"Kulkas dua pintu Luna yang penuh kenikmatan! Aku sangat merindukanmu!"
"Ken Alvaro, berhenti di tempat!" Hari ini, Luna benar-benar kewalahan menahan hasrat Ken yang semakin kurang ajar.
Lihat saja. Beberapa detik berikutnya, Ken sudah memonopoli isi freezer. Ken mengangkat tiga bungkus es krim di tangannya. "Strawberry Crispy? Woah, varian baru!"
Sehabis menyimpan helm di atas meja ruang tengah, Luna berlarian memburu Tikus Rakus yang sedang aktif merambahi dapur. "Kem-ba-li-kan!"
Tangan Luna yang sudah terulur untuk merebut kembali hak miliknya, kini terpaksa direm mendadak. Ken mengapit es krimnya di ketiak. Raut mukanya terlihat bahagia sekali begitu mendapati reaksi Luna yang heboh menahan muntah.
"Stop! Jangan pernah berani melecehkan anak-anakku!" seru Luna, penuh penekanan. Dengan menggunakan tenaga maksimum yang bisa dihasilkan dari kapasitas tubuh mininya, Luna mencengkeram punggung kaus Ken, lalu menyeretnya senti demi senti, susah payah. "El! Tidakkah kau tertarik untuk berkontribusi mendedikasikan badan tiangmu supaya lebih bermanfaat bagi umat, sekali ini saja? Bantu aku mengangkut sampah masyarakat ini untuk ditenggelamkan di Segitiga Bermuda!"
Meski begitu, Ken masih tersenyum puas. Setidaknya, tiga es krim ini sudah menjadi miliknya, secara mutlak. Bagaimanapun, Luna tidak akan berani merebutnya. Sudah terlanjur dicemari bau masam dari ketiak Ken. Apa boleh buat. "Iya, iya. Aku sudah tenggelam di lautan hatinya Alzinda, kok. Lagipula sampai detik ini, belum ada niatan untuk naik ke permukaan, Lun."
"Nice, enyahlah dari duniaku. Jangan pernah pulang, ya. Semoga tenang di alam sana!"
Ken tergelak sambil menepuk pundak Luna keras-keras. "Ini, nih! Ini! Tipikal orang yang kalau benar-benar ditinggal akan menangis sampai terjungkal-jungkal. Luna tsundere! Kau pasti akan jadi yang paling sering menyebut-nyebut namaku dengan muka penuh ingus, kelak."
Narsistik stadium akhir! Luna jadi turut berbelasungkawa. Kasihan Ken.
"Luna, kembaliannya mana?" Teriakan Rena terdengar menggelegar di seisi rumah lantai dua itu.
Merasa ada hal yang jauh lebih mendesak untuk segera diurus, Luna akhirnya membiarkan Ken melarikan diri ke kamar Luna sambil menikmati hasil jarahannya. Luna membasahi bibir, lalu balas berseru, "Tidak ada, Ma. Ken beli banyak hal! Sudah kubilang, kan, kita bisa bangkrut kalau terus membiarkan cecunguk buluk itu bertingkah semaunya!"
Rena muncul dari ruang kerjanya yang merangkap sebagai perpustakaan mini milik pribadi. Kacamata baca masih tergantung di pangkal hidungnya. "Jangan sekali-kali berniat menipuku, Luna Marshila Zahira. Total yang kalian habiskan hanyalah empat puluh satu ribu, mana sembilan ribunya?"
Sialan, ini pasti ulah El yang selalu minta dipretel! Ah. Seharusnya, Luna tidak membiarkan Ken mengalihkan perhatiannya, dan El malah jadi yang bertugas mengantarkan pesanan Rena. Bahaya! Saking besarnya kebocoran yang disebabkan El, Luna sampai merasa terhempas banjir bandang saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik Detak✓
FantasySabotase alur kehidupan. Rentang kisah yang terburai. Semua ini berawal ketika Luna menerima pulpen-yang ternyata berupa alat untuk memutar ulang waktu-dari titipan mendiang papanya. Impresif. Tidak ada yang lebih seru dari melompati berbagai ruang...