Undecimo

168 25 0
                                    

Jiwa hari ini sedang menikmati strawberry diruang tamu. Sebenarnya dia ingin mengajak 3 sahabatnya untuk jalan-jalan, tapi mereka semua sedang sibuk menyiapkan barang2 untuk pindahan ke LT. Kenapa dari kemarin mereka semua bersiap2? Karena mereka akan tinggal disana? Iya.

LT memiliki gedung asrama, yang mewajibkan seluruh muridnya tinggal disana. Asrama, kantin, minimarket, caffe, tempat olahraga semua sudah tersedia disana. Lahan LT memang sangat luas, jadi itu semua dibangun di dalam area dengan pagar tembok tinggi yang mengelilinganya.

Tidak pernah ada yang tau secara rinci ada apa saja di dalam pagar tinggi itu, hanya sebuah bangunan besar bergaya eropa klasik yang terlihat jelas menjadi senter utamanya. Orang luar hanya mengetahui jika bangunan itu adalah universitas yang sangat sulit untuk masuk kesana.

Kembali kepada Jiwa sekarang. Setelah menghabiskan satu mangkok penuh strawberry dia kembali ke kamar, sekadar untuk rebahan atau mendengarkan musik favoritnya. Tetapi satu barang tak asing yang tergeletak di atas meja belajar menarik perhatiannya.

"Loh??! Bukannya ini udah gue balikin ke perpus" monolog Jiwa sedikit tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Diambilnya buku tebal berjudul Coetus itu, masih sama seperti saat dia membacanya, tetapi kenapa bisa disini?

"Beneran yakin deh. Udah gue balikin, serius!" Monolog Jiwa lagi dengan sungguh- sungguh seakan ada yang menunggu pernyataannya.

"Apa gue balikin ke SMA lagi nih?"

"Iya deh" setelah meyakinkan dirinya. Jiwa memilih untuk mengembalikan buku tersebut ke perpus SMA nya lagi, berpamitan dengan mamanya dan langsung pergi.

-

"Ayo, lo pada udah pada siap belom?" Tanya Yuda memastikan kepada teman-temannya ini. Pagi ini mereka janjian untuk berkumpul dirumah Yuda lagi setelah acara menginapnya kemarin gagal.

Dengan berbagai barang bawaan mereka berkumpul, ini terpaksa. Seharusnya jadwal siswa baru untuk pindah ke asrama ada di hari Minggu sedangkan ini masih hari Jumat, itu berarti masih ada 2 hari lagi untuk mereka pergi. Tetapi ya karena perintah serius Yuda kemarin, mereka semua menyetujuinya tanpa terkecuali Raga, dia jadi ikut serta untuk pergi ke LT.

Berkumpul di garasi rumah Yuda juga tidak terlalu buruk, Juna yang membawa satu koper besar dengan dua tas jinjing, Abi dengan satu koper besarnya juga beserta tas punggungnya, untuk Yuda, Rey, Putra, dan Raga mereka membawa satu koper biasa dengan sling bag mereka. Jika sudah siap seperti ini saatnya berangkat.

Tunggu,

Juna

Abi

Yuda

Rey

Putra

Dan Raga,

Dimana seorang lagi? Harusnya mereka bertujuh. Deka Nadala! Dimana dia?

-

"Hah, hah, hahh. Capek.."

"Nggak ada kendaraan lewat apa ya?" Ucap seseorang itu sambil melihat sekelilingnya. Nafasnya terengah-engah seperti habis dikejar sesuatu. Membawa satu tas punggung yang besarnya melebihi badannya itu. Memakai setelan pakaian berwarna hitam dari ujung kepala sampai ujung kakinya.

"Sialan, kenapa rumah Yuda harus di tanjakan sih?! Nggak pernah nih gue susah setiap ke rumah dia, baru kali ini nih. KALI INI!" ucapnya menggebu dengan nada yang semakin naik di akhir kalimatnya. Menendang setiap batu-batu kerikil yang ada di depannya, keringat juga sudah membanjiri wajahnya.

"Aaahh! Motor gak tau kenapa! Anak-anak nggak ada yang mau ngasih gue tumpangan! Bawa tas gede gini! Sial banget gue, masih pagi padahal"

Keluh kesahnya dia keluarkan begitu saja. Entah kepada siapa dia cerita. Sudah terlanjur kesal katanya. Sampai tidak sadar jika di depan Deka terdapat satu tiang papan nama.

PERSONALITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang