LIMAPULUH SATU

594 99 3
                                    


Tak ada yang bertanya ataupun curiga melihat Candra dan Winter yang kembali bersama berjalan melewati koridor sekolah. Jujur Winter sendiripun sempat terkejut, karena berita putusnya dengan Candra dulu termasuk salah satu trending topic di sekolah. Namun saat ia kembali menjalin hubungan mengapa tampak sepi sekali? Bahkan saat ia memberi tahu teman-temannya, reaksi mereka juga biasa saja. Seolah mereka sudah menduga bahwa hal ini akan terjadi. Termasuk Angga, yang sudah mewanti-wantinya agar tak kembali menjalin hubungan dengan Candra.

Dulu, saat Winter putus dan tak ada hentinya menangisi Candra, Angga mengatakan bahwa dirinya tak boleh kembali balikan. Dan jika hal itu terjadi pun ia akan menjadi orang nomor satu yang menentang hubungan tersebut. Namun buktinya, Angga hanya diam, seolah tak peduli dengan hubungannya dengan Candra. Tak ada satupun yang terkejut, ataupun sekedar menanyakan bagaimana mereka bisa kembali bersama. Winter menunduk sembari menghela nafas kesal, ia terlalu banyak berharap.

"Kenapa?" tanya Candra.

"Nggakpapa." jawab Winter. "Boleh kecewa gak sih, Can?"

"Emang kenapa?" tanya Candra.

Bukannya menjawab, Winter justru  terkekeh. Memikirkan betapa menggelikannya pemikirannya yang menurutnya terlalu kekanak-kanakan. "Nggak jadi."

"Yaudah." jawab Candra.

Candra dan Winter kembali lanjut berjalan menuju kelas. Sedangkan dari sisi kanan Candra dan Winter, tampaklah Sela dan Gava berjalan bersama. Tak sengaja Gava melihat Winter dan Candra yang sedang menaiki tangga dan saling melempar tawa. Melihat hal itu, Gava menghentikan langkahnya dan terdiam.

"Kenapa lo?" tanya Sela.

"Gue gak salah lihat nih, Sel?" tanya Gava balik.

"Emang lo lihat apaan?" tanya Sela.

Gava menoleh, menatap Sela bingung. "Lo buta apa gimana deh? Masa gak keliatan?!"

Merasa tak terima dengan ejekan Gava, Sela memukul bahu kiri Gava cukup keras. Matanya melotot dan alisnya salinf bertaut, "Maksud lo apaan anjing?!"

"Itu tuh! Candra sama Winter jalan bareng lagi! Masa lo gak liat?!" balas Gava.

"Gue kira apaan anjing." ucap Sela. "Gak usah pake ngatain bisa kali?"

Dahi Gava berkerut, ia cukup bingung dengan respon Sela yang biasa saja. "Kok lo biasa aja?"

"Ya emang gue harus ngapain? Teriak loncat-loncat gitu?" tanya Sela sembari berlipat tangan.

"Ya gak juga.." jawab Gava sembari menggaruk kepala belakangnya yang tak gatal.

Sela menoleh dan menatap Gava, "Lagian ya, udah jelas banget mereka berdua bakal balikan. Orang sama-sama bucin gitu mana bisa lepas."

"Kalo lo gimana, Sel?" tanya Gava sembari menatap Sela takut-takut.

Alis Sela naik satu, "Gue? Emang gue kenapa?"

Bukannya menjawab, Gava justru menatap Sela dalam-dalam. Sela yang ditatap hanya bisa diam sambil mengkerutkan dahi. Tanpa aba-aba dengan tangan kanannya Sela mendorong wajah Gava lalu pergi meninggalkannya. Gava terkejut, lalu menatap punggung Sela yang mulai menjauh dan menyusulnya.

"Nempel terus!"

Dari pojok kelas Jordi dan Daffa tak ada habisnya menggodai Winter dan Candra. Sejujurnya Winter muak, tapi jika didengarkan terus menerus, terdengar lucu.

Winter menoleh pada Jordi dan Daffa, dengan tatapan jahilnya, ia membalas ejekan Jordi. "Iri aja! Makanya punya pacar!"

"Iri iji mikinyi pinyi picir." ejek Jordi menirukan Winter lalu tertawa.

SECRET (SEDANG REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang