36. Basemen

4.1K 327 40
                                    


Beberapa jam kemudian, akhirnya dokter pun keluar, dan langsung saja Al dan Karin menghampiri dokter itu dengan raut khawatirnya.

"Dokter?! Apa anakku baik-baik saja?" Tanya Karin.

"Hmm.., sebenarnya apa yang terjadi dengan anak sekecil ini? Bagaimana bisa banyak memar di tubuhnya?"

"Dia di culik dan hampir terbunuh." Ucap Al.

"Begini, putra anda mengalami retak pada tulang keringnya dan tulang wajahnya..," ucap sang dokter. "Lalu, luka-lukanya juga sangat parah dan dia dia juga kekurangan darah."

Mendengar itu, seketika tubuh Karin lemas, air matanya kembali mengalir membasahi pipi, tatapannya kosong menatap sang dokter, ia pun terjatuh. Dengan sigap Al pun segera menangkap tubuh Karin dan membawanya ke dalam dekapannya.

"Lanjutkan." Ucap Al pada sang dokter.

"Saya khawatir putra anda akan mengalami gangguan psikologi."

"Hiks, Aaron.., kenapa bisa seperti ini?" Ucap Karin tak kuat menahan isakkannya.

"Tenanglah, Aaron itu anak yang kuat, dia pasti akan cepat sembuh." Ucap Al.

"Baiklah saya akan membuat laporan tentang putra anda, saya akan kembali untuk memeriksanya nanti." Ucap sang dokter yang di balas anggukan oleh Al.

Setelah dokter itu pergi, Karin dan Al pun segera masuk dan melihat keadaan Aaron di dalam.

Ceklek

Pintu di buka, mereka pun segera masuk ke dalam dengan langkah pelannya agar tidak membangunkan Aaron. Saat mereka tepat sampai di samping brankar Aaron, kini terpampang jelas lah tubuh Aaron yang di penuhi perban persis seperti mumi, Seketika Karin pun kembali menangis melihat keadaan Aaron saat ini.

"Hiks.., huhuuu.." tangis Karin.

Al yang melihat hal itu nampak memejamkan matanya, wajahnya memerah, rahangnya mengeras dan urat-urat di pelipisnya mulai terlihat menandakan jika Al saat ini sedang marah besar.

"Kau tunggu di sini." Ucap Al hendak pergi.

Sebelum Al pergi, Karin lebih dulu menahan pergelangan tangan Al dan menatap sendu ke arahnya, dengan mata yang membengkak karna menangis.

"Kau akan pergi?" Tanya Karin.

Cup.

Al mengecup sayang kening Karin dan tersenyum hangat padanya, kemudian ia mengelus sayang pucuk kepala Karin.

"Menurutlah, hanya sebentar." Ucap Al lembut.

"Tolong cepat kembali." Ucap Karin.

"Itu pasti, rumah ku adalah kalian berdua." Ucap Al mengecup singkat bibir Karin dan segera pergi dari ruangan. Meninggalkan Karin dan Aaron di tempat.

*****

"Bagaimana?" Tanya Al pada orang di sebrang telfon.

"Presdir, sesuai perintah anda. Saya sudah menyekap nona Fany di basemen."

"Bagus, dan siapkan beberapa pria dengan hasrat seksual yang menyimpang. Ingat umur mereka harus lebih dari 40 tahun."

"Baik presdir. Akan saya laksanakan."

Tutt.... Tuttt....

Sambungan pun di matikan sepihak oleh Al, dan ia kembali melanjutkan perjalanan menuju basemen di mana Fany sedang di tahan di dalamnya.

Beberapa menit kemudian akhirnya ia pun sampai di rumah megah miliknya yang di dalamnya terdapat basemen, rumah yang kini di huni oleh seluruh anak buahnya bagai asrama laki-laki itu sering kali terdengar teriakan atau rintihan kesakitan dari semua orang yang pernah di sekap di dalamnya.

Being A Single Mother || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang