Ini double update xixi
Happy Reading❤️
***
Motor Sabi berhenti di depan gerbang sekolah Pina. Pina turun dari atas motor Sabi dengan wajah kesal. Sedangkan Sabi terkekeh melihat wajah Pina sedari tadi. Lucu, pikirnya.
"Makasih," ucap Pina tak ikhlas mengucapkan kalimat itu.
Sabi terkekeh, "sama-sama."
Para siswa mulai berdatangan. Beberapa dari mereka menatap ke arah Sabi, merasa aneh dan asing.
Pertama, tumben sekali Pina diantar oleh laki-laki selain ayahnya dan abang ojek online. Kedua, siapa laki-laki yang mengantarnya? Mengapa cowok itu memakai seragam yang berbeda dengan mereka? Apa Pina sedang dekat dengan anak sekolah lain? Tapi rasanya tak mungkin.
Sesil yang baru turun dari mobilnya pun melebarkan matanya, reflek menutup mulutnya dengan satu tangan.
Sesil menggeleng, "gila, langka banget." Sesil mengeluarkan HP dari saku seragamnya. Ia mengambil beberapa potret Pina dengan laki-laki di atas motor itu dengan HP-nya.
"Jual gosip ini ke lambe sekolah dapet duit berapa ya gua?" pikir Sesil memperkirakan uang jajannya yang akan menambah hari ini.
Sabi masih setia menatap wajah Pina yang tak berubah dari tadi, tetap dengan wajah yang ditekuk dan sorot mata yang tajam.
"Udah sana pergi," usir Pina.
"Dih, ngusir. Lo aja sana, masuk."
"Lo aja yang pergi duluan, gue kan udah sampe."
"Lo aja sana yang masuk duluan."
Mata Pina memincing, menatap Sabi. Waktu terus berputar, semakin banyak siswa yang berdatangan ke sekolah. Bisik-bisik mulai terdengar di telinga Pina.
"Itu beneran Pina ga si?"
"Dia beneran udah move on?"
"Dia udah nggak ngarepin cowok orang lagi?"
Kalimat terakhir membuat mata Pina membulat sempurna, Sabi terkekeh melihatnya.
Maksud mereka apa? Mereka tau dari mana?
Pina mematung, matanya bergerak tak tenang. Mendadak jantungnya berdetak lebih cepat. Dengan susah payah Pina menelan salivanya, berbalik dan berlari kecil memasuki area sekolah. Ia meninggalkan Sabi begitu saja.
***
Pina masuk ke dalam kelas dengan tergesa-gesa, membuat seisi kelas menoleh ke arahnya. Ia terdiam sejenak, mengatur napasnya yang memburu karena berlari kecil sambil menaiki tangga.
Katherinne beranjak dari kursi, menghampiri pina yang masih di ambang pintu kelas.
"Lo nggak papa, Pi?" tangan Katherinne terulur mengusap punggung Pina.
Pina menggeleng dengan hembusan napas yang mulai kembali normal.
Katherinne menggiring Pina ke tempat duduknya, lalu ikut duduk di kursi kosong yang berada di samping Pina.
Chika dan Sesil pun ikut menghampiri Pina. Katherinne terlihat mengeluarkan tumblr dari dalam tasnya, dan memberikannya pada Pina.
Pina menerima tumblr itu, dan meneguk air yang berada di dalamnya.
"Lo pasti panik banget ya, Pi?" tanya Sesil saat Pina menyelesaikan tegukkan terakhirnya.
Pina mengembalikan tumblr milik Katherinne, "thanks," ujarnya pada Khaterinne.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nano-Nano [On Going]
Teen FictionMasa lalu membuatnya terjebak di dalam ruang abu-abu. "Ingin melangkah maju. Namun sadar bahwa kamu bukan sekedar lalu, tapi dia juga bukan arah yang ingin ku tuju." -Pina Rastanti. 📍Sedang berada di persimpangan jalan, yang pilihannya hanya kemba...