Pina Restianti
Happy Reading❤️
***
Pina menghampiri Riska yang sedang duduk santai di sofa sambil menonton kartun di layar televisinya. Riska baru saja meneguk jus jeruk yang tadi dibuatnya.
Pina duduk di sisi kosong sofa yang diduduki Riska.
"Buat gue mana? Masa satu doang?" oceh Pina tak digubris oleh Riska.
"Parah banget ya, tamu kok diginiin. Lelah hayati menghadapi tuan rumah seperti dirimu," ucap Pina mendramatisir.
Riska memutar bola matanya malas, "harusnya gue yang ngomong gitu, jadi tamu kok kurang ajar!"
Pina menampakan deretan giginya tanpa rasa bersalah. "Maap nyai, jangan marah-marah terus nanti cepet tua."
"Gimana gue nggak marah-marah? Lo nyebelin banget, anjir!"
***
Pina merebahkan tubuhnya di atas kasur, merentangkan kedua tangannya ke samping, seakan-akan sedang melepas semua beban yang ada dalam hidupnya.
Matanya terpejam lama, kemudian terbuka menatap langit-langit kamarnya. Ia menoleh, menatap ke luar jendela. Semburat jingga terhampar bebas di langit sore, sedikit warna ungu menambah keindahan pesonanya.
Sudut bibir Pina perlahan terangkat, membentuk senyuman yang begitu tulus.
Tiba-tiba ia teringat oleh kejadian di sekolah tadi. Bukan, bukan pada bagian ia dipermalukan oleh oknum tak dikenal. Tapi pada bagian Keano berusaha meredam amarahnya, ya, walaupun ada sedikit kesalah pahaman tentang 'pacar' Pina.
Memang ini salahnya, salah karena sudah berbohong pada Inara dan Keano waktu itu. Salah karena sudah membiarkan Sabi mengantarnya sampai depan gerbang, tadi pagi.
Mata Pina melirik pada jam yang menempel pada dinding kamarnya. Sudah terlalu sore, sebaiknya ia segera mandi. Sebelum Bundanya datang ke kamar untuk mengajaknya makan bersama.
***
Setelah makan malam, Pina kembali ke kamarnya. Mengerjakan tugas-tugas yang harus segera ia selesaikan. Tangannya begitu lihai mengendalikan pulpen bertinta hitam, menuliskan rumus-rumus juga angka pada lembar kertasnya.
Sesekali ia membalikan halaman buku itu, saat ia lupa rumus atau lupa cara pengerjaannya.
Sejak tadi ia berusaha menahan diri untuk tidak menyentuh HP-nya, ya, itu adalah hal yang sangat sulit. Ditambah notifikasi HP yang terus berbunyi, hingga ia geram dan men-silent HP-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nano-Nano [On Going]
Teen FictionMasa lalu membuatnya terjebak di dalam ruang abu-abu. "Ingin melangkah maju. Namun sadar bahwa kamu bukan sekedar lalu, tapi dia juga bukan arah yang ingin ku tuju." -Pina Rastanti. 📍Sedang berada di persimpangan jalan, yang pilihannya hanya kemba...