2 hari setelah Jiwa sadar dan 2 hari setelah mereka bersebelas lengkap datang ke LT. Jiwa yang menjadi semakin diam dan Rosa yang mudah emosi, entah karena apa keanehan ini terjadi. Mungkin jika Jiwa kita semua tau kenapa dia menjadi lebih diam, tapi jika Rosa kenapa dia menjadi mudah emosi?
Jika ini adalah 2 hari setelah hari itu, berarti sekarang adalah hari penerimaan murid baru di LT, para murid seangkatan mereka beramai-ramai datang dari arah kota membawa koper dan tas besar. Lingkungan LT menjadi lebih ramai dari sebelumnya, kamar- kamar asrama juga sudah mulai terisi penuh. Pagi, siang, hingga sore sekarang bisa terdengar suara dari mereka yang bermain atau sekadar berbincang di area taman.
Nah untuk sekarang, mereka semua sudah dikumpulkan di sebuah aula besar, atapnya tinggi dengan candlelier yang tergantung di beberapa titik. Mereka bersebelas mengambil barisan tengah untuk mereka tempati, tempat duduknya berundak jadi setiap sudut bisa melihat jelas ke podium tanpa terhalangi kepala orang dibarisan depannya.
Untuk seragam mereka sekarang adalah baju kasual bebas dengan sepatu dan id card murid.
Mereka belum mendapat jadwal kapan saja mereka harus menggunakn almamater, sebenarnya lebih ke jubah(?) karena panjangnya sampai menutupi setengah kaki.Aula yang sebelumnya ramai dengan percakapan tiap-tiap kelompok murid sekarang menjadi tenang setelah beberapa orang dewasa menaiki podium, mungkin mereka para guru? Dosen? Entahlah. Seorang lelaki setengah baya dengan jubah menjuntainya menempati mimbar.
"Selamat datang para murid baru LT! Kuucapkan selamat kepada kalian satu angkatan orang terpilih Kota Majesti."
Seruan selamat datang dari lelaki setengah baya itu disambut tepuk tangan meriah oleh kami semua, kecuali satu orang. Raga tidak asing dengan lelaki tua itu.
"Ah Tuan Bang!" Ucapnya setelah berhasil mengingat siapa dia. Penampilannya sangat berbeda dari saat pertama kali mereka bertemu.
"Siapa Tuan Bang?" Tanya Juna yang mendengar sentakan Raga tadi.
"Eh tidak. Lupakan" kemudian Raga berpikir lagi, bisa saja mereka mirip, jadi belum tentu yang didepan itu Tuan Bang yang sama dengan saat itu.
"Perkenalkan aku Master Bang. Penanggung jawab LT, jangan panggil aku kepala, pemimpin atau lainnya. Di belakangku ada para guru, kalian bisa berkenalan dengan mereka nanti di kelas kalian masing-masing."
Master Bang menjeda kalimatnya sejenak dengan menatap keseluruhan murid barunya.
"Untuk sekarang ada yang ingin aku tunjukkan kepada kalian, semoga kalian suka!"
Setelah mengatakan itu, terlihat gelembung-gelembung berkabut mengelilingi Emi. Iya Emi, wanita yang pertama menjemput kami dan yang berdebat dengan kami. Semakin lama gelembung berkabut itu memenuhi aula.
"Selamat menyaksikan!" Satu kalimat dari Master Bang sesaat sebelum semuanya terlihat gelap oleh pandangan kami.
Hening secara perlahan masuk ke aula besar itu, menyisakan deruan nafas para murid dan guru yang masih berjaga mengawasi.
"Kau jangan tunjukan dulu kepadanya, Emi."
"Iya Master sudah saya tahan untuk yang satu itu." Jawab Emi pasti dengan langkah menuju tengah aula, melihat semua murid yang tidak sadarkan diri di bangku mereka masing-masing.
"Apa kali ini akan menyenangkan?" Tanya Sashin yang baru saja datang dengan satu kardus minuman.
"Takutnya mengkhawatirkan.." Emi menjawab dengan raut sedihnya.
"Tak apa, mereka anak-anak yang kuat." Master Bang memberi pengertian kepada semua guru yang ada disana. Mereka tetap ditempat untuk mengawasi murid-muridnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERSONALITY
FanfictionAwal yang datang tiba-tiba, melanjutkan semua yang sudah tersimpan rapi dibalik relung hati, menuntut bagaimana akhir akan terjadi. - "Mas sama mbak pacar tolong jangan uwu-uwuan disini ya!" - "Modus mulu si anjim" - "Gak peka banget, jadi capek. En...