Pembedahan itu berjalan dengan tenang. Lisa memang tak pernah membuat ruangan operasi menjadi tegang. Hal itu cukup membantu tim operasinya di dalam sana.
Melihat ada titik-titik keringat di dahi Lisa, salah satu scrub nurse di samping Lisa berniat menghapusnya karena itu adalah salah satu tugas yang dia lakukan. Tapi dengan cepat Lisa menepis tangan itu, lalu melirik scrub nurse yang mulai ketakutan.
"Kau lupa, Perawat Lee?" tanya Lisa datar, sembari kembali terfokus pada pembedahannya.
"J-Jeosonghamnida, Dokter Ahn."
Semua mata tertuju pada Perawat Lee yang gemetar ketakutan. Padahal sejak pertama kali tim operasi itu di bentuk dengan Lisa pimpinannya, dia sudah menegaskan untuk tak ada yang menyentuh tubuhnya selama operasi. Termasuk membersihkan keringat yang ada di dahi Lisa, karena biasanya gadis itu menyekanya sendiri.
"Operasinya berjalan lancar. Bisa kau tutup, Dokter Hwang?" lelaki di hadapan Lisa yang bertugas sebagai asistennya segera mengangguk cepat.
Lisa mulai menjauhi meja operasi. Membuka sarung tangannya, jubah berwarna biru, penutup kepala serta masker yang selalu menutupi sebagian wajahnya ketika operasi berjalan.
Keluar dari ruang operasi, Lisa mendapati beberapa orang terduduk lesu di bangku yang tersedia. Berusaha tak mempedulikannya, Lisa kembali melangkah hingga benar-benar keluar dari ruang operasi.
"Dokter, bagaimana keadaan suamiku?" pertanyaan itu langsung Lisa terima ketika menginjakkan kaki di depan ruang operasi. Ada seorang wanita bersama anaknya yang menunggu sedari tadi.
"Operasinya berjalan lancar, Nyonya. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan."
Lisa membungkukkan badannya memberi hormat. Ingin beranjak dari sana, namun suara tangis menghentikannya. Gadis berponi itu menoleh sebentar, dan mendapati Dokter Park tampak mendapat amukan dari salah satu kerabat pasiennya.
"Aku dengar, operasi yang dijalani oleh Dokter itu gagal. Syukurlah kau yang telah mengoperasi suamiku, Dokter Ahn. Aku sangat berterima kasih." Ungkapan syukur itu membuat Lisa tersenyum miring. Tanpa mengatakan apa pun lagi, dia melangkah meninggalkan wanita bersama anaknya itu.
Ingin mengistirahatkan tubuhnya yang lelah, Lisa memilih memasuki ruang istirahat pada staff. Dan disana, dia mendapati Eunbi yang sedang menikmati teh hangat.
"Operasimu sudah selesai, Dokter? Ingin kubuatkan teh atau---"
"Kopi hitam."
Eunbi bergerak cepat untuk bangkit dari duduknya. Mulai membuatkan secangkir hangat kopi yang Lisa inginkan. Ini hal langka. Biasanya gadis berponi itu tak akan mau menerima tawaran Eunbi seperti sekarang.
"Kau sudah mendengar beritanya? Dokter Park gagal dalam operasi yang seharusnya diberikan padamu." Eunbi meletakkan kopi hangat di hadapan Lisa. Kemudian duduk di hadapan Dokter bedah umum itu.
"Hm." Lisa menggumam. Dia masih sangat ingat betapa angkuhnya wajah Dokter Park kemarin ketika meminta operasi itu.
..........
Jung Yerin memasuki ruangan Jennie sambil bergidik ngeri. Selama bertahun-tahun mengenal gadis berpipi mandu itu, ini adalah pertama kalinya Yerin melihat Jennie bertingkah aneh.
Tak biasanya Jennie selalu tersenyum tanpa sebab sedari tiba di kantor. Biasanya, gadis itu selalu menampakkan tampilan keren dan angkuhnya saat memasuki kantor. Tapi hari ini sungguh berbeda.
"Ya! Apa demammu semakin parah?" tanya Yerin dengan wajah takut sembari meletakkan beberapa kertas di atas meja Jennie.
"Mwoya? Aku sudah sehat. Sangat sehat." Jennie menyengir lebar, dan hal itu semakin mengkhawatirkan bagi Yerin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lampyridae ✔
FanficLisa mengagumi kunang-kunang. Cahayanya begitu indah. Tapi dia lupa, jika memiliki cahaya lain di dalam hidupnya yang lebih indah. Jisoo, Rosé, dan Jennie. Mereka siap menjadi penerang untuk Lisa. Tapi nyatanya Lisa terus menolak. Ahn Jisoo, Ahn Jen...