Septima

190 25 0
                                    

"Kok bisa ketampar sih? Gimana ceritanya?" tanya Raga khawatir dengan keaadan Jiwa. Tangan kanan fokus nyetir, tangan kirinya mengusap pelan pipi kanan Jiwa yang memerah.

"Gapapa Ga, beneran deh" jawab Jiwa berusaha membuat Raga agar tidak terlalu khawatir.

"Gapapa apanya? Itu pipi sampe merah banget kayak gitu. Masih bilang gakpapa?" ucap Raga yang tidak puas atas jawaban Jiwa. "Kenapa coba tadi Nana?" lanjut Raga masih dengan pertanyaan yang sama untuk Jiwa.

"Yaa gapapa, gue juga salah kok" kata Jiwa kepada Raga, berharap Raga percaya.

"Salah apa sampe kena tampar kayak gitu? Hm?" tanya Raga lagi dengan sebelah alis terangkat dan berdeham menunggu jawaban dari Jiwa.

"Yaa adalah, nggak usah tau! Udah ah, kepo banget jadi orang." jawab Jiwa mengakhiri sesi tanya jawab ini.

"Hmm, yaudah deh. Mau diobatin nggak itu? P3K nya ada di dashboard, ambil aja." ucap Raga setelah tau Jiwa tidak ingin memberi tau penyebab Nana menampar pipinya.

"Nggak usah ah. Nanti juga ilang sendiri" keras kepala. Jiwa jadi sedikit keras kepala kalau sudah seperti ini.

Setelah tolakkan dari Jiwa untuk mengobati pipinya, tidak ada percakapan yang terdengar di mobil itu. Mereka berdua hanyut dalam pikirannya masing-masing.




"Apa lo mau ngomong apa? "

"Ini Ga, emm minggu ini gue boleh bareng lo nggak pulangnya?"

"Hah? Ngapain? Kenapa sama gue?"

"Ini lho orang rumah kan lagi nggak ada semua. Mama nyusul papa, adik gue juga mesti pulangnya ngaret main dulu sama temennya. Jadi gue mau minta tolong, buat pulang bareng lo. Bisa nggak?"

"Gue pulang bareng anak-anak.  Kalo lo ikut gue juga bakalan ngaret."

"Gapapa kok, gue tungguin juga bareng temen-temen lo"

"Ada Jiwa juga. Gue pulang bareng dia sekarang."

"Ohh gitu, ya gapapa kok! Malah aku seneng ada temen ngobrolnya." ucap Serin dengan antusias. "Jadi bisa nggak gue barenng?" lanjutnya lagi

"Gue tanya Jiwa dulu."

"Yah kok gitu. Kamu kan yang punya mobil bukan Jiwa. Lagian kamu sama Jiwa nggak ada apa-apa kan? Nggak harus izin dong."

"Ya gapapa tanya doang gue."

"Okee, gue bareng besok-



"Ga! Raga ngelamun lo? Wah gila nih bocah. Gue nggak mau mati muda wei." seru Jiwa yang menyadarkan Raga dari ingatan percakapannya dengan Serina tadi.

"Hah? emang gue ngelamun? Nggak lah ya. Ini masih jalan kok mobilnya." ucap Raga santai.

"Iya! Dan kalo lo ngelamun lebih lama lagi, bisa-bisa kita berdua di rumah sakit." jawab Jiwa kesal.

"Ya maaf deh." maaf Raga kepada Jiwa atas kelalaiannya saat menyetir. Mumpung masih ingat sama permintaan Serin, akhirnya Raga juga mencoba untuk bilang kepada Jiwa.

"Ji." panggil Raga kepada Jiwa yang sedang asik melihat keluar jendela mobil.

"Hmm?" deheman Jiwa menjawab panggilan dari Raga.

"Serina mau pulang bareng seminggu besok, boleh?" tanya Raga hati-hati.

Mendengar pertanyaan dari Raga yang sangat menyakitkan-enggak deng. Jiwa memutar wajahnya mengahadap Raga. "Eh? gimana-gimana? Serina yang tadi?" Jiwa malah bertanya balik kepada Raga.

PERSONALITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang