Pacar orang adalah pacar kita juga,karena kita adalah orang.
~Nano-Nano~
***
Ssrrtt
Brraakk
Seseorang menyelamatkannya,kini ia terbaring di tepi jalan. Pina didorong kencang oleh seorang laki-laki,tubuhnya menubruk tanah begitu saja. Tapi anehnya,itu tak terasa sakit.
Perlahan ia membuka matanya,mengerjap karna sinar matahari menyambutnya. Warga yang kebetulan sedang lewat hanya menontonnya,tanpa membantu.
Pina berusaha untuk duduk,walau rasanya sulit sekali. Tiba-tiba ada tangan terulur,Pina mendongakan wajahnya.
"Sabi," gumamnya.
Pina menyipitkan matanya,sinar matahari menerpa sebagian wajah laki-laki itu. Entah mengapa batin Pina mengatakan,bahwa laki-laki itu Sabi. Orang yang belum pernah ditemuinya,kenal pun tidak.
Pina menyambut uluran tangan orang yang ia yakini,itu Sabi. Pina melebarkan matanya,melihat jam tangannya.
Pukul 07.00
"Mampus!" Pina menepuk dahinya.
Ia memastikan jalan benar-benar sepi,lalu menyebrang dengan berlari. Pina menghentikan angkutan umum dan buru-buru masuk ke dalamnya.
Pina menghela napasnya,lega. Saat supir angkutan umum menginjak gas dan mobil angkutan berjalan.
Pina melebarkan matanya mendapati orang yang ia yakini itu bernama Sabi tengah duduk berhadapan dengannya. Perlahan dahinya mengerut,matanya menyipit.
Mengapa wajahnya buram,seperti pedagang bakso boraks?
Eits,apa yang dia lakukan? Wajahnya perlahan mendekati Pina,kedua tangannya mencengkram bahu Pina.
Pina ketakutan,tapi ia tetap berusaha untuk tenang. Anehnya,orang-orang di dalam angkot seperti tak menganggap mereka ada. Apa mereka tak kasat mata?
Angkut melaju kencang,seperti ugal-ugalan. Anehnya lagi orang-orang di dalamnya tetap tenang.
Pina semakin ketakutan,dengan wajah Sabi yang semakin dekat dengannya. Sabi menarik Pina lalu mendorong tubuh Pina keluar dari angkot yang sedang melaju kencang,beruntung Pina masih bisa menahan tubuhnya.
"Jangan! Jangan Sabi! Lo gila?!" Pina semakin panik saat Sabi semakin menambah tenaganya untuk mendorong Pina.
Pina hampir kehabisan tenaganya,angkut semakin ugal-ugalan. Apa ia harus mengakhiri hidupnya?
"Sabi,please! Gua mohon sama lo,jangan lakuin ini sama gue!" Sabi tak menghiraukan ucapan Pina.
"Pak,bu,bang! Tolong saya! Saya nggak mau mati!" Ucap Pina meminta tolong,tapi tak ada yang menggubrisnya.
Mata Pina memanas,bulir air mata mulai membasahi pipinya.
"Sabi,gua mohon sama lo,hiks. Gua gamau mati! Bunda tolongin Pina,hiks. Ayah! Pina gamau mati,Ayah!" Tangis Pina semakin pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nano-Nano [On Going]
Teen FictionMasa lalu membuatnya terjebak di dalam ruang abu-abu. "Ingin melangkah maju. Namun sadar bahwa kamu bukan sekedar lalu, tapi dia juga bukan arah yang ingin ku tuju." -Pina Rastanti. 📍Sedang berada di persimpangan jalan, yang pilihannya hanya kemba...