49. Better

15.2K 2.1K 778
                                    

Selama menjadi dokter, Lisa tidak pernah merasa selemah ini. Saat mendapatkan luka tembak satu tahun lalu saja, Lisa masih bisa bekerja setelah mendapat penanganan.

Tapi kali ini, untuk bangkit saja rasanya sulit. Kedua kakinya terasa kebas, tulang belakang hingga kepalanya terus berdenyut. Membuat Lisa yang baru saja tertidur selama beberapa menit kembali terbangun.

Kali ini, dia mendapati Jennie dan Rosé di dekatnya. Sedangkan sang ibu memang Lisa minta untuk pulang karena tampak begitu lelah.

Tangan Lisa terulur untuk menyentuh Jennie yang sedang menghapus keringatnya menggunakan handuk kecil.

"Bisakah... Kau panggilkan Suzy Unnie. Minta dia untuk membawakanku pereda nyeri." Suara Lisa terdengar lebih serak. Jennie menduga rasa sakit adiknya kembali menyiksa seperti pagi tadi.

"Dia bilang kau sudah terlalu banyak menerimanya."

Lisa memejamkan matanya erat. Dia tidak tahan dengan rasa sakit yang menyiksa itu. Namun sebagai dokter, tentu dia membenarkan keputusan Suzy.

Tak lama, gadis berponi itu tersentak ketika merasa sesuatu telah menjejal pada kedua telinganya. Membuka mata, ternyata Rosé sudah memasangkan sebuah earphone di kedua telinganya.

"Apa lagu yang kau suka? Aku akan memutarkannya," ujar Rosé tersenyum. Dia tak tahu lagi harus berbuat apa agar rasa sakit adiknya berkurang. Hanya inilah yang terbesit di otaknya.

"Lagumu."

Rosé terdiam sejenak. Pantaskah dia merasa senang pada saat seperti ini? Lisa tidak pernah sekali pun berterus terang jika menyukai lagunya. Bahkan Rosé sempat ragu, pernahkah Lisa mendengarkan lagunya yang dibuat khusus untuk Lisa?

"Kau tahu laguku? Nada deringmu saja, kau bilang tak tahu jika itu laguku." Rosé masih sangat mengingatnya, bagaimana sang adik terus mengelak bahwa dia tak tahu jika nada dering Lisa adalah lagunya.

"Aku berbohong." Lisa berterus-terang.

"Aku tidak suka mendengarkan lagu. Tapi semenjak kau debut, hanya lagumu yang aku dengar sampai sekarang." Mendengar penjelasan Lisa, Rosé susah payah menahan senyumannya.

Gadis blonde itu memilih tak menyahut dan mulai memutarkan salah satu lagunya untuk Lisa dengarkan melalui earphone.

Suara lembut khas kakaknya mulai memenuhi telinga Lisa. Dia mengalihkan pandangannya dari Rosé ke arah Jennie, lalu bergerak mengarahkan tangan Jennie untuk menyentuh kepalanya.

Anak kedua Ahn itu paham apa yang Lisa inginkan sekarang. Adiknya itu pasti sangat ingin tertidur sekarang. Tapi kepala yang terus berdenyut membuat Lisa kesulitan memejamkan mata.

"Arraseo, Unnie akan mengusapnya." Jennie menuruti keinginan Lisa. Dia mulai mengusap surai hitam itu dengan lembut.

Hari ini, Lisa sangat aneh. Adiknya itu berubah menjadi manja dan manis. Sama seperti saat kecil dulu. Jennie sebenarnya sangat senang, tapi dia merasa perubahan Lisa tampak begitu cepat.

........

Jaehyun terduduk frustasi di ruangan keponakannya itu. Memijat kepalanya yang kini berdenyut tak karuan setelah mendengar secara rinci perihal kondisi anak bungsunya.

"Suzy-ah, tidak bisakah kau mencari cara untuk kesembuhan Lisa? Kau dokter saraf hebat. Lagi pula, kau memiliki banyak koneksi kan?"

Sedari tadi, Jaehyun memang terus menuntut keponakannya agar bisa mencari jalan untuk kesembuhan Lisa. Mendengar penyakit itu tak bisa disembuhkan, Jaehyun tentu merasa tertekan.

Lampyridae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang