0.2 jeonghan si pendengar yang jahat

565 85 7
                                    

"Tumben pagi-pagi dah di depan pintu, bang? Kenapa gak masuk ikut sarapan?"

Jeonghan mematikan ponselnya dan memasukkan benda kotak itu ke dalam saku celana. Mengulet, menarik tangannya setelah duduk di bangku depan rumah Seungkwan sejak 15 menit yang lalu.

"Mana kakak lo?" tanya Jeonghan, mengintip sedikit ke dalam. "Katanya mau berangkat bareng."

Seungkwan tertawa. Ia bergegas duduk di sebelah Jeonghan sembari menunggu supirnya menyiapkan mobil untuk mengantarnya ke sekolah juga.

"Habis putus," kata Seungkwan.

"Sialan, pantesan nebeng gue lagi. Kenapa putusnya sekarang?"

"Lo gak liat gak ada mobilnya di sini? Semalem di tabrakin, bang. Ancur depannya. Mabuk denger-denger," jawab Seungkwan lagi.

"Sojung kecelakaan semalem?"

"Kagak. Mobilnya dipinjemin ke pacarnya. Si teteh gak bilang ke bokap, tiba-tiba bokap di telpon polisi ini mobil anaknya di kantor. Panik, kan. Teh Sojung di rumah kok mobilnya ancur di jalanan."

"Pinter banget." Jeonghan tertawa. "Udah gue bilangin tu cowok kagak bener masih aja mau dipacarin. Tampang doang ada tapi attitude nol besar."

Seungkwan setuju. "Kasih tau, bang." Ia bisa saja membeberkan semuanya saat ini kalau Sojung tidak tiba-tiba saja keluar dari rumah sudah siap untuk berangkat ke sekolah.

"Cerita apa lo?" tanya Sojung menyipitkan matanya kepada Seungkwan. Seungkwan tertawa kemudian kabur mencari pak Ahmad untuk buru-buru pergi darisana daripada mendapat amukan dari Sojung karena memberi tahu beberapa hal rahasia kepada Jeonghan.

Seungkwan yakin, sih, kalau dia tidak memberitahu Jeonghan, pria itu akan tetap tahu bagaimanapun caranya.

"Putus kok nunggu mobilnya ditabrakin dulu," ucap Jeonghan, menjitak kening gadis itu sambil berlalu masuk ke dalam rumahnya untuk menyapa om Yoo dan tante Yumi.

"Seungkwan!!" seru Sojung di luar sana mengetahui apa yang dilakukan adiknya barusan itu. Seungkwan hanya melambaikan tangannya dari jendela mobil.

"Tante Yumii, apa kabar?" seru Jeonghan, menghampiri seorang wanita cantik yang sedang membereskan piring-piring bekas sarapan bersama pembantu lainnya.

"Heh, kenapa gak ikut sarapan?" tanya tante Yumi, memukul pelan pundak Jeonghan sambil tertawa. Jeonghan hanya menggeleng-geleng sambil mengambil satu buah apel dari atas meja makan.

"Yewon mana, tante?"

"Dia di Surabaya, lihat cicinya yang lahiran. Kamu mau jemput Sojung?"

"Iya, nih. Katanya abis putus, gak ada tukang anter jemputnya lagi, jadi balik nebeng sama Jeonghan," jawab pria itu sambil melirik ke arah Sojung yang baru saja membuang muka darinya.

"Iya, bilangin tuh, Jeonghan. Pacaran kok sama anak gak bener. Mobil dimana, anaknya dimana. Kasih tau suruh belajar, mau ujian sebentar lagi," sahut om Yoo yang entah darimana sudah rapi dengan setelan jasnya mau pergi bekerja ikut membicarakan Sojung. Jeonghan hanya tertawa saja.

"Siap om. Ntar anaknya dijagain sama Jeonghan sampe bisa masuk Harvard. Pamit dulu om, tante. See youu."

Jeonghan berjalan keluar setelah ia pamit. Ia melewati Sojung sambil melempar smirk-nya. Sojung langsung memukuli punggung pria itu karena kesal. Jeonghan pasti merasa menang karena tebakannya tentang pria yang dipacari Sojung sebelumnya itu brengsek dan lainnya.

"Cepet nanti telat," seru Sojung.

Jeonghan memberikan helm kepada Sojung dan memakai helmnya sendiri. Gadis itu segera naik ke atas motor dan memukul bahu Jeonghan sekali lagi. Pria itu hanya tertawa sambil sesekali mengaduh sakit. "Ceritain ya sambil jalan."

Apsaradwipa - HYBE (bts • seventeen • gfriend • txt • enhypen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang