{END}
March, 6 2021 ~ November, 26 2021
1600's
seorang penyihir pria yang menginginkan kebebasan oleh keinginan memiliki sekuntum dandelions
" Sekarang aku bisa mendapatkanmu, tapi tanganku sudah tak sanggup menggenggam tangkai dandelion " lirih pen...
✧∘* ೃ ⋆。˚. | *ೃ༄ | ๑ Turn on the video This song accompany you to run with Jisoo ..
gzta.🦋
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sebelum matahari terbenam diperaduannya, sebelum ia kembali ke wujud kutukannya, Jisoo bergegas mengemasi bekal dan keperluannya. Memang benar untuk mendapatkan sesuatu kita harus mengorbankan sesuatu. Kim Jisoo, ia tak pernah meninggalkan kota atau bahkan pergi ke hutan. Tetapi untuk mendapatkan kembali jati dirinya, maka ia harus mengorbankan rasa takutnya.
"Aku titip Maximus kepadamu ya, dia kuda yang baik" nampaknya Rosè sedikit cemas meminjamkan Maxim kepadanya, mengingat Jisoo tidak pandai berkuda. Rosè juga menjelaskan secara detail bagaimana mengendalikan Maxim dan memanggilnya. Ya hanya harapan lah yang mampu membuat sesuatu yag tidak mungkin menjadi mungkin.
Jisoo yang segera menaiki kudanya berkata pada Rosè "jika aku tidak kembali dalam seminggu berarti aki sudah tiada dan entah apa yang terjadi kepadaku". Entah mengapa dia berkata seperti itu. "Tolong jaga bibiku, jangan buat dia khawatir" Dan kembali Jisoo mengenggam tangan Rosè seraya menitikan air mata ...
"Terimakasih banyak, kaulah satu satunya temanku semenjak kecil dan slalu berada di sisiku"
Jisoo dan kudanya mulai pergi menuju halaman dan gerbang rumah Jisoo dan bibinya. Langkah Jisoo terhenti ketika bibinya menarik tangannya dari belakang.
"Jisoo, maafkan bibi, ini semua salah bibi" Sesal bibi Seorina sembari yang menitikan air mata begitu deras di kedua kelopak matanya. Lantas Jisoo memeluk dengan erat bibinya dan seakan memberikan kekuatan kepada bibinya agar mampu menerima kepergiannya.
"Aku pasti akan kembali, bibi jangan khawatir. Jaga slalu kesehatan bibi". Kemudian Jisoo menaiki Maxim dengan rasa berat hati meninggalkan bibi sematawayangnya itu dan sahabatnya.
Setelah melewati kota, kini kuda yang dipacu Jisoo terus berlari lurus menuju utara ke arah lembah. Rasa letih bercampur sedih kini membayang di benak Jisoo, menurut perkiraan Rosè Jisoo akan aampai di tepi lembah pada sore hari jika ia berhenti istirahat sekitar satu jam di tengah perjalanan.
Terik matahari tepat berada ditengah puncak kepala Jisoo, yang menandakan dia harus segera beristirahat dan memakan bekalnya. Maximus seperti juga sudah sangat kelelahan mengingat sudah setengah hari dia harus berlari memecah luasnya hutan Eleanor.
"Maafkan aku Maxim, ayo kita berhenti dan beristirahat di bawah pohon ini". Akhirnya mereka berhenti dan beristirahat dibawah pohon yang dekat dengan sumber mata air. Jisoo memang gadis yang sangat baik hati, bukannya dia langsum minum dan memakan bekalnya, dia malah menuntun Maxim kearah sumber mata air dan mengarahkan dia untuk minum, Jisoo tau jika Maxim adalah kuda penurut dan tidak akan lari.
Glek .. glek .. glek ... Suara tegukan air yang mengalir di tenggoran jenjang milik Jisoo terdengar cukup jelas, bagaimana tidak ? dia telah berkuda lebih dari 5 jam lamanya.
"Bibi membawakanku bekal banyak sekali, tapi aku akan makan roti dan keju saja" nampaknya Jisoo akan sangag berhati hati dan menghemat bekalnya, dia sadar jika kemungkinan besar dia tidak akan menemukan penyihir Taehyung dalam waktu sehari saja.
Sebenarnya Jisoo bergidik ngeri karena hutan di lembah itu selalu diselimuti kabut, bahkan ketika musim panas sekalipun. Hatinya nampak cemas dan was was karena sedari tadi dia merasa ada yang mengawasinya di balik rimbunnya hutan
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tak disangka, karena perjalanan yang begitu melelahkan Jisoo tertidur pulas dibawah pohon sembari bersandar. Bahkan ketika dia dalam keadaan tertidur seperti itu dan ditempat yang menakutkan, dia tetap terlihat secantik kuntum bunga dandelion yang bersinar membias terkena cahaya mentari sore.
Sudah berapa lama Jisoo tertidur dan akhirnya tetesan embun dari atas dahan yang jatuh di wajah cantiknya membangunkannya. Suasana lembab yang ia rasakan seakan menuntunnya untik segera membukakan mata dari peraduan. Sejenak ia berpikir, dan kemudian ....
"Apa..!! Ini sudah mau senja, ini tidak mungkin, kenapa aku bodoh sekali" runtuk Jisoo memarahi dirinya sendiri, karena dia telah membuang banyak waktu dan hari mulai gelap. Jisoo segera bergegas dan merapikan barang barangnya,
"Tunggu dulu, Maxim ? Knapa dia tidak ada disini ? Maxim dimana kau... Maxim ..."
Rupanya Maxim telah hilang, entah kabur atau memang ada yang mencurinya. Tapi entah siapa yang mencuri kuda di tengah hutan berkabut ini ?
Jisoo mulai panik dan mencari Maxim, namun apa daya tidak ada tanda tanda keberadaan Maxim. Hari sudah mulai gelap dan Jisoo kini terpontang panting tanpa arah, andai saja Maxim masih ada disisinya dia pasti sudah dengan mudah menyisir hutan dan menemukan tempat tinggal penyihir itu.
Namun ....
"Arghhh.." Lenguh kesakitan Jisoo saat dia terpeleset di pinggir parit dan barang bawaannya jatuh ke dasar parit. Untung saja ia selamat dan tidak terjatuh karena berpegang erat pada akar pohon yang menggantung di tepi parit.
Dengan susah payah Jisoo berusaha naik kembali, dan akhirnya dia berhasil. Kini ia duduk sambil membersihkan lututnya yang luka dan lecet. Sungguh malang nasib yang menimpa Jisoo, kini ia tak tau harus bagaimana lagi. Tanpa kuda, tanpa bekal dan tanpa tujuan ...
Tetapi dewa berkata lain, setelah Jisoo berjalan dengan tertatih dia menemukan sebuah kastil yang tampak kosong dari luar dengan nuansa aangat gloomy
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✧∘* ೃ ⋆。˚. | *ೃ༄ | ๑
Romansa akan segera terjadi, So pinned ke library kalian ya agar tidak ketinggalan notif