Buagh!!
Satu pukulan mendarat di pipi Uzui dengan keras membuatnya meringis.
"Ini semua salahmu, sialan! Jika kau tak mengajak Reina dalam misimu, dia tidak akan mati!!" Giyuu menahan emosinya yang bergejolak didalam dirinya, ia sudah hilang kendali, wajahnya merah padam.
"Tenangkan dirimu, Tomioka!!" Kata Rengoku yang sedikit kewalahan menahan Giyuu.
"Itu semua salahmu! Jika kau paham perasaan Reina dia tak akan tersakiti! Mana janjimu akan membuatnya bahagia dan melindunginya?! Dasar bajingan sepertimu harusnya kau saja yang mati!"
"Tenangkanlah dirimu, Tomioka san!!" Teriak Shinobu namun tak digagas oleh lelaki itu.
Dirinya sudah terlanjur hancur melihat kematian adiknya yang ia sayangi dan ia jaga.
"Oi bodoh! Itu bukan salah Uzui! Dia juga kehilangan mata dan lengannya karena bertarung dengan iblis bulan!!" Sanemi menahan emosinya melihat Giyuu yang egois seperti itu.
"Shinazugawa benar, dia juga bertarung sambil melindungi warga, Tomioka san!" Kata Mitsuri
"Kau terlalu egois, Tomioka san! Uzui juga merasakan hal yang sama begitu pula kami! Reina sudah kami anggap sebagai rekan berharga kami!!" Shinobu mencoba menyadarkan Giyuu
"Dia benar, itu salahku. Sebagai pilar dan sebagai orang yang menyukai Reina aku telah gagal." Jawab Uzui lalu meninggalkan mereka.
Giyuu juga melepaskan tangannya yang ditahan oleh Rengoku lalu pergi begitu saja.
"Biarkan saja mereka butuh waktu." Ucap Gyomei lalu diangguki oleh yang lain.
.
.
.
.
.
.
Hampa rasanya tanpa kehadiran Reina.
Itulah yang dirasakan Uzui dan Giyuu. Sudah lewat empat hari setelah kejadian itu, mereka masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Reina meninggalkan mereka untuk selamanya.
Angin musim semi menerpa wajah seorang hashira suara yang kini sedang berada di danau.
Danau yang menjadi saksi mereka berdua.
Tatapannya kosong, tangan kanannya mengepal, fikirannya tak berhenti memikirkan gadis yang ia sukai dari dulu.
Kenapa dirinya begitu ceroboh, kenapa dirinya begitu bodoh, kenapa dirinya begitu egois, kenapa dia tidak bisa melindungi gadis itu?! Uzui benar benar menggerutuki dirinya sendiri.
Jika dia jujur semuanya pada Reina dari awal, gadis itu tak akan tersakiti. Jika dia lebih memperhatikan Reina dari awal, gadis itu tak kan merasakan kecewa padanya.
Dia merasa sudah gagal, gagal melindungi Reina. Dia merasa tak berguna, hashira bodoh yang tak berguna.
"Tengen-sama." Panggilan itu membuat Uzui menoleh mendapati ketiga istrinya.
"Jika kau terus bersedih Reina tidak akan suka itu."
"Ya, dia pasti juga akan sedih melihatmu seperti ini."
"Berhentilah menyalahkan dirimu sendiri, Tengen-sama."
"Terimakasih, Hinatsuru, Makio, Suma." Jawab Uzui dengan senyum kecil.
"Ini ada surat dari Reina, dia menitipkannya pada Tomioka san tapi dia tak mau memberikannya sendiri padamu." Makio memberikan surat itu, lalu dibuka oleh Uzui.
Hai, Tengen-sama bagaimana kabarmu?
Ahaha pasti kau baik baik saja kan?
Ya walaupun mungkin tidak baik baik saja kau harus tetap bahagia, demi Makio, Hinatsuru, dan Suma!!
Jika kau membuka surat ini, itu berarti aku sudah pergi jauh! Kuharap kau tak menangis seperti anak kecil hehe.
Maafkan aku yang egois karena ingin memilikimu, Tengen-sama. Maafkan aku juga karena berbohong padamu ... akhir akhir ini aku meminum obat penenang yang ku minta dari Shinobu san karena aku sering bermimpi buruk.
Aku meminumnya banyak, padahal Shinobu san sudah memberitau untuk tidak meminumnya berlebihan tapi aku melanggarnya. Jadi mungkin karena efek dari obat itu, tubuhku gampang kelelahan dan detak jantungku kadang melemah.
Jadi aku tau, cepat atau lambat aku pasti akan meninggalkan kalian.
Ya itu memang salahku juga sih hehe...
Aku cuma ingin bilang kalau kau harus tetap hidup ya? Jaga kesehatan dirimu, dan kalau bisa kurangi sifat terlalu pede mu itu pada perempuan hahaha, aku hanya bercanda
Oh ya bilang pada nii chan juga, kalau dia harus mencari teman karena kulihat dia suka menyendiri aku jadi kasian melihatnya.
Kalau kau merindukanku datang saja ke makamku, aku akan selalu menunggu mu memberikanku bunga!!
Terimakasih telah mengajarkanku banyak hal, Tengen-sama! Aku senang bisa bertemu denganmu lagi dan menjadi muridmu!
Aku menyayangimu :)
Tomioka Reina.Uzui tersenyum kecil melihat surat itu dan mengambil pita yang ada didalamnya.
"Dasar bodoh tapi aku berterimakasih karena sudah bertemu denganmu, Rein." Ucap Uzui, lagi lagi air matanya menetes.
"Aku juga menyanyangimu, My Wave."
.
.
.
.
~END~Terimakasih para reader yang udah komen dan vote di book Al ini!!
Terimakasih juga buat yang udah baca! Walaupun gaje^^
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]My Wave || Uzui Tengen
Fantasy[Rate 17+] "Cinta itu seperti lubang, begitu kamu terjatuh kedalamnya, akan sulit untuk keluar." Start : 28-02-21 Finish : 12-04-21