"Pakai Potterhead Couple saja!"
Kalimat singkat dari celetukan Aga terdengar sangat mencolok, mengingat suasana kelas yang sedang sunyi senyap karena terlarut dalam pikiran masing-masing, kala itu.
Telinga Luna memanas. Jantungnya heboh bertalu-talu. Apalagi ketika warga kelas bertanya-tanya, dan Aga menyahut santai, "Iya, Luna-Melvin!"
Di antara riuh rendah warga kelas, Luna menahan gemas dalam hati. Wo wo wo wo wow, mereka bisa cosplay jadi Harry Potter dan Ginny Weasley! Luna terlanjur baper sendiri, begitu melukiskan potret Melvin berkacamata bulat di tengah kanvas angan-angannya. Mereka pasti jadi couple serasi!
Namun, takdir memang selalu memelintir. Adegan paling anu terjadi ketika Melvin menyela sorak-sorai penduduk MIPA-5 dengan dehaman gugup. "Uhm ... maaf. Aku harus patroli dan ambil bagian di keamanan dulu, di hari-H. Aku hanya bisa mengecek stan kita sekitar ... lima belas menit sekali, mungkin. Tidak ada jaminan, ya."
Kurva senyuman Luna berbalik jadi menukik ke bawah. Terlebih-lebih lagi, seisi kelas akhirnya fix begitu saja, menentukan model bazar untuk diperankan trio babon: El, Ken, dan Luna.
Karena itulah, di hari baru yang masih sangat pagi ini, Luna terpaksa berangkat ke sekolah lebih awal. Dengan wajah suntuk nan terkantuk-kantuk, Luna mendengkus singkat, lalu menurut saja begitu Naira mengotak-atik wajahnya. Tidak perlu make over berlebih, sebenarnya. Luna hanya mengenakan jubah toga hitam yang didapat Garda—Si Ketua Kelas—dari hasil negosiasi dengan ayahnya yang tak lain adalah guru olahraga di Persatas dan punya banyak koneksi. Begitu juga dengan El dan Ken.
Kolaborasi penuh konspirasi yang basi. El ogah-ogahan memakai kacamata bulat bekas Raya. Di sisi lain, Aga semangat sekali mematahkan ranting pohon jambu biji yang tumbuh cukup rendah di sudut halaman belakang sekolah. Diserahkannya masing-masing satu untuk El, Ken, dan Luna, yang akan memerankan golden trio dari Harry Potter di Persatas Day kali ini.
"Wahai tongkat ajaib, jadikan Aga sebagai pangeran kodok. Simsalabim abracadabra!" seru Ken, mengentakkan ranting di tangannya ke arah Aga.
"Mana ada simsalabim di Harry Potter, oi. Dikira, ini ajang pencarian bakat sulapnya Om Tarno, apa?" Aga menabok kepala Ken sampai terpental. "Selain itu, kenapa dialog pertamamu terdengar seperti mantra Balveer Si Anak Super acha-acha nehi-nehi yang sempat viral waktu kita kelas empat SD?"
Tak peduli ocehan Aga yang nyinyir anyir, Ken sudah kabur macam orang gangguan jiwa yang baru dilepas dari isolasi psikiater. Satu sekolah jadi gempar karena teriakannya sambil berlarian sana-sini, tanpa malu. Setiap kali bertemu siswa—entah itu junior atau kakak kelas—Ken akan menepuk dahi mereka keras-keras, sudah seperti sedang high five. "Gas, datang ke stan Hungry Potter XI MIPA-5! Dibeli, dibeli. Minimal belanja sepuluh ribu rupiah saja, sudah bisa foto bareng Ken Alvaro, ya!"
Sebutir cilok plontos yang mulus mendadak saja terjatuh karena tersenggol Ken. Pemiliknya menatap Ken, penuh penuntutan. Namun, tanpa dosanya, Ken malah melanjutkan sesi promosinya. "Iya! Ken Alvaro, selebritis fantastis itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik Detak✓
FantasySabotase alur kehidupan. Rentang kisah yang terburai. Semua ini berawal ketika Luna menerima pulpen-yang ternyata berupa alat untuk memutar ulang waktu-dari titipan mendiang papanya. Impresif. Tidak ada yang lebih seru dari melompati berbagai ruang...