1. Gurat Paralel

621 101 414
                                    

Thursday, February 25th, 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thursday, February 25th, 2021.

Bagaimana rasanya jika kau memiliki kemampuan untuk memutar ulang waktu? Persis seperti menyetel ulang pengaturan waktu di ponselmu. Mengendalikan banyak hal, meminimalisir problematika, bahkan mengubah masa depan. Menyenangkan, bukan? Itu yang dirasakan seorang Luna Marshila Zahira.

"Luna, aku pinjam pulpenmu!"

"Tidak."

"Oh, ayolah! Sehabis ini jam pelajaran Miss Syarah, aku belum mengerjakan tugas Kimianya!"

Gusar, Luna mendelik horor. Ia kurang tidur, semalam. "Apa peduliku? Dimohon tahu diri, ya. Kau sudah kubiarkan untuk melihat tugasku, itu! Sekarang, tidak lagi."

Ken menghampiri bangku Luna, lalu berbisik, "Lun, lihat! Ada senior ganteng lewat di dekat pintu, melebihi pesona Akabane Karma yang kau idam-idamkan!"

Lebih cepat dari kejaran Pak Uzaz ketika Ken menerobos penjagaan satpam yang sudah bersiap menutup gerbang pukul tujuh tepat, Luna menyambar pulpen cadangannya yang hampir diraih Ken. Luna tidak akan tertipu lagi, lebih-lebih hanya karena Ken mencomot nama ultimate husbu-nya secara asal. "Tidak. Setelah digunakan sebagai alat pancing upil, kau akan menghilangkan pulpen ini."

Ken bangkit dengan wajah nelangsanya, tak terima. "Hei, mana ada! Aku sudah melaksanakan ...."

"Rutinitas mengupilku sejak tadi pagi, bahkan kini sudah menjadi hiasan tempelan di sudut meja," sela Luna, menuntaskan kalimat Ken yang terpotong. Mendapati respons Ken yang semakin kebingungan, Luna menyeringai puas. "Itu yang akan kau katakan, bukan? Wew, basi. Berikutnya, belajar buat alibi yang lebih keren lagi, ya!"

Mulut Ken menganga sempurna. "Ta-tapi aku belum pernah mengatakan itu, sebelumnya. Jangan-jangan, Luna ... Luna indihey nehi-nehi acha-acha, ya!"

"Maksudmu indigo?" Luna menatap malas, gelaknya terhenti sesaat.

"Iya! Katanya, mereka punya kemampuan spiritual yang tinggi. Mulai dari melihat masa depan, telepati, interaksi dengan alam gaib, sampai membaca pikiran. Kalau begitu ...." Ken mencengkeram erat kedua bahu Luna, sambil menggoyangkannya berkali-kali. "Tolong terawang jodohku di masa depan, Mbah! Kumohon! Apa aku akan punya empat biji istri? Aku jadi bos besar, 'kan? Rumahku di mana-mana? Mbah, Mbah! Apakah di masa itu, El dan Luna akan mengemis-ngemis kepadaku, minta ampun karena selalu meremehkan sahabat keren sepertiku? Mereka akan jadi gembel?"

Hei, ayolah. Mata cokelat terang Luna membelalak. Yang benar saja. Ini bukan cerita supernatural, tahu! "Sshhh! Aku mencium aroma-aroma kehancuran," desis Luna, sambil mengibaskan lengan di pundaknya. Ikut merasa was-was, Ken mengunci mulut. Dia lalu mengerjap cepat, mengikuti instruksi Luna untuk diam, yang tidak ada hubungannya dengan indra penciuman sama sekali. "Aah, ini buruk, Ken Alvaro."

Ken makin serius menatap Luna yang mulai mengendus-endus sambil menggelengkan kepala, menghayati peran. "Kenapa? Ada apa?"

"Bau terasi dan kaus kaki apak dari mulutmu itu mengatakan segalanya ... aih. Buruk sekali. Kau akan jadi wibu pengangguran seumur hidup, Ken. Kamu tidak diakui siapa pun. Orang-orang menganggapmu beban yang tidak menarik, bahkan untuk dilirik sekalipun." Luna menghela napas panjang, diiringi desisan sok misterius. "Sangat disayangkan, Ken. Kau akan berakhir di tempat sampah. Kau benar, rumahmu di mana-mana. Untuk tidur, kau biasa berpindah-pindah tempat, mulai dari pinggiran kios grosir, tempat pembuangan akhir, sampai kolong jembatan. Persis manusia purba, hidup nomaden. Bukan hanya empat istri, kau malah akan ditemani sekampung tikus dan serangga."

Detik Detak✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang