TIGAPULUH ENAM

714 147 12
                                    


"Mau kemana?"

Winter menghentikan langkahnya saat tangan Candra menahannya langkahnya menuju kamar mandi.

"Kamar mandi, mau ikut?" tanya Winter balik.

Candra melepaskan pegangannya, "Yaudah, sana. Gue tungguin disini."

Winter mengangguk lalu melangkahkan kembali kakinya menuju kamar mandi. Candra sedikit menjauh dari kamar mandi dan bersandar pada tembok didekatnya. Sejak kejadian dimana ia babak belur, Candra sama sekali tak membiarkan Winter kemana-mana sendiri. Meskipun Winter telah melarangnya untuk mengikutinya dan bisa menjaga dirinya sendiri, Candra tetap saja mengikutinya. Ia tak bisa semata-mata membiarkan gadisnya menangis lagi, dan sebisa mungkin ia harus menjauhkan Winter dari Regita.

Kejadian malam itu tak membuat Regita puas, karena ia tak berhasil membuat Winter menderita karena terhalang Ale. Pagi tadi, saat di gerbang sekolah, Winter dihadang oleh Regita dan Kamila yang entah sejak kapan menjadi akrab. Winter tak pernah takut dengan mereka berdua, buktinya ia berhasil menjambak Regita dan menonyor hidung Kamila. Sedangkan Regita dan Kamila gagal untuk mencoba menyakitinya. Namun, itu semua tak berlangsung lama karena Gava yang tak sengaja memergoki mereka bertiga sedang bertengkar.

Beruntungnya hanya Gava yang melihat mereka bertiga ribut, karena keadaan sekolah masih sangat sepi. Gava membawa Kamila, Regita dan juga Winter menuju ruang Osis, karena ia rasa lebih aman dibawa kesana daripada harus berhadapan dengan guru BK ataupun Kesiswaan. Namun, bukannya bisa diselesaikan dengan jalur damai, justru semakin menjadi kacau. Kamila memaki-maki Gava yang tak adil bahwa hanya mereka yang terkena point sedangkan Winter tidak. Regita pun sama, ia menjelaskan pada Gava bahwa dia dan Kamila-lah yang menjadi korban bukan Winter.

"Tadi gue lihat lo berdua mau nampar Winter. Jelas lo lah, yang kena point." ucap Gava.

"Lo buta?! Jelas-jelas gue sama Kamila yang jadi korban, masih aja bela dia!" ucap Regita tak terima.

"Lihat nih, hidung gue, rambut dia. Berantakan karena ulah cewek ganjen itu!" sahut Kamila sembari menunjuk Regita.

Winter menggebrakan meja sembari menatap tajam kearah Regita dan Kamila. "Jaga ucapan lo, ya!"

"Tuh! Lo lihat sendiri 'kan, Gav!" ucap Kamila sembari menunjuk Winter.

Gava menghela nafasnya kasar, ia bingung. Dirinya tak bisa menyalahkan Winter sepenuhnya, karena memang ia tak melihat bahwa Winter menyerang mereka, dan tak ada saksi yang melihat. Sedangkan, saat Regita ingin menampar Winter dirinya menyaksikan langsung dan ia bisa langsung menyalahkan Regita. Gava menatap Regita dan Kamila bergantian, lalu berkacak pinggang. Repot urusannya jika sudah begini.

"Ada apa ini?"

Mereka berempat menoleh kearah pintu dan menemukan Candra yang menatap mereka dengan bingung. Mata Candra sedikit membulat saat melihat gadisnya sedang terduduk disalah satu kursi sembari tersenyum manis padanya. Gava mendekat lalu menceritakan apa yang tengah terjadi diantara para gadis yang sedang bersamanya ini.

"Point aja semua." ucap Candra setelah mendengar cerita Gava.

Winter membulatkan matanya sedangkan Regita dan Kamila saling bertatapan dan tersenyum kemenangan. Gava menatap kaget Candra, tak menyangka akan begini tanggapannya.

"Terlepas lo korban atau bukan, sama aja, gak ada yang beda." lanjut Candra.

"Nah gitu dong adil!" ucap Kamila.

Candra menatap Winter yang juga menatap kesal kearahnya. Melalui isyarat wajahnya, Candra menyuruhnya keluar dan menemuinya. Tak lama, Winter berdiri dan melangkah keluar ruangan. Candra menoleh saat pintu ruangan kembali terbuka dan menampilkan Winter yang berlipat tangan.

SECRET (SEDANG REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang