7

6.9K 601 9
                                    

Arvin sesekali melirik Sinta. Sejak tadi gadis itu hanya membisu. Tidak menangis juga tidak sendu. Hanya saja ada kekosongan dalam tatapan princess kecilnya.

"mau ku belikan es krim Ta?" tanya Arvin lembut. Tatapannya pun hangat.

"Ar, aku kangen Amar. Udah lama banget aku nggak kesana," ujar Sinta.

"iya, kita kesana," Arvin memutar arah menuju TPU Kalang Sari.

Sesampainya diparkiran Sinta menatap Arvin, "aku pengen sendiri Ar," ujar Sinta yang dengan berat diangguki Arvin. Arvin tahu Sinta butuh ruang untuk menumpahkan keluhannya.

Sinta sempat membeli bunga tabur juga air biasa didekat TPU.

Nafas Sinta lagi-lagi tercekat. Ingatannya melayang kembali pada saat dirinya masih menggunakan seragam biru putih.

Ini memori

"Sinta, mau nggak kamu jadi my girlfriend?" ujar seorang cowok dengan gaya sok romantis. Bukannya terasa romantis, karena yang melakukan adalah seorang Damar Bimasena maka jadinya menggelikan. Sinta tertawa sampai terpingkal-pingkal.

"nyontek dari mana itu?" tanya Sinta.

Damar dengan kaku kembali berdiri dari aksi jongkoknya. Menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil meringis, "tutor youtube Sin," ujar Damar.

Semua yang mendengar sekaligus melihat itu pun meledakkan tawa mereka.

Tanpa basa-basi Sinta memeluk Damar erat, "makasih udah berusaha jadi romantis, tapi nggak usah gitu jauh lebih baik Am," ujar Sinta sambil terkekeh pelan.

"maaf," ujar Damar.

"kok minta maaf?" tanya Sinta sambil mendongakkan kepalanya menatap cowok yang selama ini memberinya warna dihari-hari Sinta.

"karena aku bukan cowok yang romantis," ujar Damar lembut, meskipun cowok ini kaku tapi tetap saja ada hal-hal yang membuat Sinta jatuh cinta.

"aku sayang kamu Am," pelukan Sinta semakin mengerat. Seolah Sinta sedang menjelaskan jika Damar adalah orang yang pantas dicintai. Dan Sinta adalah salah satu orang yang mencintainya.

"jadi?" tanya Damar.

"jadi apa?" tanya Sinta balik.

"jawaban dari yang tadi,"

"jawabannya..." ucap Sinta menggantung. Membuat Damar juga para saksi menahan napas.

"apa?" tanya Damar lagi karena Sinta tak kunjung melanjutkan ucapannya.

"pr buat besok," ujar Sinta membuat Damar juga netijen menggerutu.

"kok gitu?" cemberut Damar.

Hei apa baru saja Damar merajuk?

Astaga kiyowo sangattt

"ahahaha becanda Am, iya aku terima," tawa Sinta benar-benar pecah. Raut Damar terlihat lega disusul sorakan dari netijen yang minta pj. Anjir memang.

"makasih," ujar Damar lalu memeluk Sinta.

Sejak saat itu Sinta jatuh cinta untuk yang ke-empat kalinya. Pada cowok kaku yang masih kekanakan. Untuk pertama kalinya Sinta mengalami apa yang dinamakan cinta monyet.

Memory End

Air mata Sinta mengalir begitu saja, lututnya lemas, dadanya sesak seperti ada sesuatu yang menghantamnya bertubi.

"sakit Am sakit," ujar Sinta memukuli dadanya. Sinta masih mencoba menguasai rasa sesaknya sampai akhirnya sesuatu menghentikannya.

"jangan dipukul, nanti malah tambah sakit," ujarnya. Sinta tertegun. Dsrimana datangnya cowok ini?

"jangan nyakitin diri sendiri, saya duluan," cowok itu pergi begitu saja.

Sinta berhenti memukuli dadanya meskipun rasanya masih sama sesaknya. Air matanya pun tak berhenti mengalir. Setelah memastikan cowok tadi sudah benar-benar pergi, Sinta kembali menatap batu nisan yang terawat itu.

"Amar, aku kangen, maaf baru bisa berkunjung,"

"aku cuma takut Am, aku takut sama rasa sakit Am, rasanya masih sama,"

"rasanya masih sama seperti pertama kali kamu pergi,"

Sinta tersenyum sedih, "Amar, dulu kamu bilang kalau aku sedih kamu bakal selalu ada buat ngehibur akukan? Kamu bohong Am,"

Tangis Sinta pecah mengingat bagaimana Rama selalu menyakiti hatinya. Sinta lelah.

"kenapa harus adik kamu Am? Kenapa harus dia?"

"kalau dia bukan adik kamu aku nggak akan segan-segan buat nyakitin dia balik. Nyatanya nggak bisa Am," Sinta selalu berpikir jahat untuk membalas Rama. Namun rasanya ia tidak pantas karena Rama adiknya Damar.

"Amar, maaf aku banyak ngeluh. Maaf aku sekalinya dateng malah kaya gini maaf, aku cuma nggak tahu gimana ngadepin situasi kaya gini hiks,"

Sinta melanjutkan dengan membaca doa dan menabur bunga juga air dipusara Damar.

"makasih Am, setidaknya aku lega, kamu baik-baik ya disana," Sinta mengecup nisan Damar lalu tersenyum lembut.

"aku pamit Am, aku bakalan sering jengukin kamu oke,"

Sinta beranjak, disana Arvin menatapnya penuh sesak. Arvin tahu bagaimana rasanya ditinggalkan oleh orang yang terkasih. Arvin tahu bagaimana depresinya Sinta saat mendengar kabar bahwa Damar telah berpulang ke pangkuan yang maha kuasa. Sinta bahkan mengalami stress karena menyesal tidak ada disamping Damar saat cowok itu sedang kritis.

Arvin selalu ada untuk menguatkan princess kecilnya. Membantu Sinta bangkit kembali. Sampai suatu hari princess kecilnya itu datang dengan raut sumringah. Bercerita kalau ada sosok pangeran dikampusnya.

Saat itu Arvin begitu lega mendengarnya. Apakah artinya Sinta benar-benar sudah bisa membuka hatinya kembali?

Sejak Sinta bercerita tentang pangeran kampus itu Arvin jadi lebih tenang karena setahunya Sinta tidak akan menjatuhkan pilihan hatinya dengan salah. Arvin begitu percaya dengan pilihan Sinta. Tepat saat Arvin harus pergi ke New York Sinta bercerita kalau coklatnya diterima.

Tapi lagi-lagi hal tak terduga terjadi. Rama kembaranya Damar. Kenapa dunia sempit sekali? Takdir kadang menjadikan kita lelucon. Tapi mengingat perkataan kasar dari Rama, sisi protective Arvin mendadak keluar.

Arvin tidak suka dengan laki-laki yang tindakannya saja sudah memberikan kesan sembrono. Tentunya kepercayaan yang Arvin berikan pada Rama benar-benar terkikis. Hampir tidak tersisa.

Siapapun itu, yang berani membuat princessnya menangis akan berhadapan langsung dengannya.

"hallo Key, bisa bantu aku?" tanya Arvin mati-matian menurunkan egonya.

🌻🌻🌻

Mian guys
Ini dari sisi pandang campuran
Dari Sinta juga Arvin

Ah, coba tebak siapa cowok tadi yang nyamperin Sinta?

Jaga kesehatan semuanya

🌻🌻🌻

Mantan Gak Ada AkhlakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang