7 - Si Gadis Pemberani

20.2K 3K 710
                                    

Udah Maret aja🤭
Gimana kabarnya gaisss??

Siapa yang rindu cerita ini update??😄

Jangan lupa vote dan komen yang banyak yakk, biar semangat nulis aku tuu😍

Note: Aku ngakak so hard waktu nulis cerita ini. Kalau kalian nggak ngakak, berarti ada yang salah sama kalian 🤣🤭 (canda✌️)

♥️

Duduk di hadapan dosen—ibunya Pak Dosen, benar-benar unpredictable. Sedari tadi, Melani merasa terintimidasi oleh wanita paruh baya yang datang tiba-tiba dan menyuruhnya duduk alih-alih mengusir keluar. Melani tidak bisa duduk dengan tenang karena wanita itu menatapnya seolah-olah sedang menilai dirinya.

"Kamu...pacarnya Dirga?"

"Bukan."

"Belum." Melani menoleh ke arah Dirga. Jawaban apa itu? Apa maksudnya mengatakan 'belum'. Please deh, Melani nggak mau jadi pacarnya Dirga.

"Jadi?"

"Saya mahasiswanya Pak Dirga," jawab Melani sopan.

"Ooo, kirain...Ah iya, kita belum kenalan. Saya Clara, Mamanya Gagak dan Pipit. Dirga sama David maksudnya."

"Melani, Bu." Melani mengangguk sebagai ganti berjabat tangan, karena jarak sofa yang didudukinya dengan sofa di sebrang agak jauh, serta dipisahkan oleh meja juga, sehingga tidak memungkinkan untuk bersalaman tangan.

"Jadi, kamu nggak ada apa-apa sama anak saya?"

"Enggak ada, Bu. Itu, tadi kita hanya diskusi tugas. Iya kan, Pak?"

"Hmm."

"Yahh, saya kirain kamu itu pacarnya si Gagak."

"Hehe, enggak, Bu."

"Ini si Gagak available loh. Kalau kamu, available nggak?"

Ya?

Tentu saja available!

Melani hanya diam seraya tersenyum tipis, tidak ingin mempermalukan diri, tapi juga tidak ingin membohongi diri kalau dirinya adalah jomblo alias available.

"Kamu nggak mau sama anak Tante?" Seketika Melani membuka lebar matanya. Manik matanya bergantian menatap wanita itu dan anaknya yang duduk di sampingnya, siapa lagi kalau bukan Dirga.

"Bagus loh dia, ganteng lagi." Apakah beliau ini salah satu sales marketing?

"Kalaupun saya available, Pak Dirga nya juga nggak mau sama saya kali, Bu." Sungguh pengalihan yang hakiki. Tinggal jawab enggak aja susah ya, Mel. Merendah untuk meroket apa gimana, Mel?

Lelaki yang sedari tadi diam menyaksikan interaksi mahasiswanya dengan mamanya turut membuka suara. "Siapa bilang?"

Uhuk!

Ehem!

"Jadi, Pak Dirga mau gitu?"

"Yaaa enggak juga, sih."

"Ya udah, berarti Bapak emang nggak mau sama saya kan."

"Kalau kamu? Emang mau sama saya?"

"Enggak lah!"

Enggak nolak ya, Mel?

"Eh, maaf, Tante." Melani langsung menyatukan kedua tangannya sebagai tanda minta maaf. Wajah Clara—mamanya Dirga, sungguh tidak enak dilihat begitu Melani menjawab pertanyaan si Gagak.

DSM (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang