11

5.3K 491 21
                                    

Sudah seminggu ini Rama menghindari Sinta. Ah salah, bukan menghindar tapi lebih tepatnya mengacuhkan keberadaan Sinta.

"Sinta,"

"Sin," panggil Damar berulang.

"eh- sorry lo tadi bilang apa?" tanya Sinta tersadar dari lamunannya.

Damar menghela nafasnya, "kalau kangen kenapa nggak disamperin aja?" tanya Damar.

"emm siapa juga yang kangen," ujar Sinta mengelak.

"mulut sama mata beda cerita ya," ujar Damar tersenyum kecut. Sayangnya Sinta tidak melihatnya.

"lagian dia biasanya gak gini," ujar Sinta cemberut.

"buat dia nyamperin kesini, gimana?" tanya Damar.

Sinta mengernyit, "caranya?"

"seret lah," ujar Damar bercanda.

"hiss nyebelin," ujar Sinta makin cemberut.

"utututu gemes banget sih, sini-sini aku cubit pipinya," ujar Damar gemas sendiri.

Damar dan Sinta makin dekat. Damar tipe cowok yang sebenarnya masuk list calon suami idaman. Tapi sayangnya hati Sinta mencintai cowok gila modelan Rama.

"ish! Damar jangan gitu," kesal Sinta menampik tangan Damar yang hampir menyentuh pipinya.

"lagian gemesin banget, eh tapi kamu tuh nggak cocok kalau jadi mahasiwi, masih pantes jadi anak SMP," ejek Damar.

"enak aja kalau ngomong, gue tampol juga lo," berbeda dengan orang lain yang akan bersemu jika dipuji terlihat baby face. Sinta justru selalu kesal. Sinta lebih suka jika wajahnya memperlihatkan kalau dirinya sudah dewasa. Sayangnya entah wajah juga kelakuan sampai sekarang masih seperti bocah remaja labil.

"yaudah iya maaf bu," goda Damar alhasil membuat Sinta makin marah.

"bu gundulmu!" sentak Sinta.
Tapi Damar suka, wajah cemberut Sinta juga sikap bar-bar gadis itu membuat Damar terhibur. Apalagi ekspresi itu menguar karena ulahnya.

Berbeda dengan meja Sinta yang berwarna. Meja Rama sangat abu-abu hampir menghitam. Gavin sampai meneguk ludahnya berkali-kali. Menatap miris botol minuman yang dipegang Rama sudah tidak berbentuk.

"dasar cowok nyebelin, liat celah dikit aja langsung nyempil kek upil," ujar Rama sambil mendengus kesal.

"salah lo yang ngasih celah buat tuh cowok nyempil," ujar Gavin telak.

Tapi dasarnya Rama kepala batu. Ia malah menatap Gavin tajam. Sedangkan Gavin memutar bola matanya malas. Menyerah untuk membuat Rama sadar.

"tuh tangan minta gue patahin apa ginana sih!" kesal Rama menatap tangan Damar yang mencoba meraih tangan Sinta.

"sukur lo gak dapet!" ujar Rama sambil memakan cemilannya tergesa. Bahagia karena Sinta kembali menampik tangan Damar.

Gavin beranjak, "mau kemana lo?" tanya Rama.

"mau buat sahabat ter-geblek gue sadar, masa pingsan berhari-hari," jawab Gavin asal.

Seingat Rama, Gavin tidak memiliki sahabat selain dirinya. Gavin memang bobrok tapi dia tidak mudah bergaul. Aneh bukan?

Gavin berjalan melewati meja Sinta. Lalu seolah tanpa sengaja tersandung dan menumpahkan pop ice yang dipegangnya.

Byurrr

"Astaga!" pekik Damar yang melindungi Sinta. Membuat cipratan pop ice malah mengenai Damar bukan Sinta.

"eh astaga, sorry-sorry, gue nggak sengaja," ujar Gavin merasa bersalah.

Mantan Gak Ada AkhlakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang