15 - Panic Attact

15.4K 2.6K 613
                                    

Selamat datang di dunia DSM🙏 Sebelum kamu membaca, ada baiknya memberikan vote terlebih dahulu☺️

Coba sebutkan negara impianmu🤗

Selamat membaca🌻

♥️

Suasana kamar hotel yang seharusnya dijadikan sebagai tempat menginap, mendadak berubah jadi ruang make-up, untuk acara resepsi pernikahan Marta—Kakaknya Melani.

Melani sendiri sudah selesai dirias dan sudah berpakaian rapi. Warna kebaya biru pastel yang dipadukan dengan rok batik yang senada dengan warna kebayanya, membuat penampilannya semakin ayu. Selain wajahnya yang sudah dilapisi make-up, rambut sebahunya juga sudah ditata rapi dengan kepang samping—ke sebelah kanan.

Melani menyusul keponakan kembarnya yang duduk di sofa, Kevan-Kevin, yang juga sudah tampan dalam balutan jas.

"Pada ngapain nih?" tanya Melani.

"Main rubik," jawab Kevan singkat.

"Punya Kevin mana?"

"Hilang."

"Nanti beli lagi," ujar Melani membuat Kevin mendelik. "Kenapa?" tanya Melani.

"Emang Tante punya duit?"

"Lah, kan yang beli bukan Tante."

"Terus siapa?"

"Mama Papa lah."

"Ihhh, Mama itu pelit, Tante." Melani terkekeh dan langsung mengacak rambut Kevin gemas. "Bilang ke Papa dong."

"Nggak berani."

"Kenapa nggak berani?"

"Papa galak. Nanti aku dimarahin."

"Tante temenin deh, biar Papa nggak marahin Kevin."

"Kevin udah hilangin rubik yang dibeli Papa." Ingin sekali Melani menertawakan ponakan tampannya ini. Mukanya itu loh, sedihnya nggak dibuat-buat, kayaknya beneran takut sama Bang Keenan—Papanya.

"Rubiknya Kevin hilang di mana?"

"Tadi masih ada di tas. Terus pas sampai di sini, nggak ada lagi." Kevin bercerita dengan wajah cemberut. Bocah tampan itu nampak iri dengan keasyikan Kevan yang memutar-mutar benda kubus itu.

Setahu Melani, acara resepsi Kakaknya dimulai pukul 19.00 WIB, dan sekarang masih pukul 18.10 WIB. Sepertinya masih ada waktu untuk mencarikan Kevin sebuah rubik, atau setidaknya mainan kecil-kecilan untuk menghindari rasa bosan di acara nanti.

Tapi mau cari ke mana rubiknya? Sebuah pertanyaan besar yang membuat Melani merutuki kebodohannya. "Kita ke luar, yuk. Siapa tahu ada yang jual rubik," ajak Melani pada Kevin. Ini hotel, Mel. Mana ada jual rubik.

"Ayo." Kevin langsung ceria dan meminta Melani untuk menggandeng tangannya.

"Kevan mau ikut?" tanya Melani, dan Kevan hanya menggeleng.

Berpamitan sebentar dengan Mama si kembar, Melani dan Kevin keluar dari kamar hotel itu. Kini, di tangannya sudah ada kunci mobil, dompet juga. Mungkin bisalah keliling sekitar sini, melihat mal atau toko mainan.

Melani mencoba mengingat mal-mal terdekat dari area hotel tempat mereka berada sekarang. Cukup lama berpikir. Akhirnya Melani menemukan jalan. Bisa-bisanya gue lupa kalau di sebrang gedung pencakar langit ini ada mal besar, batin Melani.

Dengan menggandeng tangan kiri Kevin, mereka berjalan melalui taman depan hotel, yang juga melewati parkiran mobil. Ini hotel kayaknya ramai banget, sampai parkiran aja nggak muat di basement.

DSM (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang