Chapter 1 -Tali rafia-

20 2 0
                                    

"Aku kira kau mawar, biarpun berduri tapi masih dapat ku genggam. Namun nyatanya kau bintang, jauh dan tak mampu ku gapai. "

Happy Reading Guys❤

"PERHATIAN SEMUANYA! "

"TIDAK ADA TOLERANSI UNTUK HARI KE DUA INI. SIAPA YANG TIDAK MENGIKUTI ATURAN AKAN DI BERIKAN SANGSI! "

"SEKARANG, YANG TIDAK MEMBAWA TALI RAFIA SILAHKAN MAJU KE DEPAN!"

Sedari tadi Aulia cemas mendengar orasi yang di kumandangkan seniornya menggunakan toa itu. Pasalnya, ia lupa membawa barang yang sangat wajib ada di hari itu.

Aulia gelisah memperhatikan sekitar. Tidak ada yang maju, itu artinya semua membawa tali itu kecuali dirinya.

"SEKALI LAGI PERINTAHKAN YANG TIDAK MEMBAWA TALI RAFIA SILAHKAN MAJU KE DEPAN! " Senior galak itu terus merongrong memojokkan dirinya.

Dengan tertunduk dan pasrah, Aulia melangkahkan kakinya.

Aulia tersentak begitu melihat ada seseorang memberikannya sepotong tali padanya. Aulia menatap ke wajah orang di sampingnya. Datar tanpa ekspresi.

Pelan tapi pasti Aulia menerima pemberian orang itu, mungkin Tuhan sedang baik padanya hari ini.

"Terima kasih. " ucap Aulia pelan.

Lagi-lagi orang itu hanya mengangguk.

"BAIKLAH SEMUA MEMBAWA BARANG YANG SAYA SURUH. DAN SEKARANG KITA MULAI OSPEK DI HARI KE DUA INI. "

Aulia dan teman-teman seangkatannya sedang mengikuti Ospek selama 2 hari ini dan 3 hari ke depan.

Dalam dua hari ini, Aulia sudah di buat penasaran oleh pria yang selalu dingin dan datar. Orang yang menolongnya tadi adalah orang yang sama menolongnya saat ia hampir terjatuh akibat di hukum mengepel kamar mandi karena ulahnya yang lupa membawa karton. Aulia mengingat jelas kejadian itu.

"Kak, " Aulia memberanikan diri menyapa pria dingin itu saat jam istirahat.

Pria yang sedang bergabung dengan kedua temannya itu menatap dingin Aulia.

"Emm, itu, makasih tadi udah ngasih tali rafia buat aku. " ucap Aulia yang gugup oleh sikap dinginnya.

"Gak usah kepedean! Saya cuman males dengar mereka merah-marah. Gak penting. " yang di maksud pria itu adalah senior yang jika bicara harus memakai toa.

Aulia mengangguk. Setidaknya niat baiknya telah terlaksana.

Untungnya di hari ke tiga Aulia waras dan tidak melakukan kesalahan. Aulia juga tidak mendapat kesempatan untuk berdekatan dengan pria itu lagi.

Namun di hari berikutnya bagaikan mimpi di siang bolong yang jadi kenyataan. Aulia di gabungkan dengan kelompok yang di dalamnya ada pria itu. Aulia bersorak ceria di dalam hatinya.

Ingin sekali rasanya ia kenal dengan pria itu.

Di ospek hari ini, Aulia di buat tidak fokus dengan adanya Pria misterius di dalam regu ini. Aulia terus mencuri pandang dan mencari perhatian agar bisa berbicara dengan pria yang dingin itu.

MISI DAN TRAGEDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang