13. Aneh

16 7 8
                                    

Bukan karena kamu tidak tau, tapi karena kamu tidak menyadarinya.

.

Happy Reading❤️

***

"Hallo, sayang?"

Pina menelan salivanya gugup sekaligus lega, "iyaa bunda?" Terdengar suara wanita paruh baya dari seberang sana. Tadi ia kira Keano yang meneleponnya tiba-tiba, ternyata itu adalah bunda Anita yang menelepon menggunakan nomor Keano.

"Maaf ya bunda ganggu malam-malam begini. Tante mau tanya, kamu tau nggak Keano ada dimana sekarang? Soalnya tadi sore baru pulang ke rumah, mukanya murung gitu. Bunda tanya nggak dijawab, habis itu langsung pergi gitu aja, HP-nya ditinggal."

Dahi Pina mengerut, "aku ketemu Keano terakhir tadi pagi, bun. Di depan kelasnya, abis itu aku nggak ngeliat dia lagi." jelas Pina.

"Tumben banget dia kayak gitu, bun." lanjutnya.

"Bunda juga nggak ngerti, bunda takut terjadi apa-apa sama dia."

Pina melirik jam dindingnya, "masih sore, bun. Jam setengah 8 kurang, mungkin dia lagi main sama temen-temennya atau nggak lagi sama Inara. Agak maleman mungkin pulangnya, bunda jangan terlalu khawatir." ucap Pina berusaha menenangkan.

"Bunda udah coba telepon Inara belum?"

"Belum."

"Coba Bunda hubungi Inara dulu, siapa tau Keano emang lagi sama Inara. Biar hati bunda jadi lebih tenang," usul Pina.

"Yaudah kalau gitu, bunda mau telepon Inara dulu. Makasih, ya, sayang. Maaf ganggu kamu malam-malam begini." tutur Anita lembut.

"Nggak ganggu kok, bunda. Sama-sama, nanti kalau ada apa-apa kabarin Pina aja."

"Iyaa, bunda tutup ya teleponnya."

"Iyaa, bunda."

Tut.

"Tumben Keano kayak gitu," ujar Pina bingung.

"Atau jangan-jangan dia berantem sama Inara? Tadi aja gue liat mukanya Inara kayak marah banget gitu," pikir Pina.

"Ah, udahlah, bodo amat."

Pina pun melanjutkan mencatatnya tadi. Dua lembar, empat halaman, penuh. Huh! Itu mampu membuat jarinya keriting. Ia melirik jam dindingnya, pukul sembilan kurang lima belas menit.

Pina bangkit dari kursinya, berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh mukanya. Setelah itu Pina menuju meja riasnya, menatap pantulan dirinya daru cermin di depannya.

Helaan napas yang keluar dari mulutnya, mampu menghilangkan sedikit beban dari dalam dirinya. Pina mulai mengoleskan skincare malam pada wajahnya, sudut bibirnya terangkat memberikan senyuman pada dirinya sendiri.

"Thank you, besok kita mulai lagi ya." tuturnya pada pantulan cermin.

***

Nano-Nano [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang