17

4K 401 3
                                    

Sejak pulang kampus Rama lebih banyak diam. Sinta sebenarnya merasa aneh. Tapi lebih baik dia juga tidak membuka pembicaraan.

Motor Rama berhenti di apartment.

"kenapa kesini Ram?" tanya Sinta.

"kita mau buat," jawab Rama ambigu.

"ha, gimana-gimana?"

"kita buat adek bayi," ujar Rama membuat Sinta menampol kepalanya.

"mulutnya nggak dipasangin saringan mas?"

Rama mengabaikan lalu mengajak Sinta masuk.

Menuju lantai 15, lift berdenting terbuka.

"kamu bawa baju ganti nggak?" tanya Rama.

"buat apa?" tanya Sinta bingung.

"kamu lupa ya ini hari ulang tahun mami," ujar Rama datar.

"astaga ih seriusan? Aku lupa Ram," ujar Sinta mengingat ingat. Seingatnya ini bukan tanggal ulang tahun maminya Rama atau Sinta yang memang lupa?

"udah aku duga, untung tadi sempet beliin," ujar Rama.

"sejak kapan kamu punya apartment ini Ram?" tanya Sinta penasaran. Pasalnya Sinta tidak tahu mengenai apartment Rama ini. Rama itu anak mami jadi tidak mungkin betah tinggal sendirian.

"ini punya Restu,"

"Restu siapa?"

"selingkuhan aku,"

"ih serius!"

"jangan serius-serius ah, belom ada sangu,"

"Rama, gue tampol nih,"

"Restu itu cowok Sin, yakalik kamu percaya Restu selingkuhanku," ujar Rama dingin.

Sinta sempat terhenyak, baru sadar kalau kalimat-kalimat Rama meskipun bercanda tapi terkesan datar dan hambar.

"sana cepet ganti, gue tungguin," ujar Rama lagi.

Sinta terkejut, gue-elo?

"kamu kenapa sih Ram? Ada masalah sama aku?" tanya Sinta kesal.

"cepet Sin, udah nggak ada waktu," ujar Rama lalu melenggang keluar kamar.

Sinta yang bingung dan terkejut. Ini hari ulang tahun mami, Sinta tidak mungkin tidak hadir.

Sinta membuka paper bag yang berisi dress putih selutut dengan renda bagian atas dan bawah. Juga jepit bunga dengan ukiran yang cantik dan unik. Tak lupa flatshoes yang berwarna senada.

"eh beb, kok belum ganti?" tanya seseorang masuk dan mengamati Sinta kagum.

"udah cepet ganti beib, ntar eke bikin kaya bunga bermekaran."

Pria mlehong dengan dandanan ala cewek itu membuat Sinta ternganga.

Apa perlu Rama berlebihan seperti ini?

Sinta hanya menurut saja, pikirannya tengah melanglang buana.

Tidak terlalu lama, Sinta sudah siap.
"mas Rama beruntung banget ya, dapet bidadari," ujar Eska berdecak kagum.

"makasih," ujar Sinta tersenyum.

Cklek

Rama masuk dengan jas senada milik Sinta.

"couple goals," decak Eska lagi-lagi terpukau.

"udah selesai kan? Ntar gue transfer ya Ek," ujar Rama tak mengalihkan pandangan dari Sinta.

"Eska boss Eska, bukan Eka," gerutu Eska.

"iya udah sama aja," ujar Rama melirik Eska.

"gue tinggal dulu," ujar Rama menggeret Sinta lembut.

"ayo ntar kita telat," ujar Rama.

"saya tinggal dulu," pamit Sinta.

"iya beib hati-hati, transfer yang banyak boss,"


Mereka tidak lagi menggunakan motor. Mobil sport berwarna merah itu pilihan Rama.

"aku belum bawa kado," ujar Sinta.

"gue udah siapin," ujar Rama datar.

"ck lo kenapa sih Ram? Gue salah apa?" tanya Sinta marah.

"nggak ada," ujar Rama.

"terserah,"

Sinta ingin menangis rasanya. Mengingat apakah dirinya ada salah kata maupun perbuatan yang menyinggung Rama.

Tapi bahkan tadi pagi Rama masih seperti biasa. Kalau begini rasanya Sinta kembali ke masalalu. Dimana Sinta masih berjuang untuk cintanya. Lalu Rama yang terkesan dingin dan datar.

Apa sekarang dirinya sedang berada di masalalu?

"turun," ujar Rama membuat lamunan Sinta buyar.

Tidak ada bukakan pintu atau gandengan tangan Rama. Hanya ada nada dingin laki-laki itu.

Sinta turun menyusul Rama yang menunggunya.

Taman yang kosong dan gelap, Sinta merasa ada yang aneh.

"mana mami?" tanya Sinta.

"nggak ada mami, nggak ada siapapun, rasanya kosong dan gelap," ujar Rama.

Sinta mencerna kalimat Rama yang sepertinya melantur.

"itu kaya gue yang merjuangin lo selama ini," ujar Rama.

Sinta tersentak kaget, "maksud lo apa?" tanya Sinta.

"kosong dan gelap, lalu sia-sia karena sepertinya gue gagal,"

Sinta menatap Rama dalam, "kenapa gagal?"

"karena gue gagal dari awal Sin, merjuangin apa yang udah rusak," ujar Rama.

"ngomong yang bener Ram," desis Sinta.

"dari awal, gue merjuangin tapi nggak memperbaiki, perasaan itu udah rusak," ujar Rama.

"lo ngomong apasih! Plis jangan becanda ini gak lucu!"

"gue serius, gue nggak bisa buat lo sembuh dari sakit yang gue buat, gue fikir gue obatnya, tapi nyatanya itu cuma menghambat perasaan lo untuk sembuh,"

"gue cuma nambah beban dan luka yang ada dihati lo,"

"bener kata Arvin, gue itu brengsek. Cowok nggak ada otak. Gue harusnya dulu biarin lo lepas, tapi gue nggak bisa,"

"Rama cukup, gue nggak mau dengerin apapun dari mulut lo," ujar Sinta hampir menangis.

"Sinta, lo cewek baik, cantik, sabar, lo nggak cocok sama cowok bajingan kaya gue," ujar Rama.

"maksud lo apasih? Nyuruh gue dandan katanya mami ultah! Lo mau ngerjain gue?!"

"lo bisa dapetin cowok lebih baik," ujar Rama mengabaikan Sinta.

"jadi intinya lo mau mundur iya?"

Rama menatap Sinta memancarkan sorot penyesalan.

Plaakkk

"setelah gue bisa menata perasaan gue buat lo, dengan seenak jidat lo mundur Ram? Bajingan lo,"

🌻🌻🌻

Apa kabar semuaa
Maaf baru bisa apdate

Jangan lupa vomment ya

Luvv❤

🌻🌻🌻

Mantan Gak Ada AkhlakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang