Chapter 6

2.9K 360 39
                                    

Hari ini Reina akan melaksanakan misi dengan seseorang yang selalu berdebat dengan nya. Sungguh ini hari yang menyebalkan bagi seorang gadis bermata biru laut itu, dia berjalan santai menuju pilar angin yang sudah menunggu nya sekitar sepuluh menit yang lalu.
"Cih tidak bisa kah kau cepat? Aku sudah menunggu mu dari tadi!! Kita bisa ketinggalan kereta!" Ucap Sanemi yang menaikan nada suara nya. Padahal masih ada waktu 10 menit sebelum waktu kereta berangkat. Jika boleh memilih, dia lebih baik menjalankan misi dengan Muichiro atau Mitsuri daripada bersama orang yang membuatnya naik darah.

"Haik haik, gomenasai." Ucap Reina dengan malas.

Untung kau adik Tomioka, jika tidak sudah kuhabisi. Batin Sanemi

Mereka pun bergegas menuju kereta kuda yang mereka pesan. Reina dan Sanemi masuk sambil menunggu kakushi yang akan mengendarai nya, butuh waktu sekitar dua hari untuk menuju kota yang ditujukan.

Sepanjang perjalanan mereka berdua hanya diam, tak ada yang membuka pembicaraan. Sanemi yang merasa tak nyaman dengan suasana itu pun akhirnya berbicara. "Oi!" Panggilnya pada gadis disebelah kiri nya itu, namun gadis itu tak menoleh.

Dia melamun? Batin Sanemi.

"Oi!!" Panggilnya sekali lagi, Reina pun menoleh. "Ada apa, Shinazugawa san?". "Aku sudah memanggilmu daritadi tapi kau melamun. Apa yang kau pikirkan?"

"Tidak ada, hanya memikirkan hal tidak penting." Sanemi menghela nafas. "Menurut mu seperti apa iblis yang akan kita temui disana?"

Reina terdiam sejenak. "Menurutku jika dilihat dari informasi nya sepertinya itu adalah ulah iblis bulan." Mendengar jawaban Reina, Sanemi bergeming "Hm, aku juga berfikir demikian." Mereka pun terdiam lagi sibuk dengan pikiran masing masing.

"Kau menyukai Uzui?" Tanya Sanemi membuat Reina sedikit terkejut. Gadis itu terdiam sejenak mata nya menatap bawah dengan sayu "Aku tidak tau. Kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Dengan perilaku mu selama satu tahun terakhir berbeda. Dari tatapan mata mu, dari cara bicara mu ke Uzui berbeda dengan ke pilar yang lain. Kau kira kami para pilar tak menyadari nya? Pasti dia juga menyadari nya hanya saja dia menghiraukannya." Perkataan Sanemi membuat wajah Reina sedikit merona, mengingat perilakunya memang benar sedikit berbeda karena setiap dia dekat dengan lelaki itu entah kenapa jantung nya berdetak lebih cepat padahal dia berusaha menepis pikiran itu dan menganggap Uzui hanya lah guru nya.

"Tidak aku tidak menyukai nya, dia hanya ku anggap sebagai guru ku." Ucap Reina lalu mengalihkan pandangan nya.

Ya, lebih baik kau jangan menyukai nya. Dia sudah memiliki tiga istri, itu akan membuat mu sakit. Batin Sanemi

Tak terasa hari sudah menjelang malam, mereka pun memutuskan untuk makan dan beristirahat sejenak.
"Kau ingin memesan apa, Shinazugawa san?" Tanya Reina pada pria disebelahnya. "Sama kan saja denganmu." Reina pun memanggil pelayan untuk memesan makanan.
.
.
.
"Ahh akhirnya sampai juga, terlalu lama duduk membuatku pegal." Ucap Reina seraya merenggangkan tubuhnya. "Oi berhentilah bersikap seperti itu." Ucap Sanemi lalu berjalan mendahului Reina. Gadis itu pun langsung menyusul seniornya itu.

"Kota ini ramai sekali, membuatku pusing." Sanemi melirik gadis itu lalu menghela nafas kasar "Kau benar aku juga tak terbiasa dengan keramaian."

"Ini masih sore sebaiknya kita mencari penginapan dulu, Shinazugawa san." Mereka pun mencari penginapan untuk tiga hari, karena dikota sangat ramai pasti akan membutuhkan waktu yang banyak untuk menemukan iblis nya.

"Oi." Panggil Sanemi setelah memesan kamar "Kita hanya dapat satu kamar dan aku mengambil nya."

"Hah?! Kalau begitu aku takkan tidur selama tiga hari." Reina menghela nafas kasar. "Terserah kau jika kau kuat." Ucap Sanemi lalu pergi menuju kamarnya.

Sialan kenapa dia tidak peka? Biarkan aku yang menempati kamar nya lalu dia pergi. Batin Reina kesal.

Dengan berat hati Reina terpaksa mengikuti Sanemi dan masuk ke kamar.

Tomioka Reina'Pov

Setelah aku membersihkan diri, aku menggantikan seragam pemburu iblis dengan kimono yang aku bawa dan menyembunyikan di penginapan karena tidak mungkin aku berjalan jalan dikota dengan seragam pemburu iblis dan membawa nichirin, yang ada malah ditangkap polisi.
"Aku akan keluar untuk melihat keadaan." Ucapku pada Sanemi yang duduk diatas kasur.

"Kau tidak membawa nichirin? Itu akan berbahaya!" Ucap Sanemi yang melihat ku tidak membawa apapun. "Jika aku membawa nichirin polisi pasti akan menangkapku, Shinazugawa san." Jawabku dengan malas, kenapa dia tidak berfikir sampai kesitu?

Author'Pov

Sanemi berdecak kesal "Setidaknya kau membawa senjata, apapun itu."

"Aku tidak membawa senjata lain selain nichirin." Ucap Reina dengan santai nya. "Dasar bodoh."

"Aku sedang tidak ingin berdebat, Shinazugawa san." Sanemi beranjak dari duduk nya mendekati Reina "Ayo, aku akan ikut denganmu." Lelaki itu mengambil nichirin nya lalu disembunyikan dipunggung karena baju nya sedikit besar hingga dia bisa menyembunyikannya.

"Hmm ini sudah malam tapi masih ramai juga. Apa kau merasakan keberadaan iblis, Shinazugawa san?" Reina menoleh ke arah Sanemi. "Tidak, aku tidak bisa merasakan nya karena banyak sekali orang."

"Uhmm, aku lapar aku ingin makan ohagi dan dango. Kau tidak lapar, Shinazugawa san?" Sanemi yang ditanya itu pun mengalihkan pandangannya "Tidak." Reina yang melihat nya itu pun langsung memiliki ide untuk menggoda Sanemi. "Benarkah? Kau tidak ingin makan ohagi? Aku yang akan membayar loh. Kalau tidak mau juga tak apa, aku akan menghabiskan nya sendiri." Reina tersenyum licik ke arah Sanemi "Cih, ayo traktir aku." Lelaki itu pun berjalan mendahului Reina.

Dasar tsundere. Batin Reina

 
                          
                                 To be continue...

[✔]My Wave || Uzui Tengen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang