"Ya"
"Hm, gue kesana. Jiwa juga disini sama gue" jawab Raga dalam sambungan telfonnya dengan Rey.
Setelah menutup sambungannya, Raga kembali memastikan keadaan Jiwa. Jiwa masih ingat siapa dia, siapa Raga, siapa teman-temannya yang lain, tetapi Jiwa benar-benar lupa dengan kejadiannya disini. Tuan Bang serius dengan ucapannya membuat Raga harus mencari alasan lain untuk terdamparnya mereka disini.
"Ga, udah nggak papa kok gue" jawab Jiwa sambil menepuk-nepuk celananya yang kotor bermaksud membersihkan debunya. Merasa ditatap oleh Raga, Jiwa menoleh dan mendapatkan maniknya bertemu dengan manik Raga yang menatapnya tajam, tetapi ada juga pantulan kekhawatiran disana. "Beneran Ragatsaa, Jiwa gakpapa. Lagian kenapa sih kita bisa disini?" Ucap Jiwa meyakinkan lagi dengan sebuah cubitan pelan di pipi Raga membuat yang dicubit menghela nafas kasar.
"Kita mau ke LT. Yuk langsung kesana ya" mengucapkan itu dan Raga langsung menarik tangan Jiwa dalam genggamannya menuju motor.
"Hah, ngapain lhoo? Kita kan engga-
"Dapet kok. LT telat ngasih kita undangannya" bohong Raga yang membuat Jiwa menganga tidak percaya. Sejujurmya Raga sendiri juga tidak yakin apa yang membuatnya kesana dan apa yang menunggunya disana, tetapi teman-temannya disana, dan Raga percaya mereka.
"Terus gue kok nggak bawa koper? Koperku? Tasku? Bawaan gue mana Raga? Gue nggak bawa apa-apa?" Pertanyaan beruntun dari Jiwa cukup membuat Raga meringis.
"Mm nanti dianterin. Yuk langsung kesana aja, biar bisa istirahat nanti lo pusing lagi" ucap Raga yang langsung mengambil posisi di jok pengemudi.
Jiwa membeku, kaget, aneh, apa yang terjadi? Tapi acakan lembut di kepalanya menyadarkan Jiwa, Raga menatapnya dan sudah mengingatkannya lagi untuk segera naik ke motornya, membuat Jiwa langsung saja naik ke jok dan Raga menjalankan motornya ke tujuan mereka selanjutnya, LT.
"Raga kenapa si? Kok kayak aneh banget, lebih lembut nggak si sama gue?" Batin Jiwa menatap punggung Raga yang tertutup hoodie hijau tua.
-
"Jadi, kenapa Yud kita disini?" Ucap Putra membuka pembicaraan mereka sore itu. Keenamnya berkumpul di kamar Juna, membiarkan kamar Deka kosong.
"Kan udah pernah dikasih tau. Kita termasuk salah satu Coetus, dan jika sudah disini tidak ada kata untuk kembali" jawab Yuda ringan tanpa menatap mereka semua, matanya malah menatap keluar balkon yang memperlihatkan halaman depan LT.
"Sekarang ganti pertanyaan. Apa yang lo maksud Coetus dari kemarin?" Rey ikut bergabung dalam percakapan.
"Hh capek. Besok kalian akan tau sendiri, aku tidak yakin apa kalian paham setelah mendengar ceritanya" jawab Yuda lagi dan mendapat tatapan heran dari mereka semua.
"Yud, lo salah makan? Baku banget anjir" Ucap Putra yang tiba-tiba menyela.
"Iya, kenapa dah lo? Bingung banget kan gue.." sekarang Deka yang berbicara dengan tangan menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Jangan dibuat binggung. Nanti jadi stress terus cepet mati"
"HEH! YUDA KALO NGOMONG. MULUT NYAA!" Teriak Abi yang kaget mendengar ucapan spontan dari Yuda, entah benar-benar spontan atau emang disengaja.
Tok tok- tok tok
Suara pintu yang diketuk memecah perhatian mereka semua, Deka yang paling dekat dengan pintu langsung bangun dan berjalan untuk membuka pintunya.
"Siapa?!-," setelah membuka dan menampilkan sosok Sashin, Deka tidak melanjutkan ucapannya. Jujur Deka kaget melihat presensi pria dewasa itu didepan pintunya, dengan senyum dan tangan yang dilipat kebelakang punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERSONALITY
FanfictionAwal yang datang tiba-tiba, melanjutkan semua yang sudah tersimpan rapi dibalik relung hati, menuntut bagaimana akhir akan terjadi. - "Mas sama mbak pacar tolong jangan uwu-uwuan disini ya!" - "Modus mulu si anjim" - "Gak peka banget, jadi capek. En...