama mendengus.

"Ram tunggu, gajadi pengen es teh panas," ujar Sinta membuat Rama berbalik lalu menaikkan sebelah alisnya. Perasaannya mendadak tidak enak.

"aku mau kamu pake daster, terus peragain gimana mpok Jamilah jualan jamu," ujar Sinta bangun lalu bersidekap dada.

Wajahnya sudah seperti emak-emak yang kurang jatah belanja bulanan.

"Apa?" Rama tercengang. Wajahnya pucat pasi. Rama yakin ada niat terselubung diotak licik istrinya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mantan Gak Ada AkhlakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang