Chapter 22 -ada apa dengannya?-

4 0 0
                                    

"Entah apa yang ada di hatiku sekarang, yang aku tau, kepalaku tidak berhenti memikirkan mu. "

Happy Reading guys❤

Aulia berjalan menunduk di samping Dev, kata-kata dokter semakin membuatnya tertekan, otaknya buntu, sangat sangat buntu.

"Kapan kamu bawa Ibu kamu pulang? "

Aulia menguatkan dirinya, "Gak tau, Dev, "

"Aku bingung mau bawa Ibu kemana. Ke rumah gak mungkin, kalau aku bawa ke kontrakan siapa yang jagain Ibu saat aku kerja? Tapi kalau di sini terus, aku gak yakin Ayah masih mau bayarin biaya rumah sakit ini, " lanjut Aulia.

"Kamu gak dengar apa kata dokter? Ibu kamu akan lekas sembuh kalau kamu bawa pulang, " ucap Dev.

"Dengar, tapi aku harus gimana? " pertanyaan dari Aulia itu membuat Dev diam seribu bahasa, ia juga bingung harus memberi saran apa pada Aulia kali ini.

"Kalau aja aku punya suami, udah aku suruh kerja aja tuh, biar aku di rumah jagain Ibu, " seloroh Aulia memancing mata Dev meliriknya dengan tajam.

*__*

Dev membanting tubuhnya pada kursi yang ada di kamarnya, kelapanya terus berputar tentang kesedihan Aulia yang bingung mencari tempat tinggal.

Naluri Dev selalu ingin menolong gadis itu, namun ia tidak suka akan tindakannya sendiri.

"Harus ya gue nolongin dia lagi? " tanya Dev pada dirinya sendiri.

"Gimana ngomongnya ke Mama? " tanyanya lagi.

Ccekleekk.. (Pintu terbuka)

Dev langsung menatap kearah pintu untuk tau siapa yang masuk.

"Makan yuk, Dev, " ajak Reina.

"Iya, Ma. " lega rasanya yang datang adalah Mamanya, bukan teman-temannya atau Aulia yang sedang berkeliaran di kepalanya.

Dev sudah bergabung dengan orang tuanya di meja makan, sebagai anak tunggal Dev merasa keadaan ini sepi baginya.

"Gimana, Dev? Sudah punya pacar? " tanya Papanya Dev, Marchel.

"Belum, Pa. " Jawab Dev sambil terus makan, ia sudah biasa di tanya seperti ini, orang tuanya sangat berharap ia mau punya pasangan lagi.

"Itu temen kamu yang nemenin kamu sakit kemana? " tanya Marchel yang di maksud adalah Aulia.

"Iya, Mama juga udah lama gak ketemu sama Lia. Kangen Mama, ajak dong ke sini!" seru Reina.

Dev di buat tak percaya dengan ucapan kedua orang tuanya, sejak kapan mereka menyukai Aulia?

"Ma, Mama jangan nambahin gosip dong. Dev sama Lia gak ada hubungan apa-apa, " jawab Dev.

"Tapi Mama suka sih sama Lia, ya kan, Pa? " Reina mencari pembela.

"Iya, kayaknya anaknya sopan, " sambung Marchel.

"Jadi makan bangkainya Lia dong kita, " ujar Dev.

"Kok makan bangkainya Lia? " heran Reina.

"Ya ghibahin dia, "

"Dev, ghibah itu kan kalau ngejelek-jelekin, ini kita muji-muji Lia loh, " jawab Reina tak mau kalah.

Dev lebih memilih diam, jika di lanjutkan Dev akan kalah berdebat dengan Mama dan Papanya.

Makan malam telah selesai, Dev memilih untuk kembali ke kamarnya tapi tidak dengan Papa dan Mamanya. Setibanya di kamar Dev bukan malah tenang tapi pikiran makin berkecamuk, ia semakin memikirkan nasib Aulia sekarang. Pasti gadis itu tidak berani pulang ke rumah sakit malam ini.

MISI DAN TRAGEDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang