35. Pain Killer

17.4K 2.3K 854
                                    

Lisa sengaja pulang lebih awal dibandingkan biasanya. Pukul tujuh malam, gadis berponi itu sudah mengelilingi perpustakaan pribadinya yang ada di mansion Ahn. Mencari beberapa buku yang dia butuhkan.

Ada sekitar enam buku tebal yang sudah terkumpul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada sekitar enam buku tebal yang sudah terkumpul. Lisa berusaha membawanya ke meja kerja gadis itu. Menghela napas, ternyata Lisa cukup kelelahan karena mengangkat buku-buku tebal itu.

Lisa mulai menyamankan dirinya di kursi. Memakai kaca matanya dan meraih salah satu buku tentang gangguan saraf manusia.

Dia adalah gadis yang pintar. Jadi dia cukup tahu, tubuhnya sedang baik-baik saja atau tidak. Dari gejala yang sudah Lisa rasakan, dia tak bisa menyimpulkan sesuatu. Dia bukan Dokter saraf. Tapi dengan membaca beberapa buku, Lisa yakin akan mendapat jawaban pasti tentang kondisinya.

Bukan waktu yang sebentar untuk membaca enam buku tebal itu. Apalagi Lisa harus berpikir dan sesekali mencoret-coret sebuah kertas untuk menulis diagnosanya sendiri.

Dia sampai harus melewatkan makan malam. Awalnya pelayan memanggilnya karena semua sudah menunggu di ruang makan. Tapi Lisa bilang jika ada pekerjaan yang harus dia selesaikan.

"Kau juga belajar tentang saraf?"

Sampai ketika suara Jisoo yang muncul membuat Lisa mengangkat kepalanya. Mendapati sang kakak sedang membawa sebuah nampan berisikan makanan dan susu.

"Tentu saja," jawab Lisa acuh, sembari kembali meneruskan kegiatannya.

"Maksudku, bukankah buku-buku ini lebih diperuntukan untuk Dokter saraf?" Jisoo tahu jika semua Dokter wajib mengetahui segala hal tentang kesehatan manusia.

Tapi gadis berambut cokelat itu tahu jika buku yang dibaca Lisa, adalah buku khusus. Jika tidak salah ingat, dulu Suzy pernah mengeluh padanya karena tak mendapatkan buku yang seperti milik Lisa kini karena dijual terbatas. Kakak sepupunya itu bercerita, bahwa buku yang sedang dia inginkan adalah buku yang ditujukan khusus untuk Dokter spesialis saraf.

"Kau bahkan bisa menemukan buku tentang kejiwaan di disini." Lisa berucap dengan acuh. Nyatanya memang begitu. Dia penggila buku, terlebih tentang dunia kesehatan. Yang langka pun, dia punya.

Jisoo mengangguk saja. Memandang ruangan memusingkan itu sejenak, lalu beralih meletakkan nampan di atas meja kerja Lisa.

Tak pergi setelah itu, Jisoo memilih menarik sebuah kursi hingga posisinya kini berada di samping Lisa. Dengan begitu, dia dengan mudah untuk menyuapi sang adik.

"Buka mulutmu."

Lisa menjauhkan mulutnya ketika melihat Jisoo mulai menyuapinya.
"Tanganku masih utuh. Aku bisa makan sendiri."

Jisoo menggeleng tegas. Dia tahu, adiknya tak akan makan karena buku itu sudah membuat Lisa lupa dengan dunia.

"Buka mulutmu atau ku bakar semua bukumu?" Lisa ingin menyahuti ucapan sang kakak, tapi sesuap nasi itu terlebih dahulu membungkam mulutnya.

Lampyridae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang