Sedecim

140 15 15
                                    

🤎Happy reading..

-

LT dengan luas area yang besar itu tentu saja memiliki banyak gedung yang terpisah. Untuk asrama ada di bagian kiri pintu masuk LT, sedangkan gedung kelas ada di bagian kanan. Letak asrama dan gedung kelas tidak begitu jauh, tapi cukup untuk memberikan keringat jika berlari, maka dari itu usahakan untuk tidak terlambat.

Asrama yang terletak dibagian kiri itu jelas mempunyai dua gedung yang terpisah. Untuk perempuan dan laki-laki.

Sekarang di kamar Jiwa, Soya, Ica, dan Rosa yang terletak di lantai 5, bersebelahan persis dengan pintu rooftop asrama perempuan sedang terjadi pembantaian berdarah. Tidak, lupakan.

Mereka berempat sedang berada di kamar, ngobrol-ngobrol sembari makan makanan ringan. Saling bertukar pikiran, saling mengeluarkan keluh kesahnya, dan bersama-sama mengkhawatirkan nasib mereka kedepannya.

"Kita akan jadi apa setelah setahun disini ya?" Celetuk Ica ditengah-tengah acara mengunyah keripiknya yang sempat ia beli di minimarket area-N sebrang area olahraga.

"Terlalu berpikir jauh kedepan. Kita aja belum ada 1 minggu disini. Tapi gimana keadaanku? Frustasi." Jawab Rosa dengan bibirnya yang mengerucut lucu.

"Frustasi dengan semua yang ada disini ya? Akupun sama, huh~" kali ini Soya yang berkeluh kesah.

"Kalian percaya dengan ini semua?"

Kalimat Jiwa barusan membuat semuanya menoleh kearahnya, dengan tatapan yang ragu dan khawatir.

"Percaya atau tidak, bukankah kita harus percaya?" Rosa menanggapi lebih awal.

"Lagipula aku merasakan sesuatu yang bangkit dalam diriku setelah acara di aula tempo hari." Ica juga sudah membuka dirinya dengan takdir baru ini.

"Iya, Ji. Kita harus bersama-sama menghadapi ini. Cobalah untuk yakin dan menerima, okai?" Soya yang terakhir mencoba meyakinkan Jiwa.

Ditanggapi anggukan pelan dari Jiwa, menutup perbincangan mereka sore itu.

-

Esok paginya, semua murid sedang bersiap di kamar masing-masing. Untuk apa? Tentu saja untuk mengikuti pembelajaran pertama mereka. Hal itu juga yang dilakukan oleh keempat gadis cantik ini.

"Rosa jangan lupa almetmu! Ku letakkan di samping kamar mandi ya" teriak Soya sehingga satu kamar bisa mendengar suara lantang tersebut, tak terkecuali pemilik almet yang sedang di kamar mandi.

"Hm" jawab singkat Rosa dari dalam sana.

Jawaban tersebut membuat ketiganya menghentikan aktivitas bersiap, saling menatap satu sama lain dan pastinya memikirkan satu hal yang sama.

"R-Rosa kenapa?" Tanya Jiwa lirih sambil memperhatikan sahabat di depannya ini. "Apa ada masalah?" Lanjutnya lagi memastikan.

"Tidak. Semua baik-baik saja, Ji." Ica menanggapi sebelum pertanyaan semakin melebar.

"Tapi—

Suara shower di kamar mandi berhenti,

Cklek

Rosa keluar dengan seragam lengkap dan rambut yang masih setengah basah, menatap tajam kepada ketiga sahabatnya yang sekarang ikut terdiam.

"Kenapa?" Tanya balik Rosa dengan sebelah alisnya terangkat.

"Tidak, lanjutkan saja acara bersiap kalian," sahut Soya mengalihkan pandangannya dari tatapan Rosa, sangat menusuk tidak seperti Rosanya yang ceria setiap saat. Menutupi kegugupannya, Soya menatap jam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, "Cepatlah, sebentar lagi waktu sarapan. Kalian tidak ingin tertinggal kan?" Lanjut Soya diiringi dengan kekehan diakhir kalimat.

PERSONALITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang