Rute menuju jembatan Cimulu tidak melewati RachMart, dan Luna tidak akan membiarkan Melvin pulang melebihi pukul enam sore. Itu komitmen yang akan digenggamnya erat-erat. Di rumah, Luna tidak banyak berinteraksi. Seperti seharusnya, mereka menyambut kedatangan Luna begitu menginjakkan kaki di kawasan rumah. Akan tetapi, Luna tak tertarik untuk mengulangi hal yang sama.
Luna pulang untuk sekadar mengisi perut. Tak lama kemudian, Luna beranjak membersihkan diri, mengenakan terusan selutut berwarna pastel, lalu memesan ojek online untuk datang ke tempat perjanjian lebih awal. Kali ini, Luna merasa tak perlu menyelenggarakan acara buka kado terlebih dahulu. Perhatiannya sudah sempurna terpaut pada hal yang jauh lebih mendesak.
Jembatan Cimulu tidak begitu menarik untuk dijadikan sebagai tempat berkencan. Jalanannya tidak begitu ramai, hanya dihidupkan oleh nyala-nyala lampu estetik sebagai penerang di kala temaram. Sesuai yang dijanjikan, Melvin tiba dengan sepeda motornya.
Detik-detik selanjutnya berlalu dengan perbincangan biasa, layaknya seorang kekasih yang mengucapkan happy birthday pada umumnya. Luna terperangah ketika Melvin mengeluarkan kotak kado berukuran besar dari ranselnya. Satu yang Luna yakini, isi kado itu tidak akan berupa penipuan murahan seperti Ken. Tak sabar, Luna membuka bungkus kado dengan semangat empat-lima.
Fankit box Ravenclaw! Isinya ada foto Luna, journal Ravenclaw, tiket peron 9¾, bahkan Hogwarts Student ID atas nama Luna Marshila Zahira. Di bawah fankit box, ada syal biru dengan logo Ravenclaw. Luna baru menyadarinya. Tangan Luna sudah gatal untuk segera menyentuhnya, tetapi daya tampung tangannya telah melebihi kapasitas. Heboh sekali, memang. Melvin meraihnya lebih dulu, lantas memakaikan syal itu pada Luna.
"Kau tahu? Ada banyak hal yang eksistensinya tidak untuk dibicarakan. Dan aku ... tidak diciptakan sebagai makhluk abadi untuk memastikan kita tetap berjalan bersisian. Aku harap, jurnal itulah yang akan menemani aksara kehidupanmu. Oh, ya." Melvin mengeduk isi tasnya. Dikeluarkannya syal merah-kuning untuk dililitkan di lehernya sendiri. "Aku juga punya, versi Gryffindor."
Untuk beberapa saat, hanya angin sore yang menyapa. Disaksikan arak jingga yang merajai angkasa, keduanya bicara lewat tatapan. Luna menghela napas panjang, mendadak saja memasang mode seriusnya. "Ada yang mau kutanyakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik Detak✓
FantasySabotase alur kehidupan. Rentang kisah yang terburai. Semua ini berawal ketika Luna menerima pulpen-yang ternyata berupa alat untuk memutar ulang waktu-dari titipan mendiang papanya. Impresif. Tidak ada yang lebih seru dari melompati berbagai ruang...