Novem

189 17 0
                                    

"Mau kemana sih?!"

"Gatau"

"Lah terus? Dari tadi ngajak gue pergi tapi gak tau mau kemana? Sumpah" kesal Jiwa kepada orang didepannya ini, kalau saja Raga tidak memakai helm pasti kepalanya itu sudah jadi sasaran amukan Jiwa.

"Yaa emang gaktau mau kemana" jawab Raga santai, kelewat santai untuk orang yang sudah dipelototi oleh Jiwa. Biasanya orang2 kalau sudah dipelototi Jiwa, sudah tidak ada yang berani melawan, karena tau dia sudah membangunkan sisi amarah Jiwa.

"Ragatsa Atdyarma! Lo tuh yaa! Hihh?!" Yaa, Jiwa sudah pada puncaknya sekarang. Tidak bisa kepala, punggung pun jadi.

"Aw, sakit Ji. Jangan gerak2 ey, jatoh ntar" aduh Raga sebab punggungnya sudah terasa panas karena pukulan demi pukulan Jiwa, awal2 sih memang gakpapa, tapi lama2 kok ya kerasa sakit.

"Ni ya Ji, kan ini sore nih udah adem. Nggak bakal panas, jadi lebih mending pake motor. Pake mobil ribet, gede banget susah kesana susah kesini, nggak bisa lewat gang2 kecil-

"Bukan gitu Ragatsa! Kalo lo nggak ada tujuan, kita bakal jalan terus nih, dan kalo gitu gue pegel anjir! Kenapa lo nggak bawa yang matic aja sih?! Tinggi banget nih jok, lo cobain sendiri sini tukeran sama gue. Gue yang bawa motor!" Omel Jiwa panjang lebar mengeluarkan keluh kesah setiap dia dibonceng naik motor sport oleh Raga.

"Halah, gaya2an mau boncengin gue. Kaki aja pasti nggak nyampe lantai, mau bawa motor gede begini." Ejek Raga kepada Jiwa, sebenarnya fakta sih. Jiwa bisa mengendarai motor, tapi motor matic itupun kalau tipe body motornya kecil.

Jiwa yang dengar itu ya diem aja, cuma bisa mencebikkan bibirnya lucu. Raga yang melihatnya dari kaca spion terkekeh.

Dan tiba-tiba motor yang membawa mereka berdua berhenti di sebuah taman, bukan taman yang luas. Hanya taman di pinggir komplek dengan pengunjung mayoritas anak kecil, ada segelintir orang dewasa yang mengawasi anaknya bermain, dan mungkin beberapa pasangan anak muda. Tempatnya cukup teduh dengan beberapa bangku, dan mainan seperti ayunan, perosotan, apapun itu namanya.

"Disini aja ya?" Ucap Raga setelah memakirkan motornya di ujung taman.

"Hmm.."

Hanya dehaman yang membalas pertanyaan Raga, membuat sang penanya menoleh melihat perempuan disebelahnya ini, ternyata Jiwa sedang menutup matanya, menikmati angin yang dengan bebas mengacak rambutnya itu.

"Kalo diem gini lo cantik deh Ji" celetuk Raga dengan wajah polos sambil bertopang dagu, masih menatap wajah Jiwa yang sekarang menatap Raga dengan nyalang.

"Apaan! Gue dulu diem yaa. Gara2 kenal lo, gue jadi gini kan. Enak aja nyalahin gue" ucap Jiwa tak terima.

"Gue lagi kan, nggak salah apa2 padahal lho gue" ucap Raga seadanya, matanya menatap entah kemana.

"Mana ada, kalo lo dulu nggak bandel ya gue nggak bakal cerewet gini sama lo- EHH MAU KEMANA?!"

"Beli es krim. Diem disini, jangan kemana-mana. Kalo diculik gue nggak bakal nyariin." Setelah mengatakan itu Raga langsung berlalu begitu saja, pergi menuju truk es krim yang terparkir di seberang taman. Meninggalkan Jiwa yang cemberut,

"Kurang ajar, gue ngomong dipotong. Nyuruh-nyuruh lagi!!" Monolog Jiwa diikuti dengan kaki yang dihentakan ke tanah berturut-turut.

-

"ICAAA! AAA ROSAA KANGENN!" teriak perempuan cantik berambut pirang yang berlari turun dari mobilnya.

"Shhht. Jangan berisik, kalo berisik pulang sana." Satu kalimat dari Ica membuat Rosa diam seribu bahasa, engga deng- mana mungkin gitu.

PERSONALITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang