Gyuri POV
2027.
Aku langsung mengambil first flights hari itu juga dan, tidak banyak yang aku bawa. Ya, hanya diri ku sendiri. Di dalam pesawat pun, aku terjaga dalam pikiran ku sendiri.Tiba di Gimpo, Kong-ajussi yang sedari awal sudah menunggu ku, langsung menyuruhku bergegas menuju rumah duka. Sampai disana, aku berlari sekuat tenaga, tanpa henti.
Dan kaki ku berhenti tepat di ruangan penuh bunga chrysanthemum itu. Aroma bunga dan dupa menyatu dan aku tersungkur, sambil memberi hormat pada Imo Seo, ketika melihat fotonya yang perpajang disana. Aku membungkuk, menahan semua emosi di dada ini.
Haruskah aku menangis di hari kepergian-mu, Imo...?
Haruskah aku berbahagia di hari kepergian-mu...?
어떻게 해야 하나요?
Tidak pantas jika aku bersedih atau berbahagia, kan?
Imo pergi tanpa berpamitan dengan ku...
Imo pergi menanggung semua rasa sakit dan nyeri itu, sendiri.
미안해요, 당신에 대해 걱정하지 않는..."미안해... 그리고 이 순간까지 어린 시절부터 저를 동반해 주셔서 대단히 감사합니다, Imo..." lirih ku.
Aku membungkuk memberi hormat kepada keluarga Imo Seo.
"duduk dan makanlah dulu..." kata Anju, anak perempuan Imo Seo. "Eonnie terlihat lelah... apa mau aku ambilkan sesuatu?"
Aku menggeleng pelan.
"aku keluar sebentar ya..."
"baik Eonnie."
Aku keluar menemui Kong-ajussi.
"Ajussi, apakah semua prosedur pemakaman dan lainnya sudah diurus?"
"sudah saya urus semua, sesuai perintah Agassi. Apakah ada yang kurang?"
"pokoknya berikan pemakaman yang layak dan segera isi, jika ada yang kurang. Soal uang, hubungi aku, jangan terima atau meminta uang selain dari ku, oke."
"baik Agassi. Oh iya, Tuan dan Nyonya, nanti malam kesini."
Aku mengangguk.
"ya sudah, Ajussi pulanglah, beritahu mereka kalau aku sudah kembali dan jangan membahas apapun."
"baik, saya pulang dulu."
"gomawoyo Ajussi."
Kong-ajussi membalas dengan senyumnya serta membungkuk memberi hormat padaku.
.
.
.Malamnya di rooftop rumah duka.
"ini catatan medis Imo. Dari awal dia konsultasi dan catatan hari terakhirnya. Mianhaeyo Gyuri, karena janji dari Imo, aku tidak bisa memberitahu semuanya... mianhaeyo..."
Dengan gemetar, aku menerima map putih itu.
"arraseo Oppa, aku juga akan memahami, posisi Oppa saat itu..."
Gyojun-oppa membuka lebar kedua tangannya, dengan satu arahan darinya, aku datang kepadanya dan, memeluk nya... lalu menangis dengan sekuat tenaga.
"menangislah Gyuri... menangislah sampai habis air mata mu... kamu bisa memeluk ku, memukul ku atau apapun itu, sampai semua emosi di dadamu, keluar semuanya..." bisik Gyojun-oppa.
Dan tanpa aba-aba lagi, hari itu, malam itu, saat kepergian Imo Seo, aku telah menumpahkan semuanya kepada Gyojun-oppa.
...
Epilogue.
Rumah Sakit.
"mianhaeyo Hoseok-ie... Mianhaeyo Gyojun... maaf merepotkan kalian berdua. Imo yakin, suatu hari nanti, ketika Gyuri mengetahui, dia pasti akan memahami kalian berdua tanpa memarahi kalian~" lirih Imo Seo, sambil nyengir.
"jangan berbicara seperti itu..." sela Jhope. "Imo harus kuat... harus kuat."
Genggaman Jhope saat itu, membuat Imo Seo semakin tidak berdaya.
"Gyojun... aku ingin berbicara dengan mu... jadi Hoseok-ie, bisakah kamu keluar sebentar..."
Jhope mengangguk mengerti.
"jangan biarkan dia pergi, Hyung!" seru Jhope.
Gyojun hanya mengangguk mengerti, lalu duduk tepat disamping Imo Seo.
"karena... kamu yang paling mengerti kondisi ku... tolong, relakan aku... karena rasa sakit dan nyeri ini sangat membuatku lemah, Gyojun. Bukannya aku tidak mau berjuang untuk bertahan atau hidup, tapi... aku tidak ingin menjadi lemah di mata Gyuri nanti. Jadi, relakan aku jika aku tidak kuat lagi, oke."
"baik Imo, karena perjanjian yang sudah Imo Seo sah-kan, kami sebagai Dokter juga tidak bisa melawan kehendak pasien." jawab Gyojun, apa adanya.
"jika aku pergi, tolong berikan surat dan semua rekam medis ku pada Gyuri, biar dia tidak merasa bersalah pada dirinya sendiri, oke."
"baik Imo."
"gomawoyo Gyojun..." balas Imo. "tolong panggil Hoseok-ie, aku juga ingin berbicara padanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
SMILE [[JHOPE]] ☺️
Fanfiction[ C O M P L E T E ] [[word count: 14,092 words]] story by ssjin___