25 - Love Shot

16.8K 2.6K 1.3K
                                    

Malam minggu ini lagi ngapain aja?☺️
Kalau aku rebahan aja🤪

Jam berapa kamu baca bab ini?
Please play song 🎶 Love Shot by Exo

Enjoy this chapter, please😍
Tetap vote dan comment yang banyak ya all🥰

♥️

Melani baru saja selesai mengikuti technical meeting bersama panitia lainnya untuk acara dosen yang akan diadakan esok hari. Melani menjadi panitia seksi dokumentasi sesuai usulan dari Weny dan Helena. Melani tengah berjalan keluar dari ruangan rapat kantor BEM pusat bersama dengan Raka—adik tingkatnya yang juga merupakan sepupunya.


Kakek Melani dari Papanya dan kakek Raka dari pihak Papanya juga, merupakan kakak beradik. Teman-teman Melani tidak ada yang tahu kalau Raka dan Melani masih keluarga. Makanya kalau mereka berdua berada dalam radius dekat, kadang mereka digosipkan sedang penjajakan.

Raka adalah pengurus BEM, dan ia juga ikut memantau acara yang diadakan di hotel besok. "Mau diantar pulang nggak, Kak?" tawar Raka.

"Lo bawa motor kan? Emang punya 2 helm?" tanya Melani.

"Hari ini bawa mobil kok."

"Ya udah yuk. Anterin gue," sahut Melani lalu berjalan diikuti Raka di belakang.

Badan Raka yang lebih tinggi membuat Raka dengan mudah merangkul bahu Melani. Raka terkenal dengan ke-playboy-annya di kampus, bahkan sudah sejak SMA. Melani sih tidak masalah Raka merangkulnya, walau kini banyak tatapan mahasiswa yang memandang mereka berdua.

"Udah jadian sama Pak Dirga?"

"Gila lo!" semprot Melani ketika mendengar pertanyaan Raka.

"Akhir-akhir ini kuping gue lumayan sering dengar DSM. Dirga Sama Melani."

"Gosip itu. Jangan dipercaya," sahut Melani sambil memainkan ponselnya.

"Oh gitu ya. Kita ke kantin bentar, Kak," ujar Raka membuat Melani mendengus. Ia mau cepat-cepat pulang hari ini. Tapi karena sayang duit, wkwk, Melani lebih baik menunggu Raka saja.

Mereka berjalan dari samping gedung A, lalu masuk ke lobi, dan menaiki tangga ke lantai 2, di mana kantin berada. Sekarang Melani jadi risih karena ditatap mahasiswa fakultas kesehatan. Raka memang masih merangkulnya. Ketenaran Raka di antara mahasiswa fakultas kesehatan memang tidak ada lawannya.

"Ini gue masih tetap dirangkul? Gebetan lo entar marah loh."

"Gue malahan mau bikin gebetan lo yang marah."

"Gue nggak punya gebetan," jawab Melani.

"Pak Dirga?"

"Bukan gebetan gue," ucap Melani jengkel.

Raka menyipitkan matanya, agak tidak percaya dengan Melani. "Kalian beneran nggak ada apa-apa, Kak?" Raka bertanya dengan serius.

"Iya, enggak ada. Kenapa sih heboh banget?" sewot Melani.

Raka mengangkat bahu, tidak ingin memberitahu Melani kalau di pojok kantin sedang ada laki-laki yang menatap mereka berdua. Kondisi kantin lumayan sepi, jadi Raka langsung kenal kalau yang duduk di sana adalah Dirga.

"Gue belum makan dari tadi siang," adu Raka lalu duduk di bangku sebrang Melani. Raka telah memesan makanannya.

"Ngapain aja lo dari tadi?" tanya Melani. Kadang ia tidak menyangka bahwa mereka satu kampus bahkan satu jurusan. Dulu Raka masih bocah yang sering ingusan, tapi sekarang justru Melani yang seperti bocah karena Raka lebih tinggi darinya.

DSM (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang