Di antara keluarga itu, Rosé berjalan paling belakang. Tampak sekali bahwa ada beban berat di pundak gadis berambut blonde itu sekarang.
Mereka sudah menyelesaikan makan siang di salah satu restaurant mewah. Kini, anggota keluarga itu sudah kembali ke rumah sakit.
"Appa." Yang dipanggil adalah Jaehyun, tapi Hyesun dan Jennie ikut berhenti lalu menoleh pada Rosè.
"Bisakah kita bicara sebentar?" pinta Rosé yang tentu langsung diangguki oleh Jaehyun.
Lelaki empat anak itu menyuruh Jennie dan Hyesun pergi ke ruang rawat inap Jisoo terlebih dulu. Kemudian mendekat pada Rosé, menunggu anak ketiganya itu bicara.
"Maaf, karena keputusan sepihakku membuatmu mengalami banyak kerugian." Rosé berujar dengan penuh sesal.
Dia pergi dari agensi tanpa berdiskusi dengan siapa pun. Keputusannya juga terbilang mendadak. Jaehyun yang menjadi salah satu pemegang saham terbesar di agensi itu tentu ikut mendapatkan dampak buruknya.
"Gwenchana. Itu bukan masalah besar. Appa akan mendukung semua keputusanmu." Tangan Jaehyun terulur mengusap surai blonde itu.
Sampai sekarang, dia tak tahu menahu apa alasan Rosé tiba-tiba keluar dari agensi. Walau di mulut dia berusaha ikhkas, tapi hatinya cukup berat.
Jaehyun tahu bagaimana perjuangan Rosé hingga pada titik ini. Gadis itu sampai harus menderita maag parah karena terlalu bekerja keras selama masa trainee. Juga, Rosé diharuskan membayar sejumlah uang denda karena pemutusan kontrak sepihak.
"Chaeyoung-ah, tidak bolehkah Appa tahu alasanmu keluar dari agensi?" tanya Jaehyun hati-hati. Dia takut sekali menyinggung perasaan putrinya.
Rosé memainkan jemarinya dengan gusar. Jika dia bicara mengenai alasan sesungguhnya, apakah Jaehyun akan marah?
"A-Aku..." Rosé menggigit bibir bawahnya. Dia mendadak jadi ragu untuk berucap jujur.
"Aku ingin selalu berada di sisi Lisa, Appa. Aku ingin menjadi kakak yang sesungguhnya untuk Lisa. Aku ingin mengurusnya, memperhatikannya, dan tidak pernah meninggalkannya." Rosé mengatakan itu dengan sekali tarikan napas.
"Kau tahu, dengan pekerjaanku yang sekarang akan sulit untuk memiliki banyak waktu. Selama sebelas tahun ini, aku tidak bisa menjalankan peran sebagai kakak untuknya. Aku---"
Plak~
Sudut bubir Rosé terasa perih karena darah mulai keluar dari sana. Tamparan itu sangat kuat, berasal dari amarah yang memuncak.
Bukan Jaehyun yang memberikannya, melainkan Lisa. Gadis berponi itu sebenarnya hendak pulang karena permintaan Jisoo, tapi ketika tiba di salah satu lorong dia justru mendengar sesuatu yang tak mengenakkan dari bibir Rosé.
"Lisa! Apa yang kau lakukan, Nak? Kakakmu---"
"Apa kau pikir aku akan bahagia dengan keputusanmu ini?"
Rosé tertegun ketika melihat kedua mata Lisa mulai berkaca-kaca. Dia memang pernah melihat Lisa menangis, tapi itu bukan karenanya melainkan Jisoo.
"Kenapa kau membuatku semakin terlihat buruk?" desis Lisa sembari mendongak untuk menahan air matanya agar tidak mengalir.
Gadis berponi itu menghela napas kasar, dia memilih pergi dari sana. Namun Rosé tak mau tinggal diam. Dia mengejar Lisa dan meninggalkan Jaehyun yang tak tahu harus berbuat apa melihat pertengkaran kedua anaknya.
"Lisa, jangan seperti ini." Rosé berhasil menangkap lengan Lisa.
"Lalu aku harus bagaimana? Aku harus bahagia ketika kakakku sendiri mengorbankan mimpinya demi aku? Apakah aku harus bangga?" Lisa membentak sang kakak dengan wajah memerah. Dia sudah tak peduli lagi jika air matanya mengalir deras sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lampyridae ✔
FanfictionLisa mengagumi kunang-kunang. Cahayanya begitu indah. Tapi dia lupa, jika memiliki cahaya lain di dalam hidupnya yang lebih indah. Jisoo, Rosé, dan Jennie. Mereka siap menjadi penerang untuk Lisa. Tapi nyatanya Lisa terus menolak. Ahn Jisoo, Ahn Jen...