Chapter 7

2.8K 354 72
                                    

Dua hari pun berlalu mereka berdua masih belum menemukan iblis yang berada di kota itu. "Ahh aku merasa seperti dipermainkan. Padahal kemarin kita menunggu sampai fajar tapi tak ada iblis yang muncul." Gumam Reina yang masih bisa didengar oleh Sanemi. "Iblis itu akan muncul malam ini, aku yakin." Ucap Sanemi tanpa menoleh.

Sanemi dan Reina pun berjalan jalan lagi di kota, hingga mereka mendengar keributan dan menghampiri. "Orang itu akan menjadi iblis, Shinazugawa san. Seperti nya ada yang mengubah keempat pria itu." Ucap Reina dia pun mefokuskan diri nya untuk mencari iblis yang menjadikan iblis keempat pria itu. "Bagaimana ini, sebentar lagi polisi datang. Kita tak kan bisa membunuh mereka karena disini ramai." Gumam Sanemi sambil berfikir.

Reina tersenyum, ia berhasil menemukan iblis itu berada dalam keramaian dan akan menuju lorong yang gelap dan sepi. "Shinazugawa san, tolong urus keempat orang itu. Aku menemukan iblis nya, aku akan kembali nanti." Belum sempat Sanemi menjawab gadis itu sudah pergi dengan cepat. "Bocah itu menyebalkan."

Reina pun menuju lorong tempat iblis itu berada. Dia bisa merasakan kehadiran iblis yang kuat, tapi saat dia memasuki lorong tersebut keberadaan iblis itu tiba tiba menghilang dalam sekejap. Reina memutuskan untuk masuk lebih dalam "Aku tau kau disana keluarlah!!" Ucapnya seraya mengeluarkan nichirin nya. "Haha tak ku sangka kita bertemu secepat ini, Reina." Ucap iblis itu berjalan mendekati Reina.

"Mumpung kita bertemu, bagaimana kalau kau menjadi iblis? Ini sudah kesekian kali nya aku berbaik hati menawari mu." Iblis itu tersenyum, Reina sedikit ketakutan karena aura nya sangat kuat sama seperti saat dia bertemu iblis itu pertama kali nya. "Dan untuk kesekian kali nya aku menolak dengan tegas, Muzan. "Ohh kalau begitu, bagaimana jika aku membunuh kakakmu dulu? Seperti yang ku lakukan pada keluarga mu dulu." Muzan tersenyum licik.

"Kau tau? Suara teriakan dari ibu mu itu sangat indah, dia berteriak saat aku merobek isi perut ayahmu di depannya. Dia menangis sangat histeris sambil memelukmu, kau masih ingat bukan?" Muzan berjalan semakin mendekat ke Reina, sedangkan Reina memundurkan langkahnya hingga menatap tembok. "Ibu mu itu adalah orang yang kuat ya sama seperti dirimu, dia menyuruhmu untuk pergi. Aku sudah berbaik hati menawarkan ibumu untuk menjadi iblis tapi dia menolak mentah mentah dan menusukku dengan pisau. Itu sakit loh, dia membuatku marah aku pun memotong kepalanya dan mencincang nya. Aku masih mengingat suara darah nya keluar, itu sangat menyenangkan."

"Hentikan ucapanmu itu, iblis sialan!!" Reina tak bisa menahan emosi nya lagi, tubuhnya bergetar. Dia lagi lagi mengingat kejadian yang sudah dia lupakan.

"Aku juga melihatmu itu menangis dan berteriak. Apa kau masih ingat? Ah ya pasti kau lupa, karena aku memukulmu hingga terbentur pohon kan. Kau hanya ingat kalau orang tua mu dibunuh oleh iblis tapi tak mengingat namaku. Pasti sakit kan? Darahmu keluar sangat banyak. Saat aku akan menjadi kan mu iblis, pilar air dan kakakmu pun datang menyelamatkanmu."

"Saat itu aku mendengar kakakmu langsung menangis dan memelukmu yang tak sadarkan diri. Tapi aku sangat beruntung karena dia tak memperdulikanku, jadi aku tak perlu mengubah identitasku. Tapi karena pilar air itu sempat memotong tanganku dan membawa kalian berdua lari, aku jadi kesal. Sungguh membuatku dendam pada kalian."

"Tapi sekarang aku beruntung dipertemukan denganmu, kau pasti ditakdirkan untukku, Reina."

Reina tak bisa menahan rasa takutnya, gadis itu menatap mata merah Muzan membuat trauma nya masa kecil kembali. Dia ingin mengayunkan nichirin nya, tapi tangan dan tubuhnya itu tidak mau bergerak.

Muzan mengangkat tangannya dan meletakkan jari nya di leher kiri Reina. Kuku tajamnya itu melukai sedikit leher Reina dan mengeluarkan darah. "Bau nya sangat enak." Reina tak bisa berbuat apa apa, dia terlalu takut saat ini dia hanya bisa memejamkan mata nya dan berharap Sanemi menolongnya.

Muzan beralih mencakar lengan kiri Reina menggunakan dua kuku nya, darah pun mengalir dari lengan gadis itu. Muzan menjilat jari nya yang penuh darah Reina. "Tatap aku." Muzan memegang dagu Reina, memaksa nya untuk menatap dirinya.

Raja iblis itu lalu menggores jari nya hingga mengeluarkan darah. "Minumlah ini." Dia mengarahkan jari nya ke mulut Reina.

Reina berusaha mati matian untuk melepaskan tangan Muzan. "Aku tidak akan pernah menjadi iblis sialan seperti mu!!" Pipi Reina pun terluka karena cengkraman erat dari Muzan. Iblis itu terus memaksa Reina namun tak berhasil, hingga Muzan merasakan ada nya kehadiran pilar. "Cih kau bersama dengan pilar ternyata. Lagi lagi aku harus pergi sekarang!! Sangat menyusahkan untuk mendapatkan mu, banyak sekali yang mengganggu." Ucapnya lalu pergi.

Reina terduduk lemas, tubuhnya bergetar hebat. Dia tak bisa memikirkan atau berbuat apapun, mata nya menatap kosong. Jika saja Sanemi tak datang dia pasti akan mati atau sudah berubah menjadi iblis.

"Oi kau tak apa?!" Ucap Sanemi sambil mengguncangkan pelan tubuh gadis itu. "Apa yang terjadi?!!" Tanpa pikir panjang Reina langsung memeluk Sanemi dan menangis. Sanemi yang mendapat perlakuan itu seketika terkejut tapi dia berusaha untuk memenangkan Reina.

Shinazugawa Sanemi'Pov

Setelah aku mengurus empat pria yang akan menjadi iblis itu, aku pun bergegas mencari bocah itu. Tapi aku tak kunjung menemukan nya, hingga aku merasakan kehadiran iblis yang kuat di lorong yang sepi. Aku pun langsung memutuskan untuk kesana.

Saat aku akan mendekati lorong paling dalam, tiba tiba kehadiran iblis itu menghilang dalam sekejap. Aku menemukan Reina yang terduduk dengan luka goresan di leher, pipi, dan lengannya. Aku pun bertanya apa yang terjadi, tapi dia tidak menjawab dan langsung memelukku. Dia menangis, aku sedikit terkejut karena seumur hidup ku aku belum pernah dipeluk oleh perempuan kecuali ibuku. Aku membiarkannya menangis hingga tenang, karena aku bisa merasakan dia sangat panik dan ketakutan yang luar biasa.

Author'Pov

Setelah Reina cukup tenang, Sanemi pun menggendong Reina menuju penginapan. Lelaki itu mengobati luka Reina dan menyuruhnya untuk istirahat, gadis itu hanya menuruti nya.

Aku harus melapor besok. Batin Sanemi

****

Malam pun berganti pagi, gadis itu masih didalam selimutnya tak berniat untuk keluar. Mata nya sembab karena menangis. "Oi bangunlah kita akan pulang hari ini." Ucap Sanemi seraya menarik selimut gadis itu.
Reina pun hanya menuruti Sanemi.

Selama diperjalanan Reina hanya diam, mata nya hanya menatap kosong seperti kehilangan cahaya nya. Sanemi menghela nafas, dia tidak tau apa yang harus dia lakukan. Gadis itu sama sekali tak berbicara daritadi malam, membuat diri nya tidak mengetahui apa yang terjadi.

Reina merasa kelelahan, lama lama dia tertidur. Sanemi yang melihat nya langsung memindahkan posisi kepala Reina ke bahu nya, agar gadis itu tidur dengan nyaman.

Hah, kenapa aku jadi peduli dengan nya? Batin Sanemi

  
                                     To be continue...

     
              

[✔]My Wave || Uzui Tengen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang