22

3.7K 297 7
                                    

Sinta mengenakan celana training dan sweater birdonk. Rambut panjangnya ia ikat kucir kuda. Memoleskan sedikit make up agar kulit wajahnya tidak kering. Sandal swallow menjadi pilihannya. Seperti bukan Sinta Firdyanisita yang biasanya tampil sedikit mewah.

"Chel, aku tinggal dulu ya!" pamit Sinta sedikit mengeraskan suaranya pada Chelsie yang tengah mandi.

"iya kak hati-hati!"

Sinta menatap Risa yang masih tidur tak terusik suaranya dan Chelsie.

Villa ini hening, sepertinya semua memang beristirahat. Udara tidak begitu dingin karena menjelang siang. Sinta mengedarkan pandangannya kesekeliling.

"katanya nungguin dibawah, kok nggak ada," ujar Sinta mencari sosok Rama yang entah dimana.

Sinta mendial nomor telpon Rama namun tidak diangkat.

"ck, niat ngajak jalan nggak sih," gerutu Sinta kesal.

Villa ini memang dekat dengan desa, tak jarang ada beberapa penduduk lewat untuk ke kebun.

Ramah dan murah senyum. Sinta sempat berpikir apa tidak kering jika setiap papasan dengan orang lain harus tersenyum pepsodent.

Sinta berjalan ringan, menyusuri kebun kopi terdekat. Karena cuaca hari ini tidak terlalu dingin maupun panas Sinta bisa santai menikmati pemandangan. Sesekali selfie dengan ponsel barunya yang dihadiahkan oleh Rama.

Terlalu sibuk mencari angel yang pas tanpa melihat ada akar yang merayap ditanah. Kaki Sinta tersandung, tubuhnya limbung tanpa ada persiapan agar tidak terjatuh.

Brukk

Mencium tanah abang bukanlah yang pertama kali tapi untuk yang ini Sinta tidak berbohong, Sinta jatuh menimpa batu tapi tidak merasakan sakit. Darah segar mengalir dipelipisnya.

"mbak, mbak ngapain tengkurep disini?" tanya seseorang dengan aksen khas penduduk desa ini.

"to-long,"

Sinta terlalu shock menatapi tangannya yang menampilkan bercak merah yang mengucur dari kepalanya.

Kepala Sinta bocor.

***

Kaos lusuh yang bercorak lendut, bahunya kokoh pasti akan sangat nyaman untuk bersandar jika situasi tidak semacam ini. Sinta berada digendongan seorang laki-laki yang mungkin umurnya masih dibawah Sinta jika dilihat dari wajahnya yang dewasa tapi unyu menggemaskan.

"mbak tahan dulu, bentar lagi sampe klinik," ujar laki-laki itu menyemangati Sinta agar tetap sadar.

Laki-laki itu panik bahkan sampai mengabaikan beberapa sapaan warga desa yang menanyakan seputar W51H sudah seperti reporter yang mengejar gosip demi mencari sebutir nasi.

Sinta tak sanggup memikirkan hal lain selain pikiran negatif. Untuk pertama kalinya Sinta mengalami bocor dikepalanya. Karena jatuh saat sibuk selfi untuk unggahan medsos. Rasanya Sinta tidak mau lagi.

"pak dokter, pak dokter tolongin mbak ini dulu kepalae bocor!"

"astaghfirullah, sini Ren bawa sini,"

Dengan cekatan dokter bertindak, membersihkan darah yang masih merembes pelan dikepala Sinta.

"perlu dijahit ndak dok?" laki-laki itu datang membawa segelas teh manis.

"lukanya kecil, nggak perlu dijahit Ren," jelas pak dokter.

"alhamdulillah mbak,"

"terimakasih dok, nanti pembayarannya diurus belakangan bisa?" tanya Sinta sudah mulai bisa menguasai diri.

Mantan Gak Ada AkhlakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang