Beberapa minggu menjelang ujian kelas 12, membuat sekelompok remaja yang selama ini bersantai-santai ria ini kewalahan. Mereka menyiapkan dari mulai fisik, pembelajaran materi, teori-teori yang dulu hanya diajarkan sekilas, semua harus mereka siapkan dengan sungguh-sungguh. Ada yang berkeinginan untuk diundang masuk LT, ada juga yang pasrah jika mereka bisa diterima di univ manapun.
"Kira-kira tahun ini LT ngundang berapa banyak siswa ya?" tanya Raga memulai pembicaraan mereka.
"Gue denger sih sistemnya bukan perjurusan gitu dah. Malah lebih ke kelas-kelas" saut Putra menanggapi pertanyaan yang dilontarkan Raga.
"Lah aneh! Herannya kenapa info buat ke LT itu susahnya minta ampun? Kayak ada yang ditutupi gitu, nggak buat sembarang orang" timpal Deka.
"Ya dia mungkin juga melindungi kriteria seleksinya, biar nggak bocor ke orang luar." jawab Rey ikut serta dalam pembicaraan ini.
"Bisa jadi yaa" setuju Rosa dengan perkataan Rey.
"Gaiss, gue mau nyela bentar nih." ucap Jiwa ditengah pembicaraan asik temannya itu.
"Apa Ji?" tanya Abi menanyakan keperluan Jiwa.
"Lihat buku ini deh. Ada yang aneh nggak?" ucap Jiwa kepada mereka semua sambil menunjukkan Coetus, buku yang dipinjamnya dari perpustakaan.
"Nggak ada tuh, cuma kek novel biassa" jawab Putra menanggapi pertanyaan Jiwa.
"Emangnya gue tau awalnya kek gimana?" ini ucap Deka yang membuat Jiwa memutar bola matanya malas.
"Iyaa sama gue aja nggak tau tuh buku awalnya gimana" tambah Juna menyetujui ucapan Deka.
"Ada yang aneh beneran. Dulu waktu diperpus, gue lihat 7 warna ini nggak seterang ini" kata Jiwa yang mulai mengatakan maksud pertanyaannya kepada mereka semua.
"Dulu di perpus lampunya kurang terang kali Ji" kata Soya kepada Jiwa.
"Enggak ah, orang jelas banget" kukuh Jiwa dengan pernyataannya itu.
"Ehh kok iya. Dulu nggak kayak gini warnanya.." saut Raga memotong ucapan Jiwa, membuat semua menoleh kearah Raga.
"Lo tau Ga?" tanya Abi kepada Raga dengan rasa penasaran.
"Gue sama Jiwa yang nemu tuh buku." lanjut Raga lagi.
"Iya kann, aneh banget ah. Mau gue kembaliin deh ni buku." ucap Jiwa dengan sedikit tekat dan takut(?)
"Yaudah si balikin aja Ji, daripada ribet." saran Juna kepada Jiwa.
"Tapi sayang, belum selesai baca gue:(" ucap Jiwa dengan nada sedih, antara rela dan tidak rela untuk mengembalikan buku tersebut.
"Hiss mau lo apa deh.." jawab Rey sambil memutar bola matanya.
"Weh gais! Laperr..." celetuk Deka tiba-tiba. Kebiasaan banget emang si Deka-
"Pesen lah." kata Yuda menjawab ucapan Deka santai. Kalo mau tau posisi Yuda gimana, ini dia lagi tiduran di satu kursi panjang, dengan tas sekolah sebagai bantalnya.
"Mager banget gue." ucap Deka sambil meletakkan kepalanya diatas meja dan dilanjutkan menutup mata.
"HAHH! Kapan gue lulus?!" ini Abi sekarang yang tiba-tiba teriak.
"Bentar lagi sih Bi, sabar." saut Rosa menanggapi keluhan dari Abi.
"Masa-masa ujian tuh ngeselin. Capek!" ini Ica sekarang yang ngomong. Satu frekuensi sama Abi.
"Kalo nggak mau capek, ya tidur aja sono dirumah!" celetuk Deka membuat Ica membulatkan matanya.
"Nyamber aja ni orang satu!" ucap Ica dengan nada sinisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERSONALITY
FanfictionAwal yang datang tiba-tiba, melanjutkan semua yang sudah tersimpan rapi dibalik relung hati, menuntut bagaimana akhir akan terjadi. - "Mas sama mbak pacar tolong jangan uwu-uwuan disini ya!" - "Modus mulu si anjim" - "Gak peka banget, jadi capek. En...