Sebelas tahun dia berlari melewati jalan berduri untuk menggapai tujuannya, tapi kini Lisa sudah menemui jalan buntu. Dia tak lagi punya tujuan yang jelas. Dia hanya terdiam dan memilih berhenti melangkah.
Setiap membuka mata di pagi hari, kepalanya tak pernah berhenti untuk berpikir mengenai hidupnya kini. Lebih tepatnya meratapi diri yang semakin menyedihkan.
Padahal Suzy selalu berpesan padanya, untuk tidak terlalu stres. Karena hal itu bisa memperburuk gejala penyakitnya.
Dia mendesah, sembari berusaha menurunkan kaki kirinya yang terasa amat lemas. Bahkan Lisa sangat sulit untuk menggerakkannya.
Bangkit dengan bertumpu pada meja nakas, Lisa berjalan menuju kamar mandi sembari menyeret kaki kirinya. Hari ini dia merasa begitu menyedihkan, tapi tetap saja Lisa berusaha bersikap biasa saja.
Itulah Ahn Lisa. Gadis keras kepala yang menyerupai batu. Sulit sekali membuatnya menjadi seorang yang penurut. Bahkan ketiga kakaknya mau pun kedua orang tuanya merasa pasrah.
"Ini akhir pekan. Kau ingin pergi?" Jennie yang melihat kedatangan Lisa di ruang makan dengan pakaian rapih berusaha menahan kekesalannya.
Pagi ini bungsu Ahn itu tampak jauh dari kata baik. Tapi di lain sisi dia enggan berdebat dengan Lisa. Tak ingin menghancurkan suasana pagi hari yang baik.
"Eoh. Aku akan bertemu Suzy Unnie."
Jennie mengangguk paham. Lisa pasti akan menanyakan perihal kakinya. Sekali lihat saja dia tahu kaki Lisa sedang tidak beres.
Prang~
Semua yang ada di meja makan itu sontak berhenti untuk mengunyah karena mendengar gelas terjatuh membentur lantai.
Sedangkan Lisa dengan mata memerahnya memandang tangan kanan yang kini kembali bergetar. Pelaku utama yang menjatuhkan gelas berisi air putih itu.
Sejenak tak ada yang mengeluarkan suara. Bibir mereka terlalu kelu hanya untuk bicara sepatah kata. Hingga akhirnya suara kursi berdecit membuat mereka semua tersadar.
"Aku akan pergi sekarang."
"Nak---" Suara Hyesun tertahan karena Lisa tetap menjauh dari meja makan itu. Padahal Lisa baru saja memakan satu gigit roti.
"Aku akan ikut bersama Lisa." Jennie juga pergi dari sana. Tak ada yang menghentikannya karena mereka pun khawatir jika Lisa pergi sendiri. Walau dalam keadaan terburuk, Lisa selalu saja menolak seorang sopir untuk bepergian.
Tanpa mengatakan apa pun, Jennie langsung masuk ke dalam mobil Lisa. Tepat pada kursi kemudi yang semula hendak Lisa tempati. Melihat itu Lisa hanya bisa pasrah dan duduk di kursi samping kemudi.
Jennie menjalankan mobil kuning itu.
Walau sebenarnya dia sulit sekali untuk fokus pada jalanan karena cemas dengan kondisi Lisa."Kau sadar? Kita sudah lama tidak bertengkar." Akhirnya, Jennie memutuskan memecah keheningan di antara mereka.
Dia juga sebenarnya tak tahan melihat Lisa yang sedang melamun. Suzy pernah bilang untuk tak membuat Lisa berpikir terlalu keras dan stres.
"Jeongmal?" Lisa bertanya dengan nada tak percaya.
Dulu sebelum dia pindah ke mansion, Jennie selalu saja berdebat dengannya mengenai semua hal. Bahkan keluarga mereka saja sudah angkat tangan karena tak bisa memisahkan Jennie dan Lisa ketika sedang adu mulut.
Tapi akhir-akhir ini dia dan Jennie memang tak pernah berdebat lagi. Mungkin karena masalah yang mereka hadapi, atau Jennie yang sudah bosan berdebat dengan Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lampyridae ✔
FanfictionLisa mengagumi kunang-kunang. Cahayanya begitu indah. Tapi dia lupa, jika memiliki cahaya lain di dalam hidupnya yang lebih indah. Jisoo, Rosé, dan Jennie. Mereka siap menjadi penerang untuk Lisa. Tapi nyatanya Lisa terus menolak. Ahn Jisoo, Ahn Jen...