[Epilog]

161 27 10
                                    

Pssst, bisa terdengar? Aku mempercayakan pesan ini pada desau angin yang berbisik menyelisik. Ekhem. Percaya atau tidak, aku sudah berhasil melalui hari-hari tanpa eksistensimu di muka bumi. Membiasakan diri?

Tidak! Tentu tidak, wahai daksa yang pernah merengkuhku erat .... Tidak ada satu pun yang mampu terbiasa dengan suatu kehilangan.

Uhm, bagaimana kabarmu? Tampaknya, kau terlelap dengan tenang. Saking lelapnya sampai tak sempat untuk mengucapkan kalimat-kalimat perpisahan. Kau tahu? Di sini, bukannya nyenyak. Aku malah tak bisa memejam barang sejenak, karena selalu ada kamu di penjuru benak.

Baiklah, baiklah. Apakah Tuhan memberitahumu segalanya? Tentang Query, BlackHiss, dan ... semua ulahku? Ah, tampaknya kau sedang menyalahkanku habis-habisan, dari atas sana, ya. Tak apa. Itu memang salahku.

Hanya saja ... apa kau ingat janjimu di hari pertama Persatas Day, dulu? Seberapa kali pun semesta memutar ulang waktu, aku akan tetap jatuh kepadamu, Luna .... Terserah apa katamu, aku hanya berharap diri ini masih pantas menerima kalimat manis itu, dan aku ingin kamu tak berniat sama sekali untuk merevisi atau bahkan menariknya. Haha. Aku licik, ya? Egois. Memang. Sudah ratusan kali El mengataiku begitu.

Dan ... iya. Kalau aku masih boleh bercerita, aku menjalani hidup dengan baik. Tidak terlalu banyak mengonsumsi mi ayam pangsit, dan mulai memesan menu sehat seperti lontong sayur yang sering kau pesan di food court Mang Dod. Aku selalu tersenyum! Pesanku, jangan sampai terpesona, ya. Kalau terpesona, kamu harus kembali ke dunia ini!

Bercanda, haha. Cukup mengagumiku dalam diam saja, ya. Aku akan banyak-banyak tersenyum, deh. Lihat baik-baik! Aku persembahkan untuk menjadi amunisimu di alam sana!

Kau tahu? Di Persatas Day setelah kau pergi, Raya berulah lagi. Dia memarahi siswi kelas sepuluh, karena anak itu dianggap terlalu dekat dengan Dematra, anak OSIS ... departemen kedisiplinan, deh ... salah satu anggotamu, ya? Oh, benar! Dematra ... anak itu tampak mirip sekali denganmu! Entahlah. Aku merasa dia punya kepribadian yang identik sepertimu .... Apa kau memang punya kembaran rahasia, yang terlahir setahun setelahmu? Jangan marah jika aku suka ke anak itu, ya ....

Haha, bercanda lagi! Meski dia tampak dewasa sepertimu, aku tidak suka dengan berondong. Oke, lupakan saja.

Kamu .... Baiklah, satu pengakuan lainnya: Sampai detik ini, aku belum punya keberanian untuk menyebut namamu.

Kau tahu? Gores aksara ini masih membingkai bait-bait penyesalan yang kurangkai. Suatu pengandaian, bila nanti, semesta kembali temukan, rasa yang tak kunjung mau berhenti.

Selepas kepergianmu, aku senang menghabiskan waktu di tengah malam kelam yang senyap. Seperti detik ini, di mana aku mencoba melangitkan rasa tak terbahasa. Dan kerlip gemintang itu ... masih saja bicara tentangmu. Iya, kamu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamu adalah yang disapa atau diajak bicara. Namun, dalam kamus kehidupanku, kamu adalah kisah tanpa kata yang tak akan pernah bosan untuk kubaca, samudra tanpa air yang tak akan pernah berhenti untuk kuselami, sekaligus melodi sunyi tanpa bunyi yang akan selalu jadi favoritku.

Jangan tertawakan aku, dan sampai jumpa! Di kehidupan selanjutnya, mari menjadi 'kita', lagi!

[•   •   •]

Oke, udahan. Hahahah. Dematra itu main character di MaFiKiBi Society, ya! El, Ken, Raya, Pilar, juga muncul, lho! Jangan lupa mampir, udah mau bagian klimaks. See u<3

Detik Detak✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang