EMPATPULUH SATU

630 127 18
                                    


"Hah?! Serius lo?!"

Winter mengangguk, sedangkan Sela, ia menatap Winter tak percaya setelah mendengar apa yang baru saja Winter ceritakan padanya.

"Tuh 'kan, bener apa kata gue! Yang kemaren emang bener Candra! Lo aja yang ngotot kalo bukan dia!" ucap Sela.

"Ya gimana, Sel. Gue lebih percaya pacar gue daripada teori cocoklogi lo." ucap Winter.

"Dan pada akhirnya teori cocoklogi gue bener." ucap Sela. "Btw, ada minta maaf gak tuh, si Candra?"

Winter menggeleng, "Boro-boro minta maaf, ngejar aja enggak."

"Dih, parah banget tuh cowok. Putusin aja, Ter!" ucap Sela sedikit kesal.

"Maunya gitu, tapi." ucap Winter menggantungkan kalimatnya.

"Tapi apa?" tanya Sela.

"Gue gak ngerti, gimana." lanjut Winter.

Sela membuang nafasnya sembari mengalihkan pandangannya. "Gak ngerti gimana sih, Ter? Ya, lo ketemu sama dia terus bilang, kita putus! Selesai. Apa yang harus dibingungkan?"

"Ngelakuinnya gak segampang lo ngomong, Sel." jawab Winter. Ia kembali menyeruput susu strawberrynya.

"Gue masih sakit hati, Sel. Dan harusnya, kalo dia cowok dan masih punya hati, dia yang bakal dateng nemuin gue, entah minta maaf kek atau ngasih penjelasan. Bukannya malah act like nothing happened." lanjut Winter sembari matanya memandang dua orang yang baru saja memasuki kantin.
Sela mengikuti arah pandang Winter, dari tempat duduknya terlihat sepasang kekasih sedang melangkah bersama menuju salah satu stan makanan di kantin. Sela memandang Regita muak, betapa tidak malunya gadis itu berjalan sembari tersenyum pada Candra yang notabenenya masih kekasih Winter.

Tanpa ragu, Sela berdiri dan melangkahkan kakinya menuju Regita dan Candra yang sedang mengantri. Sela menarik tangan Regita dengan kasar, membawanya menjauh dari antrian tersebut. Merasa tangannya ditarik dengan paksa, Regita memberontak, berusaha melepaskan cengkraman kuat dari Sela namun sayangnya gagal. Sela membawa Regita ketengah-tengah kantin.

Plakkk

Sela menampar pipi Regita dengan kencang. Sontak seluruh isi kantin memusatkan perhatian mereka kepada Sela dan Regita. Dengan sigap Winter berdiri sembari menatap Sela tak percaya. Begitupula Gava, Candra dan beberapa teman Winter lainnya yang berada disana.

"Dasar cewek gak tau diri! Udah ngerebut pacar orang, bukannya sadar diri malah pamer-pamer! Bangga lo jadi pelakor?!" ucap Sela menggebu-gebu.

Regita tak terima dengan ucapan Sela. Ia membalas tamparan Sela yang cukup kencang dipipinya. Namun, sayangnya aksi tersebut gagal karena tangan Candra yang lebih dulu menahannya.

"Lepasin tangan gue!" ucap Regita sembari berusaha melepaskan tangan Candra darinya.

Candra melepaskan cengkramannya, sontak Regita langsung melangkah menuju Sela dan menamparnya. "Lo gila?! Jangan sembarangan lo! Gue gak ada urusan sama lo!"

Sela meringis, tamparan Regita cukup keras. Ia melotot kearah Regita lalu menjambak rambut belakangnya. "Iya gue gila! Tapi gue gak lebih gila daripada lo, yang ngerusak hubungan orang!"

"Sakit, anjing! Lepasin, brengsek!" rintih Regita.

Mendengar rintihan Regita, Sela semakin kuat menarik rambut Regita, melampiaskan semua emosinya. "Sakit? Iya sakit? Lebih sakitan mana sama perasaan temen gue yang cowoknya lo ambil?! Makan tuh sakit, rasain lo!"

Tidak ada yang berani melerai Sela dan Regita, termasuk Winter, sang empunya masalah. Winter menatap Sela kaget, seharusnya dirinya yang melakukan hal tersebut pada Regita. Namun sebaliknya, justru Sela yang mewakilkan dirinya untuk menjambak Regita.

SECRET (SEDANG REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang