Bab 10 : Padat

433 29 5
                                    

Pagi hari yang mendung, tidak menyurutkan semangat para siswa di akademi bayangan tingkat tinggi terbaik klan bulan untuk menuntut ilmu, termasuk tiga sekawan ini.

Raib, Seli dan Ali sedang berjalan menuju kantin untuk sarapan. Sepanjang perjalanan mereka mendapat banyak gangguan dari tatapan para siswa, bisikan-bisikan, dan juga siswa yang meminta tanda tangan di novel favoritnya.

"Hah Ali! Kau punya alat tidak untuk menutup kuping atau apalah. Headset sudah tidak manjur" keluh Seli dengan wajah cemberut, aku hanya geleng-geleng kepala heran.
"Aku sedang mengembangkannya" jawab Ali malas.
"Wah! Benarkah? Baguslah" Ucap Seli dengan berbinar.
"Ayo kita duduk di tempat Ken dan Eci saja, yang lain sudah penuh" Ajakku yang di angguki mereka.

"Pagi Ken, Eci!" Sapaku dan Seli. Si biang kerok mah langsung duduk. Sepertinya dia sudah tidak tahan untuk membuat onar, hahaha hanya bercanda.

"Pagi juga" jawab mereka serempak.

Setelah itu kami lebih memilih bubur dengan sayur bergizi entah itu sayur apa kami tidak tau. Ken dan Eci sudah lebih dulu memesan.

Kami sarapan sambil mengobrol karena jam masuk masih setengah jam lagi.

"Kenapa sih hari ini mata kuliahnya harus yang merepotkan dan hari ini sangat padat" sungut Eci. Aku dan Seli hanya menahan tawa melihat wajah Eci yang lucu.

Tentu saja Eci kesal karena hari ini mata kuliahnya pertama adalah Kimia dan Keindahan didalamnya dan yang kedua tumbuhan, hewan dan bukan kedua-duanya. Setelah mata kuliah wajib sorenya adalah mata kuliah pilihan memasak yang dipilih Eci dan Seli.

"Jalani saja, jangan dibawa emosi nanti waktu berjalan lambat lo" peringatku sambil menyuap bubur yang terakhir.

Eci hanya mendengus dan karena kami sudah tidak bisa menahan tawa akhirnya kami tertawa lepas. Dan kami pun menjadi pusat perhatian di kantin ini.

Kring-kring-kring-

Bel masuk sudah berbunyi dan 10 menit lagi dosen akan datang ke kelas tetapi karena hari ini mata kuliahnya Kimia dan keindahan didalamnya maka kami langsung ke laboratorium.

Di laboratorium dibagi menjadi dua ruangan luas, yaitu ruangan untuk mengajar mata kuliah kimia dan ruangan praktik.

Sesampainya di labratorium aku merasa seperti menjadi seorang ilmuwan hahaha. Benar-benar menakjubkan.

"Eci, Ken! Kalian pernah membuat reaksi kimia atau apalah itu yang berhubungan laboratorium?" Tanyaku pada mereka. Aku tak akan menanyakannya pada Ali karena dia punya basement untuk penelitian dll.

"Aku pernah tapi hanya sekali dan itupun berakibat fatal. Meja yang kugunakan membuat reaksi langsung bolong" Jawab Ken lalu tertawa.

"Karena ini baru pertama jadi mungkin hari ini materi. Ayo duduk!" Ajakku.

"Aku sudah lama tidak melakukan hal yang berbau kimia. Hanya membuat alat dan menyempurnakan ILY" celetuk Ali saat kami sudah duduk.
"Tentu saja! Bagiku itu lebih penting dan lebih dibutuhkan" sergah Seli.
Aku hanya memutar bola mata malas.

"Selamat pagi semuanya!" Sapa seseorang yang baru saja masuk dengan nada tegas.
"Pagi Mr!" Jawab kami serentak.
"Perkenalkan nama saya-" belum juga sang dosen selesai bicara sudah dipotong oleh Seli.
"Mr Chem, dosen mata kuliah kimia dan keindahan di dalamnya" celetuk Seli. Semua mata mengarah padanya dan seketika Seli seperti tersadar dan langsung menutup mulutnya. Dia sudah pucat karena tatapan tajam Mr Chem.

"M-maaf Mr Chem, a-aku tidak bermaksud memotong ucapan t-tadi hanya reflek" elak Seli dengan patah-patah.
"Tidak apa. Aku tau siapa kalian, huh. Aku harus lebih bersabar untuk kedepannya" Ucap Mr Chem dan diakhiri gumaman.
Seketika Seli langsung bernapas lega dan melirikku seolah mengatakan 'mengapa tidak membantu?' ahaha, wajahnya sudah sangat pucat.

RaSeLi : ABTT Klan BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang