SEPULUH

1.1K 249 79
                                    


Rena memijat keningnya sembari memejamkan mata. Ia tidak mengerti, harus ia apakan lembaran yang menampilkan 30 soal essay Fisika yang ada di tangannya ini. Minggu depan sudah UAS, tetapi ia tidak mengerti sama sekali tentang materi yang diajarkan.

"Kenapa?" tanya Haikal menghampiri Rena yang duduk di meja makan.

Rena tidak menjawab, ia menyodorkan lembaran tersebut pada kakaknya. Haikal melirik Rena dan lembaran tersebut bergantian.

"Bentar." ucap Haikal. Ia mengeluarkan hanphonenya, mencari nomor seseorang disana dan menelponnya.

"Halo...Iya...Sekarang, ya...Penting...Gak bisa, kudu sekarang...Bawa kertas fisika lo juga ya,...Oke, gue tunggu ya..." ucap Haikal pada seseorang yang diteleponnya.

Rena menatap kakaknya dengan curiga, Haikal membalas tatapan tersebut sambil menaikkan kedua alisnya. Rena menaruh kepalanya diatas meja makan dan memejamkan matanya.

"Permisi, bang." ucap Alfa sembari memasuki rumah Rena.

"Masuk-masuk, duduk sini, Fa." ucap Haikal mengajak Alfa duduk bersamanya di meja makan.

Rena mengangkat kepalanya, dilihatnya Alfa yang kini duduk di depannya dengan raut wajah bingung.

"Ngapain lo kesini?!" tanya Rena.

"Jagoan fisika nih, Ren." sahut Haikal.

Rena melirik kakaknya. "Jangan bilang lo nelpon Alfa buat ngajarin gue?" tanyanya tepat sasaran. Haikal mengacungkan kedua jempol sebagai jawabannya.

"Makasih ya, Fa. Gue tinggal dulu." pamit Haikal dan meninggalkan mereka berdua.

"Yang mana yang gak bisa?" tanya Alfa dengan suara pelan.

"Semua." jawab Rena.

"Kenapa gak bisa?" tanya Alfa lagi.

"Gak paham." jawab Rena.

"Kenapa gak paham?" tanya Alfa.

"Niat ngajarin apa introgasi?" tanya Rena balik.

"Ini gue lagi ngajarin lo." jawab Alfa.

"Mulai dari nomor satu. Diketahui mobil A berkecepatan..."

Rena tidak memperhatikan lembaran soalnya, matanya sibuk meneliti Alfa yang sedang duduk dihadapannya. Mulai dari pakaiannya yang sedikit lusuh, rambut yang sedikit berantakan, serta bibir yang cukup merah membuat Rena berpikir yang tidak-tidak.

"Lo habis jajan ya?!" tanya Rena. Alfa menatapnya bingung. "Oh, lo gangerti? Terus lo nyebutnya apaan?"

"Baca soal lo." ucap Alfa.

"Jawab gue, Al! Lo habis ciuman kan?!" tanya Rena sembari memukul meja dan berdiri.

Gilang yang berada tak jauh dari mereka tersedak mendengar perkataan Rena. Alfa menatap Rena dengan kesal. Rena menutup mulutnya dengan tangannya, menatap Alfa tidak percaya.

"Gila, gak nyangka gue, Al. Ternyata lo diem-diem menghanyutkan gini." ucap Rena, pura-pura kaget.

"Gue gak gitu." bantah Alfa.

"Gak usah malu-malu gitu. Gue paham kok. Lo cowok pasti pengenlah. Udah-udah, gakpapa." ucap Rena sambil menahan tawanya.

"Gak gitu. Gue cuman—"

"Iya-iya, gak usah diperjelas." potong Rena cepat. Ia tertawa melihat raut wajah Alfa yang kebingungan.

"Lucu juga ya lo, kalo ketahuan gini." ucap Rena. "Padahal gue asal aja."

"Kerjain soal lo. Gue mau pulang." pinta Alfa.

Rena dan Alfa sama-sama berfokus pada soal masing-masing. Alfa sesekali melirik kearah Rena yang kesusahan memahami soal, dan ia membantunya mengerjakan. Alfa telah berpindah posisi atas paksaan Rena. Bukannya mau modus, tetapi agar lebih enak saja jika menjelaskan, katanya.

SECRET (SEDANG REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang