Nggak kerasa udah mau Agustus aja😆. Semoga Indonesia dan dunia lekas pulih dari pandemi🙏
Selamat membaca😋
♥️
Auditorium MIT dipadati banyak orang pada Jumat pagi hingga siang. Sekitar 1500-an wisudawan/wisudawati dari seluruh jurusan di kampus MIT memenuhi auditorium. Dari pintu gerbang masuk dan pintu keluar, berjejer mobil-mobil pribadi karena parkiran sudah penuh. Lapangan di luar auditorium jadi tempat bertemunya para wisudawan/wisudawati dengan teman-teman untuk berfoto ria. Salah satunya Melani dan kelima sahabatnya.
Dua dari mereka telah wisuda dan telah sah sebagai sarjana psikologi. Mereka adalah Jesica dan Vivi. Keduanya tampak elegan menggunakan jubah kebanggan MIT. Mereka berenam mengambil foto yang dibantu oleh sepupu Jesica sebagai fotografernya.
Ayu mulai heboh setelah selesai berfoto-foto. Ia mengambil video dengan ponselnya. "Kapan gue wisuda ya, Tuhan," kata Ayu dengan nada sedih.
"Nggak usah bacot deh, Yu, entar lagi juga lo sidang," semprot Weny sambil merebut ponsel Ayu dan mengambil alih perekaman Ayu.
"Jes, tell me about your graduation!" pinta Weny dan mengarahkan ponsel Ayu untuk mengambil wajah Jesica juga.
"Yeah, I'm proud of my self. And all of you, my friends, thanks for support me until now. It's an honour to have you in my life."
"Huuu, Jesica terbaik." Weny bergeser ke samping, mengarahkan kamera pada Vivi, Melani, dan Helena yang mengambil selfie. "Vivi, ucapin sesuatu," titah Weny.
"Makasih kadonya, makasih buat semuanya. Kalian semangat skripsian, semangat kuliah, semangat semuanya. Gue tunggu kalian pakai toga ini," sahut Vivi lalu melayangkan kiss pada kamera.
"Doain kita guys, biar menyusul Jesica dan Vivi," ucap Helena yang berdiri di samping Melani. "Menyusul sarjana, bukan menyusul yang lain ya," tambah Melani.
"Pokoknya tahun ini kita harus udah sarjana." Weny menutup per-vlog-an Ayu lalu menyimpan video tersebut.
"Senin nanti kita harus makan!" tuntut Ayu.
"Jesica sama Vivi yang traktir," tambah Helen.
Jesica dan Vivi mengangguk saja. Mereka tidak bisa berkumpul semua hari ini, karena Jesica dan Vivi merayakan wisudanya dengan keluarga masing-masing. Selain itu, Ayu juga ada bimbingan skripsi, Melani ada kelas, Weny dan Helena mengikuti rapat BEM.
Setelah berpamitan dengan Jesica dan Vivi, Melani dan ketiga sahabatnya berjalan keluar dari lapangan auditorium yang ramai. Tujuan mereka adalah ke gedung A yang diapit oleh gedung B dan gedung C. Letak auditorium ada di sebrang ketiga gedung tersebut. Mereka menyebrang dan melewati mobil-mobil pribadi yang hendak keluar dari kampus. Setiap ada acara besar, jalan raya pasti padat dan macet.
Tiba di lobi gedung A, Weny dan Helena langsung berjalan ke samping gedung, menuju area belakang, di mana kantor BEM berada. Sedangkan Melani dan Ayu lanjut masuk ke dalam gedung. Mereka menaiki tangga, dan menuju ke kantin untuk membeli minuman.
"Mel," panggil Ayu.
"Apa?" sahut Melani sambil melihat-lihat jajanan di rak kantin.
"Gue mau bimbingan sama Pak Dirga loh."
"Terus?"
"Sekilas info aja. Mana tahu ada pesan gitu ke Pak Dirganteng," ucap Ayu. Melani memicingkan matanya. Tidak biasanya Ayu bersikap seperti ini, apalagi membahas dosen tampan itu. Walaupun Dirga dosen pembimbing skripsi Ayu, Melani tidak pernah mengungkitnya, begitupun dengan Ayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DSM (Tamat)
General Fiction♥️Yuk Follow Dulu Sebelum Baca♥️ --- Bagi sebagian mahasiswa S-1, semester 8 adalah semester paling sibuk karena mengerjakan skripsi. Tapi berbeda dengan Melani Triana, mahasiswa cantik yang terpaksa sibuk sebagai komting mata kuliah DSM karena peri...