DUA

1.9K 329 90
                                    


"Tak, kenapa sih?" tanya Sela sambil mengikuti Rena yang berjalan cukup cepat di depannya.

Rena tidak menjawab pertanyaan Sela. Ia berjalan dengan cepat sambil menunduk tanpa memperhatikan jalan di depannya.

Brukk..

"Eh sorry, gak lihat, gue buta." ucap Rena tanpa berani menatap mata orang yang ditabraknya.

"Woi." ucap orang yang ditabrak Rena. Rena mendongak dan menemukan wajah kakaknya yang sedang tersenyum meledek kearahnya.

"BAAAANGGGGG." rengek Rena. Haikal, sang kakak menatapnya bingung.

"Apa? Kenapa?" tanya Haikal.

"LO TERBANG APA GIMANA DAH TAK. KOK CEPET AMAT. LO BEL—" ucapan Sela terpotong saat ia melihat Rena bersama kakaknya itu.

"Hai, bang." sapa Sela. Haikal mengangguk dan tersenyum membalas sapaan Sela.

"Kenapa, Ren?" tanya Haikal yang kini sedang duduk pada bangku koridor bersama dengan Rena dan Sela. Posisi Rena tepat diantara Sela dan Haikal.

"Jadi gini..."

Flasback on

Setelah menyalakan lampu, betapa terkejutnya Rena melihat banyaknya laci dan lemari di ruang Osis. "Buset, kalo segini banyaknya laci, kapan ketemunya?"

Rena mencari-cari dimana letak eyelinernya disembunyikan. "Dimana sih, anjir."

"Ngapain juga pake disita segala? Barang kecil gitu doang, dipake bentar terus disimpen. Gak ganggu pelajaran. Ribet amat pake sita-sita. Kebanyakan tingkah." keluh Rena. "Itu juga cowok sialan! Ngapain juga pake ngerampas segala?! Mana dicepuin ke guru lagi!"

Kesal karena tak kunjung menemukan barangnya, Rena terduduk lemas di bawah meja panjang yang terletak di tengah ruangan tersebut. Ia merogoh sakunya, membuka handphonenya, dan mengetikan pesan kepada seseorang.

Tok..tok..

Mendengar suara tersebut, Rena menghentikan pergerakan jarinya. Ia mendongak dan menemukan kepala yang berada tepat diatasnya.

"AAAAAAAAAAAA."

Brukk...

Teriak Rena bersamaan dengan kepalanya yang tertatap meja. "ADUH. SAKIT." keluhnya sambil berdiri memegang kepalanya.

Rena mencari kepala yang membuatnya merintih kesakitan itu. Bukannya menemukan kepala, ia justru menemukan Alva yang sedang menatapnya dengan pandangan tajam.

"OH JADI ITU ULAH LOH?!?" teriak Rena Alva diam.

"Jawab gue, lo punya mulut kan?" tanya Rena dan Alva tetap diam.

"Bisu ya, lo?" tanya Rena sekali lagi.

"Ngapain lo disini?" bukannya menjawab, Alva bertanya balik kepada Rena.

"Lomba mewarnai." jawab Rena asal. Alva menaikan satu alisnya "Ya, jelas nyari eyeliner gue lah? Mana sini balikin barang gue!"

"Gue buang." ucap Alva singkat.

"Serius lo?" tanya Rena.

"Emang gue keliatan bercanda? Lagian udah gue bilang, lo kalo mau pamer kecantikan bukan disini. Ini sekolah tempat belajar. Sekolah punya aturan." jawab Alva.

"Anjing." ucap Rena.

"Ngomong kasar gitu menurut lo keren? Kayak cewek gak punya adab. Diajarin tata krama gak sih, sama orang tua lo?" ucap Alva yang membuat Rena semakin berapi-api.

SECRET (SEDANG REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang