END

8.4K 365 8
                                    

Berdiri sambil menunduk dan tidak membantah. Rasanya nyaris seperti buronan yang baru akan diintrogasi oleh petugas.

"kamu nggak punya cewek lain selain Sinta kan?" tanya Bella ragu. Setahu Bella Rama itu bucinnya Sinta. Tapi tidak ada yang tidak mungkin.

"nggak ma," ujar Rama menggeleng kuat.

"ya terus cewek dipinggir sawah tadi siapa? Mami liat kalian mesra banget," sinis Ratna sudah gedeg dengan kelakuan putranya itu.

"Mona ma, yang anaknya pak RT," ujar Rama.

"oh si Mona, dari dulu mami nggak suka sama dia, kamunya aja nekat temenan," lagi dengusan sebal keluar dari mulut wanita paruh baya yang masih tampil cetar membahana.

"Itukan dulu mi," ujar Rama lirih, takut-takut salah kata malah kena damprat.

"ya terus tadi ngapain?" tanya Bella sebenarnya kasihan melihat wajah Rama yang memprihatinkan.

"sebenarnya Rama mau ngajak Sinta jalan-jalan, waktu nungguin Sinta mlah ketemu pak RT sama Mona. Ya sebagai bentuk kesopanan, Rama samperin eh malah pak RT nitip Mona sebentar katanya. Terus ya gitu, Rama lupa," Rama melirihkan kalimatnya dibagian akhir. Merasa banyak tatapan tajam menghunusnya kepalanya makin menunduk.

"lupa katamu?!" Ratna menggeplak Rama yang menurut Ratna otaknya sedang konslet.

"modelan Mona aja bisa bikin kamu lupa sama Sinta, apalagi cewek lain diluar sana Ram? Mami jadi ragu mau bantuin kamu baikan sama Sinta," ujar Ratna sudah kesal setengah mati.

"bu-bukan gitu maksud Rama, dengerin dulu, abis itu Rama inget nah mau pulang eh belum sampe jalan, Rama ngeliat Sinta digendong cowok lain, terus terprofokasi sama omongan bulshit Mona, dan ya gitu," ujar Rama.

"udah nggak tahu lagi mami mau ngebilangin kamu kaya gimana, kamu udah besar Ram, hubungan kamu sama Sinta juga bukan hal yang sepele lagi, mending berhenti disini daripada nyakitin Sinta lebih dalem," ujar Ratna sambil memijit pangkal hidungnya dan berlalu. Bima menyusul sang istri tanpa menatap Rama sedikitpun.

Bella menghela nafas pelan, "temui Sinta, jelasin apa yang mau kamu jelasin, sebenarnya mama kecewa sama kamu, pondasi dalam suatu hubungan itu kepercayaan Ram, mama lihat kamu belum begitu menaruh percaya sama pasanganmu, mama juga nggak bisa berbuat banyak kalau Sinta memutuskan pertunangan ini," ujar Bella sendu lalu ikut beranjak pergi. Bara mengekor dibelakang Bella namun sempat menepuk pundak Rama seolah menguatkan.

Sedangkan kata-kata Bella terus terngiang dikepala Rama. Pondasi dalam hubungan itu kepercayaan.

Sejak putusnya dulu tanpa sadar Rama membentengi diri untuk tidak terlalu berharap Sinta kembali. Karena melihat Sinta dikelilingi banyak kaum adam. Bahkan Sinta yang sekarang statusnya adalah tunangan Rama pun masih membuat Rama tak habis pikir. Rama lupa jika sejak awal Sinta yang memiliki perasaan begitu besar padanya. Inti dari semua kembuletan ini adalah Rama tidak percaya diri, insecure pada setiap orang yang dekat dengan Sinta padahal sudah jelas Sinta adalah miliknya. Merasa takut kalau tidak bisa menjaga Sinta dan nyatanya terjadilah sekarang.

Kehilangan Sinta lagi adalah mimpi buruk yang tidak ingin Rama temui dikenyataan. Rama tidak bisa membayangkan betapa sengsaranya ketika melihat Sinta bahagia bersama orang lain.

Rama bergidik ngeri, sepertinya kali ini Rama harus berjuang lagi agar Sinta tidak memilih jalan pergi. Memantapkan hati bertemu Sinta dan memperbaiki kesalahannya.

***

Sinta sudah kian membaik, mungkin besok sudah boleh pulang. Rasanya bosan hanya berdiam diri menatap hamparan sawah lewat jendela ruang rawatnya.

Mantan Gak Ada AkhlakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang